Food & travel

Tanpa Batas Dengan Alam Di Buahan, A Banyan Tree Escape

By : Vanessa Masli - 2022-07-09 12:00:01 Tanpa Batas Dengan Alam Di Buahan, A Banyan Tree Escape

Bali, yang dikenal Pulau Dewata ini tak pernah sepi pengunjung dengan berbagai tujuan. Dalam balutan kata “healing”, setiap turis yang menginjakkan kaki di pulau tersebut menikmati hari-harinya di provinsi satu ini dengan berbagai agendanya. Mulai dari mengawali hari ditemani matahari yang baru mengintip dan ombak yang berderai hingga berpesta hingga larut bersama orang-orang tersayang.


Namun, tak sedikit turis yang rela menghabiskan dua jam pertamanya di Bali dengan perjalanan panjang untuk lebih dekat kepada alam. Berada di sisi Utara Ubud, tepatnya Desa Buahan Kaja, kamu bisa menikmati pemandangan dan kedekatan dengan alam tanpa sekat, selagi berusaha menjalin koneksi dengan diri sendiri setelah lama terabaikan di tengah berbagai pekerjaan yang kamu lakukan.


(Baca Juga: Mewah! Penginapan Ramah Lingkungan Di Alila Villas Uluwatu)


Buahan, a Banyan Tree Escape, sudah menyambut para tamu yang hadir sejak 14 Juni kemarin. Sebuah resort yang menjadi simbol Banyan Tree untuk terus menghadirkan pengalaman imersif bagi para tamu, melalui keindahan alam serta desain yang sustainable. Kawasan seluas empat hektar ini memiliki 16 vila atau disebut dengan balé, dengan area makan dan lounge terbuka yang mengumpulkan para tamu untuk, setidaknya, menikmati kehadiran satu sama lain. This is when things get interesting, seluruh vila tak memiliki pintu maupun dinding yang membatasi tiap-tiap ruangnya.


Her World berkesempatan untuk menjelajahi sekaligus menikmati setiap sudut resort ini, termasuk balé tanpa pintu dan dinding yang menjadi ciri khas Buahan. Hari pertama, seharusnya, disambut dengan pemandangan petang hari yang memberi suasana hangat. Namun, landasan pesawat yang selalu penuh di masa liburan pun membuat langit malam jadi penyambut kedatangan di hari pertama.



(Pemandangan dari Open Kitchen di petang hari. Foto: Dok. Buahan, a Banyan Tree Escape)


Semua tamu yang hadir, termasuk kami, menginjakkan kaki di Arrival Hall, sebuah area kecil yang didedikasi bagi kedatangan maupun keberangkatan para tamu. Area tersebut hanya berisikan bangku panjang dan sebuah kentungan yang harus dipukul sebanyak tiga kali sebagai simbol kedatangan para tamu ke area Buahan.


Setelah itu, kami diajak untuk menyusuri jalan setapak ke sebuah area komunal yang diberi nama Living Room. Suasana seperti ruang keluarga pun hadir dalam area ini, berbagai seating area ditemani panorama persawahan di kawasan Gianyar, Bali ini. Plus, bar yang menyajikan berbagai minuman.


Melangkah turun, kami disambut dengan aroma berbagai bumbu yang tengah diolah oleh para koki. Area makan dan dapur terbuka dengan nama Open Kitchen, sesuai dengan konsep area ini pun jadi jantung resort ini. Sebuah area yang tak hanya menyatukan sesama tamu, tetapi juga kepada para ahli yang menjadi sosok di balik berbagai menu makanan yang tersaji.



(Area grilling di Open Kitchen. Foto: Dok. Buahan, a Banyan Tree Escape)


Setelah menikmati berbagai menu santap malam yang didominasi dengan ragam sayuran, para tamu pun diantarkan ke balé masing-masing. Setiap balé hanya bisa ditempati maksimal dua orang, tapi kali ini Her World bisa menikmati satu balé seorang diri. Sebanyak 16 vila yang tersebar di empat hektar resort ini hadir dengan berbagai layout desain yang serupa tapi sama.


(Baca Juga: Mencari Keseimbangan Jiwa Di COMO Shambhala Estate)


Lebih dekat tanpa sekat

Mulai dari posisi kolam renang dan gazebo hingga jarak dari gerbang balé hingga ke area tinggalnya, semuanya berbeda-beda. Namun, tak ada pintu dan dinding, seluruh area ditutup dengan kelambu tebal, termasuk tempat tidur, itu sudah pasti sama karena inilah pengalaman yang ditawarkan Buahan dan ingin kami nikmati seutuhnya.


Sampai di balé larut malam, tak banyak pemandangan alam yang bisa dilihat sehingga suasana area tinggal pun dieksplorasi. Sebuah ruang tamu berisikan sofa panjang, serta pantry kecil pun menyambut kami (plus, camilan-camilan yang siap untuk menemani malam). Lalu, di area tengah vila, tempat tidur yang ditutupi kelambu pada malam itu berdiri megah dan siap menyambut kami untuk beristirahat.



(Area kamar tidur, lemari, dan ruang ganti di salah satu balé. Foto: Dok. Buahan, a Banyan Tree Escape)


Hingga di sisi dalam vila, area mandi dan lemari (yang juga terbuka) menyempurnakan keseluruhan area. Bathtub yang diletakkan pada sisi luar vila sehingga setiap tamu bisa menikmati waktu santai sambil berendam dan menikmati pemandangan alam dari tiap-tiap vila.


Area tidurnya sendiri pun berhasil dibalut agar setiap tamu yang menginap merasa nyaman dan aman, ditambah fitur yang dinamakan evening breeze sehingga sirkulasi udara tetap berjalan baik meskipun berada di area yang relatif lembap (apalagi saat itu hujan deras menyelimuti Desa Buahan Kaja).



