Life & health

Cara Menghadapi Kehilangan Orang Tersayang

By : Kiki Riama Priskila - 2021-07-23 10:00:02




Di pertengahan tahun 2021 ini kita dikejutkan oleh lonjakan kasus Covid-19 yang mengakibatkan adanya gelombang kedua di Indonesia. Banyak sekali berita duka yang berdatangan dan berita itu bahkan datang dari circle terdekat kita.


Tidak sedikit dari kita yang kehilangan anggota keluarga atau orang terdekat dan di saat yang sama, kita tidak bisa benar-benar memproses rasa kehilangan tersebut karena sebagian ada yang masih harus berjuang melawan Covid-19. Rasa kehilangan orang tersayang itu seolah muncul tiba-tiba tanpa peringatan.


Lalu bagaimana sebenarnya cara menghadapi kehilangan orang tersayang? Tentunya setiap orang punya caranya masing-masing, karena setiap orang punya cara yang berbeda dalam mengatasi permasalahan. Namun, berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa hal yang bisa saya bagi untuk teman-teman, dan mungkin ini bisa sedikit membantu siapapun yang sedang berusaha menghadapi rasa kehilangan, baik dari karier, finansial, bisnis, hingga anggota keluarga.


(Baca Juga: Para Seleb Ini Kehilangan Anggota Keluarga Karena Covid-19)


Beginilah cara menghadapi kehilangan yang bisa kamu coba.


Akui rasa yang hadir, jangan ditepis


(Foto: Dok. Liza Summer/Pexels)

Sebagai manusia, kita terbiasa untuk mengusir rasa tidak nyaman seperti marah, kecewa, sedih, takut dan lain sebagainya. Sebaliknya, kita lebih memilih untuk memelihara perasaan yang membuat kita nyaman seperti senang, semangat, bangga dan lainnya. Sehingga, apabila rasa tidak nyaman itu datang, reaksi awal kita biasanya adalah menolak untuk merasakannya.

Sementara, rasa apapun baik nyaman atau tidak, adalah hal yang normal untuk dialami. Akan ada konsekuensi apabila kita menepis rasa yang datang. Dalam hal berduka, kita biasanya merasakan sedih yang mendalam, ada perasaan marah, takut dan kecewa. Semua rasa ini sebaiknya kita akui keberadaannya, kita hadapi, dan kita kelola dengan baik karena sebenarnya ini adalah jalan awal menuju acceptance.


Kelola emosi, karena setiap rasa itu hanya sementara


(Foto: Dok. ANTHONY SHKRAB/Pexels)

Ketika sedang berduka, kita pasti akan merasa kewalahan dengan segala bentuk emosi yang datang. Banyak sekali rasa yang datang bersamaan dengan perasaan sedih yang mendalam seperti, marah, takut, kecewa, dan menyesal. Semua perasaan yang tidak enak ini membuat kita urung untuk merasa karena kita khawatir bahwa kita akan merasa tidak nyaman selamanya. Padahal, semua emosi itu hanya sementara.

Rasa senang dan bahagia pun juga tidak akan bertahan selamanya. Begitu juga dengan rasa sedih, takut dan marah tadi, tidak akan bertahan selamanya. Apabila kita akui, dan dikelola dengan baik, ia akan pergi, karena emosi lain yang kemudian akan datang. Lalu, bagaimana cara mengelola emosi dengan baik? Hanya ada satu cara, yaitu mengekspresikan.


(Baca Juga: Mengenal 8 Tanda Dan Gejala Depresi)


Dengan catatan, ekspresi emosi ini bersifat positif dan tidak mengganggu orang lain, seperti:

1. Ekspresikan lewat seni. Bisa dengan menulis, melukis, atau bermusik. Tuangkanlah rasa yang ada di dalam jiwa ke dalam karya seni.

2. Ekspresikan lewat gerakan. Bisa dengan berolah raga, menari, atau sekadar berjalan keluar rumah untuk mencari udara segar. Rasa adalah energi dan gerakan bisa membantu energi tersebut keluar tanpa membahayakan orang lain.

3. Ekspresikan dengan cara bercerita kepada orang yang kamu percaya tentang perasaan-perasaanmu. Dengan bercerita, sebagian energi dan rasa yang ada kita keluarkan lewat cerita.


