Food & travel

Temukan Keseimbangan di Kota Melbourne, Australia

By : Vanessa Masli - 2023-04-29 15:00:01 Temukan Keseimbangan di Kota Melbourne, Australia

Udaranya sejuk mendekati dingin. Setidaknya itu suasana yang dihadirkan Kota Melbourne saat tim Her World menginjakkan kaki setelah lama tak berkunjung ke benua satu ini. Saat Indonesia memasuki transisi ke musim kemarau, Australia pelan-pelan menyambut musim gugur setelah menikmati sinar mentari sepanjang awal tahun.


Perjalanan melalui malam selama tujuh jam bersama Garuda Indonesia, tim Her World kembali berkunjung ke Benua Australia dan kali ini mengeksplorasi negara bagian Victoria, tepatnya Melbourne. Sebuah kota di Tenggara Australia yang, ternyata, tawarkan makna keseimbangan dengan nuansa pesisir dan kedekatannya dengan lautan lepas.


Lebih dekat dengan pesisir dan alam


Sesampainya kami di Melbourne Airport, dengan tubuh yang masih terlelap (karena di Indonesia masih dini hari), kami langsung menempuh perjalanan darat menuju Phillip Island selama dua jam. Pemukiman yang juga dipenuhi berbagai pepohonan hijau beri kesegaran bagi mata, apalagi hari itu, langit Melbourne sedang tak bersahabat.


Destinasi pertama kami di Phillip Island adalah segelas kopi dan cokelat panas untuk menyegarkan tubuh, tapi menikmatinya di dalam sebuah pabrik cokelat. Phillip Island Chocolate Factory mengajak setiap pengunjung untuk mengenal proses pembuatan cokelat-cokelat yang dinikmati di seluruh Melbourne.


Tak hanya mempelajari sejarah dan mengenali rasa (yep, ada cokelat gratis yang bisa dinikmati), museum sekaligus pabrik cokelat di Phillip Island ini menghadirkan pengalaman yang cocok bagi keluarga, khususnya anak-anak untuk mengenal proses pembuatan cokelat. Mulai dari bahan-bahan yang digunakan hingga langkah pembuatannya, para pengunjung akan keluar dengan pengetahuan baru dan senyuman lebar mereka.


Menikmati keindahan pesisir dari ketinggian


Setelah menyegarkan tubuh dengan segelas latte hangat dan mengembalikan mood dengan beberapa keping cokelat, saatnya melihat pemandangan Teluk Port Phillip dari ketinggian. Bagaimana caranya? Dengan menaiki helikopter di Phillip Islands Helicopter.


Tentu, kami tak menerbangkan helikopternya sendiri tanpa pilot, Phillip Islands Helicopter menawarkan pemandangan pesisir pulau dari ketinggian. Pengalaman perdana tim Her World untuk menaiki helikopter dan jujur, perasaan gugup sempat muncul melihat helikopter merah dengan kapasitas empat orang menjadi “kendaraan” kami selama kurang lebih 15 menit.


The coast was magical! Sedikit menegangkan saat pilot melakukan manuver untuk membalikkan arah terbang helikopter, tapi membuat pengalaman satu ini semakin berkesan. Keindahan alam Phillip Island jadi sambutan manis untuk eksplorasi kami di Melbourne tahun ini. Plus, sebuah pulau kecil berisikan singa laut di berbagai sisinya juga menambah kelucuan dalam pengalaman ini.



(Pemandangan pesisir Phillip Island  dari ketinggian. Foto: Dok. Dasun Ransinghe/Pexels)


Saat kembali memijakkan kaki setelah 15 menit penerbangan helikopter, tubuh sudah memberikan sinyal untuk sejenak mengisi perut sebelum melanjutkan eksplorasi pesisir Selatan Australia. Dari ketinggian, kami melihat sebuah pulau yang berisikan ratusan, bahkan ribuan singa laut yang tengah beristirahat, apalagi melihat cuaca pesisir yang berawan dan dingin.


