A chat with

Ditut: New York Adalah Kota yang Tepat Untuk Berkembang

By : Her World Indonesia - 2020-11-10 11:00:01 Ditut: New York Adalah Kota yang Tepat Untuk Berkembang

Memutuskan berpetualang ke Kuwait pada 2007 silam ternyata membukakan jalan bagi Dita Yolashasanti dan keluarganya untuk melangkah ke New York sekitar 8 tahun setelahnya. Wanita yang akrab disapa Ditut ini melihat New York sebagai kota yang tepat untuk berkembang.


(Baca Juga: Cerita Ditut Dalam Menikmati Semua Profesi Yang Ditekuni)


“Kota ini adalah kota yang tepat bagi mereka yang bergerak di industri kreatif karena vibes-nya yang sangat terasa, fasilitasnya mumpuni, dan bisa menyalurkan berbagai eksperimen yang ingin dicoba,” jelasnya saat mendeskripsikan New York dari sudut pandang seseorang yang berprofesi di industri kreatif. Menurutnya dan sang suami, Wahyu ‘Pinot’ Ichwandardi, New York juga memberikan kesempatan untuk terus berkembang.




Berbeda dengan Kuwait di mana Dita menemukan banyak keterbatasan, New York justru membuatnya overwhelming dengan segala kesempatan yang bisa diperoleh untuk menyalurkan kreativitasnya. 


“Dulu di Kuwait kita harus lebih berusaha untuk mencari segala sesuatu, New York malah punya segalanya. Rasanya semua ingin dicoba,” ceritanya sambil tertawa. “New York membuat kita harus bisa memilih supaya tetap fokus dalam melakukan sesuatu. Kalau nggak, kita cenderung setengah-setengah dalam mengerjakannya,” sambungnya.


Bahkan, di suatu waktu, Pinot sempat mengalami darah tinggi karena terlalu excited.


“Waktu itu tekanan darah saya sempat tinggi karena overexcited akibat otak saya yang nggak pernah berhenti berpikir, selalu ada percikan ide yang muncul dan ingin terus mencoba banyak hal,” ujarnya di tengah wawancara Her World dengan Dita.




(Baca Juga: Destinasi Bulan Madu di New York)

Wanita yang merupakan alumnus Universitas Indonesia itu melihat The Big Apple sebagai kota yang sangat beragam, tetapi dapat menyambut para pendatang sehingga cukup mudah untuk beradaptasi tanpa merasa canggung. Ia mengatakan bahwa di sana mereka dapat ekspresif dan merasa nyaman dengan diri sendiri.


“Kami merasa bahwa New York adalah kota kami. Masyarakat di sini sangat apresiatif dan menghargai hasil kerja orang tanpa memedulikan dari mana kita berasal. Bahkan, untuk menjadi aneh pun di sini dihargai,” terangnya.


Di balik pekerjaannya sebagai ilustrator dan surface pattern designer, Dita gemar menjahit pakaian untuk anggota keluarganya sebagai bentuk mengurangi penggunaan pakaian ready-to-wear, terutama dari praktik fast fashion yang tidak etis. Aktivitas ini menjadi pelepas penat yang menyenangkan baginya karena keluarganya bisa mengenakan pakaian dengan motif berbeda dari kebanyakan orang.




Ia pun tidak pernah merasa jenuh dalam menjalani kehidupan karena baginya, setiap harinya memiliki tantangan baru yang harus dihadapi.


(Baca Juga: Veronica Tan Bicara Cinta Dan Popularitas)


Belasan tahun berpetualang di luar negeri membuat Dita merasa lebih kaya dalam memandang perbedaan, baik itu ras, budaya, maupun kebiasaan orang lain.


“Sekarang kami lebih bisa melihat kalau kita bukan manusia yang sempurna atau lebih superior dari orang lain karena di luar sana terdapat banyak perbedaan dimana kami belajar untuk menerimanya,” tutupnya.


(Penulis: Aurelia Gracia)

A chat with