A chat with

A Chat with Andandika 'MORAL': Bercerita Melalui Mode

By : Yolanda Deayu - 2019-03-18 10:45:00 A Chat with Andandika 'MORAL': Bercerita Melalui Mode


Andandika Surasetja, pendiri sekaligus Direktur Kreatif label MORAL, selalu menyampaikan cerita yang mendalam di setiap rancangannya.

Koleksi terbarunya yang bertajuk 'Perspektif' menghadirkan 10 foto yang diambil oleh dua anak penyandang tuna netra low-vision menggunakan kamera disposable Kodak dan Lomo Action Sampler, yang kemudian diwujudkan oleh Andandika menjadi 10 motif yang ada di koleksi ini.

Sepuluh motif tersebut ditampilkan dalam lima warna yang merepresentasikan spektrum cahaya, dan juga dalam hitam dan putih.

(Baca juga: A Chat with Raegita Zoro: Cerita di Balik Warna Neon)



Salah satu pemenang Harper’s Bazaar Asia NewGen Fashion Award (ANFA) 2018 di Indonesia ini pun menyempatkan waktu untuk menceritakan perjalanannya di industri mode kepada Her World, mulai dari mendirikan MORAL, pengalaman menampilkan koleksinya di Harbin Fashion Week, hingga rencana berbagai kolaborasi seru yang akan datang.

(Baca juga artikel: Madeind x Moral, Kolaborasi Label Lokal yang Berani)


Halo Dika! Apa yang membuat Anda memutuskan untuk berhenti bekerja di bidang jurnalisme dan akhirnya mendirikan MORAL?

"Saya selalu suka berbagi cerita serta gagasan, sementara fashion selalu menjadi passion saya sejak kecil. Setelah terjun di industri media sebagai jurnalis dan fashion stylist selama tiga tahun akhirnya saya menemukan sebuah ide awal bahwa ‘fashion’ sendiri merupakan sebuah medium untuk mengangkat isu-isu tertentu. Melalui potongan pola serta pilihan material yang membentuk setiap pakaian ada banyak muatan emosi yang bisa saya luapkan. Fashion dapat menyampaikan serta merealisasikan ide-ide yang saya miliki secara 360 derajat. Dari situlah MORAL lahir, berdiri untuk mewakili konsep 'MORAL_____ofthestory'."


Apa yang membedakan MORAL dengan label yang lainnya?

"Saya rasa perbedaan paling mendasar ada di ranah konseptual. Setiap brand dan desainer tentu dapat membuat pakaian yang baik dan layak, tapi soal cerita - tentu saja kisah yang MORAL sampaikan akan berbeda dengan apa yang disampaikan oleh brand dan desainer lain. Cerita, arahan gaya, serta kebebasan yang kami usung menjadi identitas tersendiri bagi MORAL."


Apakah Anda memiliki material favorit untuk membuat sebuah busana? Apa alasannya?

"Dari musim ke musim MORAL mempertahankan teknik digital print yang memungkinkan saya mentransfer foto serta image ke dalam format material siap pakai. Untuk jenisnya sendiri saya ingin selalu memiliki kebebasan bereksplorasi dan berkreasi, mulai dari kanvas, katun organik, organza silk, hingga material kontemporer seperti PVC serta pengunaan plastik tarpaulin. Hal ini saya tujukan untuk merepresentasikan sisi jalanan, serta gerakan perlawanan yang menjadi DNA brand ini."


Apakah ada rencana untuk berkolaborasi dengan desainer lain lagi?

"Kolaborasi selalu menjadi kata kunci perkembangan MORAL sebagai brand. Justru kami tidak membatasi kolaborasi sebatas dengan brand/desainer mode lainnya. Kami justru telah berkolaborasi dengan musisi, seniman teater, desainer grafis, bahkan firma konsultan finansial dalam merilis koleksi khusus. Pada tahun 2019 ini akan ada proyek kolaborasi musik yang akan sangat menarik untuk disimak."

(Baca juga artikel: Label Moral Usung Koleksi 'Perspektif' ke Harbin China)


Moral telah menampilkan koleksinya di Harbin Fashion Week. Apakah ada perbedaan yang Anda rasakan ketika menyiapkan untuk peragaan busana di sana dan apa tantangan terbesarnya?

"Perbedaan ada pada alur produksi show yang terencana dengan matang dan tereksekusi dengan sangat rapi. Saya mengamati sungguh-sungguh dan belajar banyak dari sana agar kelak dapat menerapkan hal-hal positif yang saya dapatkan di sana pada show MORAL di masa mendatang. Daripada tantangan, saya lebih melihat kesempatan kemarin sebagai peluang untuk belajar begitu banyak dan berjejaring dengan desainer lain dan pelaku industri fashion di tingkat global."



Anda berhasil menjadi salah satu pemenang Harper’s Bazaar Asia NewGen Fashion Award (ANFA) 2018 di Indonesia. Apakah tantangan terbesar selama mengikutinya?

"Tantangan terbesar selama proses ANFA ialah menaklukan diri sendiri, berkompromi dengan ego - mempertemukan sisi idealisme dan komersialisme sehingga dapat membangun brand yang menjanjikan baik di sisi kreatif maupun bisnis. Selebihnya, saya mendapatkan begitu banyak kritik membangun dari para mentor."


Apa pengalaman paling berharga yang didapat setelah mengikuti ANFA dan berhasil menjadi runner-up di tingkat regional?

"Pengalaman yang paling berharga ialah keyakinan yang saya dapatkan: bahwa saya berada di jalur yang benar. Sesekali kita perlu mendapatkan validasi untuk apa yang kita lakukan. Seluruh rangkaian proses ANFA yang saya lalui memberikan sebuah dorongan untuk saya melangkah lebih jauh."


Harapan untuk industri mode Indonesia kedepannya?

"Semakin kreatif dan original. Lebih banyak pelaku di industri mode yang mengambil resiko untuk membuat gebrakan baru, bukan sekedar ikut-ikutan atau turut meramaikan."


Persaingan industri mode di Indonesia terbilang ketat. Apakah ada tips yang bisa diberikan kepada mereka yang baru terjun ke dunia mode sebagai desainer?

"Jatuh sembilan kali, berdiri sepuluh kali. Industri ini membutuhkan mental tangguh sekuat baja."


Pesan-pesan untuk para desainer muda yang mengikuti ANFA 2019? 

"Jangan ragu dan takut untuk memulai. Mulai saja dulu… Di tengah jalan kamu akan semakin mengenali potensi dirimu. Apa yang jadi kekuatan kamu dan dimana kelemahan kamu. Mengenali diri sendiri akan sangat membantu perkembangan kita sebagai desainer. Bebaskan dirimu untuk bereksplorasi tapi harus stay true to yourself. "


A chat with