Hari pertama di negara bagian Victoria ini ditutup dengan penguin watching. Tak hanya koala dan kanguru, kami justru diajak untuk melihat kehidupan pinguin-pinguin kecil di habitat aslinya yaitu Australia. Para pengunjung akan disambut dengan berbagai informasi tentang koloni pinguin terkecil yang beratnya mencapai satu kilogram ini, lalu ada kafe untuk mengisi perut selagi menanti para pinguin pulang dari laut.


Parade pinguin-pinguin kecil keluar dari laut hingga kembali ke rumah masing-masing inilah yang membuat konservatorium satu ini ramai dikunjungi. Setiap malam, sekitar jam delapan atau sembilan malam, para pengunjung akan dibuat gemas dengan para pinguin yang berjalan keluar dari laut dan mencari “rumah” masing-masing untuk bermalam.


Namun, tak ada pengunjung yang diperbolehkan untuk mengambil foto atau video dalam bentuk apapun. Tujuannya untuk mengantisipasi kemungkinan lampu flash menyala saat pengambilan gambar, yang bisa menyebabkan kebutaan pada pinguin-pinguin tersebut. Menariknya, larangan pengambilan gambar ini membuat kami bisa memberikan perhatian ekstra pada kebiasaan pinguin-pinguin kecil yang sepertinya akan terlewat kalau kami sibuk merekam.


(Baca Juga: COMO Le Montrachet: Kini Hadir Hotel Untuk Pencinta Wine)


Hari kedua bergulir dan kami pun pindah ke sisi lain pesisir Selatan Melbourne, tepatnya di Mornington Peninsula. Ketika kami mengira keindahan laut di Phillip Island, baik yang dinikmati dari ketinggian maupun melalui jalan darat, Mornington Peninsula semakin mendekatkan kami pada keindahan alam negara bagian Victoria satu ini.


Perkenalan kami dengan kawasan Mornington Peninsula dimulai melalui kunjungan ke sebuah restoran yang mengusung konsep farm-to-table bernama Green Olive at Red Hill. Pilihan makanan dan minuman sederhana, cocok untuk dinikmati sebagai sarapan. Pastikan kamu mencoba segelas chai latte yang kaya rempah saat berkunjung ke sini.


Konsep farm-to-table yang diusung oleh pasangan Greg dan Sue O’Donohue ini tak hanya menawarkan menu yang nikmat, tapi juga keindahan alam di peternakan milik mereka. Sebuah bisnis keluarga yang dirintis sejak 2001 di Mornington Peninsula, kini berbagai hal di lahan seluas 10 hektar tersebut.


Mulai dari kebun anggur, buah zaitun, hingga berbagai sayuran yang dimanfaatkan untuk memasak menu-menu Green Olive hingga area kolam yang dihuni sekumpulan bebek dan angsa (yang dijaga oleh seekor anjing milik Greg dan Sue). Sebuah ekosistem yang dibentuk untuk membangun bisnis yang ramah bagi lingkungan dan bisa dinikmati para pengunjung yang sejenak ingin melepas penat dari kesibukan.


Dengan serangkaian aktivitas yang kami lakukan untuk benar-benar menikmati keindahan sisi lain pesisir Selatan Melbourne, salah satu yang meninggalkan kesan adalah Peninsula Hot Springs. Mungkin sudah ada yang bisa menebak kalau ini merupakan lokasi permandian air panas, tapi memasuki areanya membuat kami seolah-olah memasuki taman wahana.


For starters, we got a map. Sebuah peta yang menunjukkan berbagai lokasi permandian air panas di Peninsula Hot Springs. Jujur, sepanjang perjalanan, kami mengira bahwa permandian air panas ini tak jauh berbeda dengan sebuah kolam renang yang menggunakan air panas. Namun, ternyata, kami dengan wahana kolam air panas yang memiliki berbagai bentuk dan suhu, sesuai dengan preferensi pengunjung.