(Baca Juga: Kenali 5 Tahap Emosi Dari Kehilangan)


Mengenal unresolved grief


(Foto: Dok. Darina Belonogova/Pexels)

Ketika kita menghadapi perasaan yang hadir, niscaya emosi dan mental kita akan sehat dan kita bisa sembuh dari luka batin dan trauma. Namun sebaliknya, apabila kita menepis perasaan yang datang, perasaan tersebut tidak akan serta-merta hilang dengan waktu.

Semua perasaan itu akan mengendap di alam bawah sadar dan akan menjadi sampah batin. Keadaan ini apabila dibiarkan, bisa membuat emosi kita tidak stabil dan akhirnya jiwa kita tidak sehat. Akibatnya, ini bisa mengganggu kesehatan, hubungan, karier, dan kepribadian kita. Di sisi lain, apabila kita dapat mengelola emosi dengan baik, kita bisa mempunyai jiwa yang sehat karena bisa berpikir dengan jernih dan tenang dalam menghadapi berbagai situasi.

Jika ini yang terjadi, kamu pun akan kesulitan menghadapi proses kehilangan tersebut. Ingat, kamulah yang bisa menyelesaikan unresolved grief-mu sendiri.


Sadari bahwa kesembuhan perlu proses


(Foto: Dok. Alex Green/Pexels)

Cara menghadapi kehilangan selanjutnya adalah dengan menyadari bahwa healing itu butuh waktu, tapi bukan waktu yang akan menyembuhkan kita. Bukan konsep"time will heal", tapi apa yang kita lakukan selama waktu itu.Kita harus secara aktif membantu diri kita untuk bisa sembuh dari luka batin dan trauma.

Mengakui rasa, mengelola emosi dan mengekspresikan emosi adalah langkah awal dalam proses healing karena ketika melakukan hal-hal tersebut, kita biasanya berdialog dengan diri sendiri, yang akhirnya akan berujung pada acceptance.

Apabila langkah awal tersebut belum bisa membantu diri menjadi lebih baik, tidak ada salahnya untuk mencoba bantuan profesional untuk membantu kita sembuh dari luka batin dan trauma.


(Baca Juga: 8 Gejala Depresi Yang Sulit Dipahami Oleh Diri Sendiri)


Masih ada kehidupan setelah kehilangan


(Foto: Dok. Gary Barnes/Pexels)

Kehilangan orang tersayang atau bahkan bisnis, finansial, dan karier yang sudah lama dirintis itu memang tidak mudah dan ada saat-saat di mana rasa sedih yang begitu mendalam, seperti tidak bisa dibendung dan mungkin rasanya tidak mungkin kita bisa menjalani hari-hari kita seperti dulu lagi.

Kita memang perlu berduka dengan sehat supaya kita bisa bangkit dari kesedihan kita, tapi kita tidak boleh hilang semangat. Semua yang terjadi memang sudah merupakan takdir dan kita harus berproses untuk bisa menerima kenyataan.

Sadari bahwa masih ada kehidupan yang menunggu bagimu dan hanya kamulah yang bisa menentukan akan seperti apa kehidupan itu. Apakah kamu mau terus-menerus sedih dan mengenang traumamu atau berani untuk mengembangkan potensimu yang besar?


(Baca Juga: 9 Tanda Fisik Dari Gangguan Kesehatan Mental)


Pada akhirnya, perlu disadari bahwa proses berduka akan menjadi bagian dari hidup kita selamanya dan kita akan menjadi pribadi yang lebih kaya karena pengalaman berduka ini. The truth is, grief will change you forever, but it is not the end of the world because we are still here, alive. So, live your life.


(Penulis: Nirasha Darusman)


Nirasha Darusman



Akrab disapa Nira, adalah seorang ibu dari dua putri, Numma (7) dan Alna (12). Kesibukan Nira sehari-hari saat ini adalah menjadi konsultan di Impact Factory (PT. Indonesia Lebih Baik).

Perjalanan berduka Nira dimulai sejak ia kehilangan adiknya pada tahun 2007, kemudian ayahnya pada tahun 2009, lalu kehilangan kakaknya pada tahun 2013 dan yang terakhir adalah kehilangan ibunya pada tahun 2014.

Dengan niat, usaha, tekad dan dukungan dari orang-orang terdekat, Nira bisa perlahan sembuh dari luka batin dan trauma dan akhirnya menjadi grief survivor.