(Bathtub yang menghadap ke pemandangan alam Desa Buahan Kaja. Foto: Dok. Buahan, a Banyan Tree Escape)


Bukan hanya untuk mendekatkan diri padanya, alam juga menawarkan ruang dan waktu bagi setiap individu untuk membangun koneksi lebih dekat dengan diri sendiri. Apalagi, suasana ibu kota ditambah pekerjaan yang tak mengenal akhir, tanpa sadar diri setiap orang membutuhkan waktu untuk sejenak melarikan diri dari hiruk pikuk dan fokus ke dalam diri sendiri. Apa lagi yang bisa memberikan kami ruang dan waktu untuk melakukan itu selain alam.


Mengenali diri lebih dalam melalui budaya dan alam

Mulai dari sound healing untuk sedikit menyentuh sisi psikologis diri, segala keresahan dan perasaan tak nyaman yang belum pernah disadari, mendadak tersentuh pada sesi ini. Lalu, dilanjutkan dengan mengenali karakter diri dan mengatur pola hidup untuk menjaga keseimbangan diri, baik secara fisik maupun mental melalui perkenalan kami dengan konsep Ayurveda.


Kemudian, eksplorasi melalui 500 anak tangga menuju air terjun yang menjadi bagian dari Sungai Ayung, menjadi lokasi yang mungkin sejenak membangunkan tubuh (terutama kedua kaki dan paru-paru) untuk menikmati kesegaran air terjun yang mengalir di akhir perjalanan.


Selain kegiatan yang mengasah fisik dan mental, para tamu pun bisa mengenali dan mengalami sedikit dari kekayaan budaya Bali, salah satunya adalah prosesi Melukat. Dalam balutan busana tradisional Bali, para tamu pun mengintip bagaimana masyarakat lokal memaknai proses Melukat sebagai cara untuk mendapatkan enlightment atau pencerahan dalam menjalani hidup.



(Proses Melukat, salah satu tradisi masyarakat Bali. Foto: Dok. Buahan, a Banyan Tree Escape)


Plus, kami juga diperkenalkan tentang kekayaan alam dan pentingnya bagi kesehatan diri melalui tradisi jamu atau loloh, pengobatan alami khas Bali yang menggunakan berbagai tumbuhan dan rempah. Mulai dari bahan-bahan yang digunakan hingga cara pembuatannya, para tamu pulang membawa banyak bekal untuk memanfaatkan alam bagi kesehatan masing-masing.


Eksplorasi di Buahan tak hanya fokus pada kedekatan individu dengan diri sendiri maupun alam yang menemaninya, tapi khususnya bagi turis Indonesia, untuk lebih mengenal betapa kayanya kebudayaan masyarakat Bali. Selain beberapa kegiatan di atas, para tamu juga bisa menikmati kelas yoga yang diadakan secara rutin oleh pihak resort.


Untuk relaksasi tubuh di resort ini, Toja Spa merayakan tradisi Desa Buahan dengan suasana open spa area yang membuat diri lebih tenang menikmati suasana alam selagi menyelami pengalaman spa dengan tradisi dan filosofi wellness khas masyarakat Bali. Kami mendapatkan paket lengkap untuk menyelami diri seutuhnya, fisik, mental hingga spiritual.


(Baca Juga: Kesempurnaan Alam Di The Gaia Bandung)


Ragam rasa untuk dinikmati bersama

Berbagai menu makanan pun tak henti disajikan oleh Chef Eka Sunarya dan tim, mulai dari sarapan hingga makan malam. Diawali dengan berbagai pilihan roti, telur, dan berbagai minuman segar untuk mengisi tenaga menjalani kegiatan sehari-hari, hingga ditutup dengan makanan plant based untuk menenangkan sistem pencernaan sebelum tertidur ditemani suara alam.


Namun, hal menarik yang ditawarkan Buahan adalah sesi makan siang bernama Communal Lunch. Meja panjang yang terbentang di area Open Kitchen pun berisi ragam menu kreasi para koki yang bertugas, menggunakan berbagai rempah yang ditanam sendiri oleh tim Buahan dalam sebuah organic farm di area resort.



(Beberapa menu yang tersaji dalam Communal Lunch, kreasi para koki yang bertugas. Foto: Dok. Buahan, a Banyan Tree Escape)


Makanan laut segar hasil tangkapan hari itu yang dimarinasi dengan bumbu khas Bali, kaya akan rempah, disempurnakan suasana kehangatan mengelilingi meja makan. Sebuah konsep makan siang yang diusung tim Buahan untuk membangun kebersamaan antar tamu yang menginap serta staf yang bertugas.


Communal Lunch sendiri bisa dilakukan sesuai dengan permintaan para tamu. Harapannya, pengalaman para tamu di Buahan tak hanya membangun koneksi dengan diri, tapi juga membangun relasi dengan orang baru melalui ragam citarasa di meja makan.


(Baca Juga: Alami Sensasi Kuliner Primitif Di SKOOL Bali)


Buahan, a Banyan Tree Escape mengundangmu untuk sejenak lari dari hiruk pikuk kota dan kembali fokus pada diri. Tanpa sekat, lebih dekat dengan alam, pengalaman di Buahan tak hanya membuat hati dan pikiran lebih tenang, tapi menjalani keseharian juga dengan kacamata yang lebih positif.


Kamu bisa cari tahu lebih detail seputar Buahan dan informasi reservasi di sini. Bisa jadi ini adalah liburan yang bukan keinginanmu, tapi kamu butuhkan. Selamat berlibur!

Food & travel