(Ampitheatre menjadi salah satu fasilitas di Peninsula Hot Springs. Foto: Dok. Peninsula Hot Springs)


Berbagai fasilitas, mulai dari fire and ice area – terdiri dari area sauna dan kolam air dingin – lalu, ada juga area ampitheatre – tempat para pengunjung dapat menikmati hangatnya kolam ditemani alunan live music yang rutin setiap akhir pekan. Plus, kami juga menikmati waktu eksplorasi di Peninsula Hot Springs dengan sejenak berelaksasi dalam kabin-kabin bernama Relaxation Domes. Sebuah kabin dengan kapasitas sampai delapan orang ini bisa menjadi ruang relaksasi atau sekadar menyantap makan bersama. Keluar dari area tersebut, kami merasa jauh lebih rileks dan tubuh terasa lebih ringan.


(Baca Juga: 5 Hal Wajib Kamu Lakukan di Marina Bay Sands)


Suasana kota yang ramai, tapi terasa tenang


Perjalanan kami di negara bagian Victoria ini (yang memasuki beberapa hari terakhir sebelum kembali ke Jakarta), semakin dekat ke pusat kota, Melbourne. Tentu banyak bayangan yang terlintas memikirkan suasana kota-kota besar apalagi mengingat Jakarta yang tak jauh dari kepadatannya. Sampai kami menginjakkan kaki di Melbourne saat jam digital di-handphone menunjukkan pukul lima sore, yang berarti sudah waktunya kantor kosong dan semua pekerjanya pulang.


Kalau dibilang ramai, ramai. Banyak orang yang buru-buru mengejar transportasi umum atau sekadar bergegas agar sampai rumah sebelum matahari terbenam. Namun, berjalan dari National Gallery of Victoria menuju Rendezvous Hotel – tempat kami menginap selama di Kota Melbourne – ada suasana tenang yang justru menyambut kehadiran kami.


Melbourne menghadirkan makna berbeda tentang suasana ibukota. Kepadatan terasa begitu tenang dan bagi kami, kota satu ini menjadi salah satu destinasi menarik untuk dieksplorasi. Ditambah pergantian musim panas ke musim gugur, udara sejuk menyelimuti pusat kota pun memberikan suasana yang membuat kami betah berlama-lama di sini.


Pandemi tentu memiliki dampak pada kehidupan banyak orang di berbagai belahan dunia, termasuk mobilitas masyarakat Melbourne. Waktu-waktu berangkat maupun pulang kantor tak lagi menjadi momen yang padat dengan regulasi karyawan hanya perlu masuk kantor tiga hari dalam satu minggu.


Menariknya, hampir setiap malam dan akhir pekan, pemandangan kami dipenuhi banyak orang yang siap menikmati waktu bebas bersama pasangan maupun teman-teman. Mulai dari restoran hingga gedung pertunjukan, hampir tak pernah sepi pengunjung setiap harinya.



(The Royal Arcade. Foto: Dok. Visit Victoria)


Sudut kota yang punya cerita


Menjelajahi sudut-sudut kota Melbourne rasanya semua menjadi highlight, dari beberapa kafe yang menjaga privasi setiap pelanggannya dengan menghimbau siapapun untuk tak mengambil gambar maupun video hingga suasana siang ke malam yang cepat berganti seiring tiap toko menutup pintunya ketika jarum jam menunjukkan pukul empat sore.


Namun, kunjungan kami ke South Melbourne Market keesokan pagi meninggalkan kesan tersendiri. Sebab, selalu ada alasan yang membuat keramaian pasar, dimana pun kotanya, berikan kehangatan yang bikin kami ingin terus mengeksplorasi.


