A chat with

Cerita Ditut Dalam Menikmati Semua Profesi Yang Ditekuni

By : Her World Indonesia - 2020-11-09 17:00:02 Cerita Ditut Dalam Menikmati Semua Profesi Yang Ditekuni

Menekuni satu profesi saja tampaknya bukan sesuatu yang mutlak untuk dilakukan. Hal ini dibuktikan oleh Dita Yolashasanti atau yang akrab disapa dengan Ditut. Selama berkarier, ibu dari tiga anak ini telah menyelami enam profesi, mulai dari script writer, produser di stasiun televisi, food photographer, cake decorator, hingga illustrator dan surface pattern designer yang kini masih ditekuninya.


(Baca Juga: Ditut: New York Adalah Kota yang Tepat Untuk Berkembang)


“Saya sangat menikmati semua profesi itu,” tutur Dita dalam sesi wawancara virtual bersama Her World pada Sabtu (07/11/20). Namun, jika ditanya profesi apa yang paling sesuai dengan jiwanya, jawabannya adalah food photographer. “Bapak berprofesi sebagai seorang fotografer, jadi saya memiliki latar belakang fotografi karena sering melihat beliau memotret,” sambungnya.


Perjalanannya di dunia food photography dimulai setelah dirinya menikah dan bekerja sebagai freelancer di sebuah stasiun TV, sebelum akhirnya pindah ke Kuwait bersama keluarga pada 2007. Ia memiliki banyak waktu luang yang kemudian diisi dengan mencoba memasak berbagai jenis makanan.


“Waktu itu sedang eranya food blog di mana banyak orang mengunggah resep makanan. Saat mengunggah resep itu kita harus memotret makanannya dan di situlah saya mulai melakukan dan tumbuh kecintaan dalam bidang ini,” jelas Dita.


Wanita 43 tahun ini memilih makanan sebagai objek fotografi karena lebih menantang untuk dipotret sehingga ia harus membuatnya terlihat lebih menarik dan menggugah selera. Ketertarikannya dalam bidang ini menghasilkan sebuah pencapaian dengan merilis tiga buku tentang food photography.


(Baca Juga: [A Chat With] Wong Sim: Hitam-Putih Dunia Fotografi)




Dita mengaku bahwa ia adalah sosok yang memiliki rasa penasaran dan senang bereksperimen dalam mencoba sesuatu. Hal tersebut yang membawanya terjun ke dunia cake decorating yang diawali dengan membuatkan cupcake untuk ulang tahun anak seorang teman.


“Dengan percaya diri, saya menawarkan untuk membuatkan cupcake dengan dekorasi dari fondan. Namun, bahan untuk baking itu sangat terbatas di Kuwait, jadi saya berpikir untuk mencari cara dan akhirnya menggunakan marshmallow sebagai bahan pengganti fondan,” ceritanya. Momen itu mengawali kariernya sebagai cake decorator hingga bekerja sama dengan Kuwaiti dalam membuka sebuah cake shop.





Menyesuaikan kegiatan yang dilakukan dengan situasi yang dihadapi menjadi salah satu kunci yang diterapkan oleh Dita. Kepindahannya ke New York pada 2015 membuat istri dari animator Wahyu Ichwandardi ini kembali mengeksplor kegiatan baru yang ternyata digemarinya, yakni menggambar.


Awalnya, Dita menggambar untuk kesenangannya sekaligus mengisi waktu. Objek-objek yang digoreskan pun terinspirasi dari berbagai hal yang dilihatnya sewaktu jalan-jalan ke luar rumah, seperti daun kering yang kemudian dibawa pulang dan digambar menggunakan cat air.


Dalam menggambar, ia berusaha memposisikan diri kembali seperti anak-anak. Ia juga selalu menekankan kepada pengikutnya di media sosial agar mereka menggambar secara bebas tanpa adanya tekanan.


“Saya belajar dari anak-anak yang bisa menggambar dengan percaya diri tanpa memedulikan opini orang lain. Jadi, apa yang saya sampaikan ke followers itu berdasarkan pengalaman yang telah dilalui,” ujarnya. Kemudian, pada 2017, wanita yang bercita-cita sebagai desainer tekstil ini mulai mengeksplor surface pattern design dengan bantuan sang suami dan mengikuti kelas online, hingga kini berprofesi sebagai surface pattern designer dan memiliki sebuah bisnis bernama Ditut Scarf.


(Baca Juga: 15 Koleksi Scarf Unik Untuk Penampilan Saat New Normal)




(Baca Juga: 12 Desainer Muda Indonesia yang Karyanya Menginspirasi)


Melakukan sesuatu dengan serius dan sebaik-baiknya menjadi kunci bagi Dita dalam mengeksplor berbagai hal. Ia pun membuat target pencapaian dalam bidang yang sedang ditekuni.


“Target itu nggak selalu ditandai dengan sesuatu yang besar, saya membuatnya untuk menandakan kesuksesan, meskipun tingkat kesuksesan setiap orang itu berbeda,” pungkasnya.


(Penulis: Aurelia Gracia)

A chat with