Mungkin bagi sebagian turis, Queen Victoria Market menjadi salah satu pasar yang familier. Namun, pasar yang buka empat kali dalam satu minggu ini juga menarik untuk dikunjungi, Setiap hari Rabu, Jumat, Sabtu, dan Minggu, setiap pengunjung dapat memenuhi kebutuhan (dan keinginan) dalam satu kali kunjungan ke pasar ini.


Mulai dari bahan-bahan makanan hingga berbagai pernak-pernik gemas untuk dijadikan hadiah bagi orang tersayang (maupun diri sendiri), South Melbourne Market, yang berdiri sejak 1867, selalu tawarkan cerita dalam setiap toko dan produk yang dijual, tentu dengan kualitas terbaik.


Perjalanan kami di South Melbourne Market relatif singkat, mengingat agenda satu hari itu cukup padat, tapi eksplorasi tersebut meninggalkan kesan mendalam. Apalagi ditutup dengan croissant pandan yang merupakan menu andalan dari salah satu toko roti paling populer di pasar tersebut, dikonfirmasi dengan antrian panjang yang sempat kami lewati saat berkeliling area pasar.


Selain pasar, Kota Melbourne juga berhasil memenangkan hati kami lagi ketika berkunjung ke salah satu museumnya yaitu National Gallery of Victoria. Saat kami berkunjung, sebuah eksibhisi spesial tengah dipamerkan yang mengenang sekaligus sebagai bentuk penghormatan bagi sosok Alexander McQueen.



(National Gallery of Victoria. Foto: Dok. Tourism Australia)


Lebih dari 120 karya rancangan mendiang desainer hingga kepergiannya pada 2010 dipamerkan dalam setiap sudut ruang pameran. Dengan tajuk “Alexander McQueen: Mind, Mythos, Muse”, kami mengikuti kisah di balik setiap karya, mulai dari inspirasi hingga eksekusinya sampai busana tersebut dikenakan oleh para model dalam setiap runway.


Siapapun yang mengunjungi pameran tersebut, entah memiliki minat mendalam tentang dunia fashion atau tak, dapat keluar dari pameran dengan pemahaman akan sosok Alexander McQueen, melalui inspirasi dan caranya berekspresi melalui setiap karyanya. Kami menjadi beberapa orang yang beruntung dapat mengintip kisah sang desainer dalam pameran tersebut.


Keseimbangan di pusat kota


Seimbang. Mungkin kata tersebut yang dapat merangkum perjalanan perdana kami, setelah pandemi, di negara bagian Victoria, khususnya Melbourne. Selalu ada ruang untuk sejenak mengambil napas dan menikmati hari, ketika hidup sedang dipenuh dengan berbagai tekanan dan tanggung jawab.


Baik Phillip Island atau Mornington Peninsula, masyarakat kota Melbourne selalu punya tempat untuk sejenak menjauhkan diri dari pusat kota saat akhir pekan tiba. Dengan dengan pantai dan juga tak jauh dari kehidupan alam, semua tersedia sesuai dengan preferensi tiap-tiap pribadi.


Pusat kotanya sendiri tawarkan nuansa santai dalam mobilitas setiap orangnya. Mulai dari coffee shop yang berikan waktu setiap pelanggan untuk sejenak lepas dari gawai sebelum berangkat kerja hingga bar-bar yang siap menyambut para karyawan untuk melepas penat sejenak bersama teman-teman.


(Baca Juga: Ingin Berlibur ke Labuan Bajo? Lakukan 5 Kegiatan Seru Ini)


Perjalanan ke Melbourne kali ini menghadirkan definisi baru tentang keseimbangan yang bisa didapatkan di tengah hiruk pikuk kota. Tim Her World menutup perjalanan kami di Melbourne dengan berbagai rencana di kepala akan aktivitas-aktivitas yang ingin dilakukan saat berkesempatan untuk menjelajahi kota ini lebih dalam (dengan waktu yang lebih lama!).


Food & travel