“Saya ingin terus berkontribusi dalam proyek-proyek yang membantu mengembangkan infrastruktur digital di Indonesia.”
Adipratnia Satwika Asmady, atau biasa dipanggil Nia, adalah seorang insinyur perempuan yang memainkan peran penting dalam peluncuran Satelit Satria-1, satelit pertama Indonesia yang memberikan layanan konektivitas di seluruh negeri. Dalam perjalanan kariernya, Nia menekankan bahwa minatnya terhadap dunia teknik dan sains telah tumbuh sejak kecil, berkat pengaruh ayahnya yang juga berprofesi di bidang teknik. "Ayah saya banyak membahas hal-hal teknis dengan saya sejak kecil, dan itu yang membuat saya tertarik masuk ke dunia teknik," jelas Nia.
Setelah menamatkan pendidikan di Amerika, Nia sempat ingin meneruskan pekerjaan di sana, namun Nia mengalami kendala karena adanya pembatasan bagi warga asing di industri antariksa Amerika. Hal tersebut membuat Nia sempat gelisah, hingga pada akhirnya memutuskan untuk ke Indonesia atas saran sang ibu. Ketika kembali ke Indonesia, Nia memulai kariernya di industri satelit, di mana ia mempelajari berbagai ilmu yang berbeda. "Dunia satelit sangat kompleks, namun justru itulah yang membuat saya semakin tertarik," ungkapnya.
Peluncuran Satria-1
Nia mengakui bahwa bekerja di bidang teknologi memerlukan kerja sama tim yang sangat erat, layaknya sebuah orkestra di mana setiap orang memiliki peran penting dalam memastikan keseluruhan proyek berjalan lancar. “Saya sangat kagum dengan berbagai macam keahlian yang diperlukan untuk membuat satu satelit. Ini membuat saya lebih menghargai setiap bagian dari proses pembuatan satelit, dari desain hingga peluncuran,” ungkapnya.
Meskipun telah mencapai keberhasilan dengan peluncuran Satria-1, perjalanan Nia penuh dengan tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah perasaan bahwa ia tidak selalu tahu segala hal, namun Nia harus tetap menjadi seorang pemimpin di proyek ini. “Banyak orang yang ahli dalam satu aspek tertentu, dan terkadang saya harus mempelajari hal-hal baru di luar spesialisasi saya. Namun, keahlian manajemen proyek sangat membantu saya dalam menjaga kelancaran kolaborasi tim,” ungkapnya.
Kesuksesan peluncuran Satelit Satria-1 adalah momen yang sangat membanggakan bagi Nia. Satelit ini membawa dampak besar, terutama dalam menyediakan akses internet dan telekomunikasi bagi wilayah-wilayah terpencil di Indonesia. “Proyek ini bukan hanya penting untuk negara, tapi juga berpengaruh besar pada akses internet di daerah terpencil. Merasakan dampak dari kerja keras kami adalah hal yang sangat memuaskan,”
Setelah sukses meluncurkan satelit Satria 1 untuk Indonesia, Nia tetap ingin berperan aktif dan terus mengembangkan dan memajukan dunia STEM, khususnya antariksa di Indonesia. “Saya ingin terus berkontribusi dalam proyek-proyek yang membantu mengembangkan infrastruktur digital di Indonesia. Selain itu, saya berharap bisa lebih banyak menginspirasi perempuan-perempuan muda untuk berkarier di bidang teknologi.”
Perempuan di bidang STEM
Sebagai seorang perempuan yang berkecimpung di dunia teknologi, Nia juga sangat peduli pada peningkatan partisipasi perempuan dalam bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika). Ia berharap generasi perempuan muda Indonesia semakin banyak yang berkarier di bidang ini. "Pesan saya untuk perempuan Indonesia, jangan takut untuk berkarier di dunia teknik. Kita bisa sama hebatnya, bahkan lebih baik dari rekan-rekan laki-laki. Perempuan memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan, terutama dalam hal leadership dan kepekaan."
Rasa kepedulian yang tinggi terhadap perkembangan teknologi dan sains di Indonesia dimiliki oleh Nia. Ia pun merasa sangat bangga lahir sebagai perempuan yang diberikan kesempatan oleh Negara dan masyarakat dalam membuat sebuah karya besar yang mampu memberikan dampak besar untuk masa depan Indonesia.
“Desain interior adalah tempat kita hidup. The invisible hands yang membentuk kehidupan masyarakat, mulai dari perilaku hingga kebiasaan sehari-hari.”
Dunia arsitektur, seni, dan interior sudah menjadi bagian dalam kehidupan seorang Kezia Karin. Tumbuh melihat kedua orang tuanya berprofesi sebagai arsitek pelan-pelan memupukkan keinginan Karin untuk mendalami desain interior secara akademis. Industri yang memusatkan perhatian pada estetika dan kenyamanan sebuah ruangan, Karin pun menjalani kariernya sebagai desainer interior. “Bagi saya, desain interior adalah tempat kita hidup. The invisible hands yang membentuk kehidupan masyarakat, mulai dari perilaku hingga kebiasaan sehari-hari,” ungkap Karin.
Setelah menempuh studi dan meraih gelar sarjana jurusan desain interior, Karin memulai perjalanan kariernya. Setelah melalui masa magang, fokus menjalankan apa yang sedang dikerjakan, Karin pun melanjutkan karier sebagai pekerja lepas selama kurang lebih dua tahun sebelum akhirnya memberanikan diri untuk membuka studionya sendiri, Kezia Karin Studio.
Belajar dari Kesalahan
Tidak banyak mengetahui lika-liku merintis sebuah usaha, Karin pun dihadapkan dengan berbagai tantangan, belajar dari banyak kesalahan, tetapi terus berkarya hingga akhirnya bertahan selama lebih dari satu dekade. Proyek pertama yang ia garap adalah sebuah rumah tinggal di Surabaya memberikan pengalaman untuk lebih mendengarkan keinginan dan kebutuhan klien.
“Menurut saya, dalam mengerjakan rumah tinggal, kami membantu memberikan struktur pada hunian pengguna dengan tujuan untuk menghadirkan rumah yang nyaman ditinggali menurut mereka,” jelas Karin. Baik rumah tinggal, hotel, maupun restoran, Kezia Karin dan tim menghadirkan beragam konsep tanpa meninggalkan signature style. Ia berkreasi dengan konsep yang berbeda-beda merupakan kesadaran bahwa dirinya mudah bosan dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga keinginan bereksplorasi selalu muncul.
Setiap detail menimbulkan pertanyaan, rasa ingin tahu menjadi bensin Karin dalam berkarya di berbagai proyek. Rasa penasaran tersebut ia perkaya dengan kebiasaan membaca banyak literatur, belajar dari orang lain, peka terhadap perubahan tren dan zaman. Sebab, baginya, desain merupakan hasil “perpustakaan” yang tersimpan dalam pikiran. Proses tersebut ia nikmati, walau tidak jarang terasa sulit dijalankan. Namun, bagi Karin, penting memberikan hasil terbaik karena industri yang ia jalani hingga sekarang menuntut hasil terbaik dari seorang Kezia Karin, apapun proses yang dilalui.
Meningkatkan Kualitas Diri
Selama lebih dari 20 tahun berkarya dalam dunia desain interior, mencapai dan meningkatkan standar hasil yang sudah dimiliki Kezia Karin Studio, ia pun dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah. Untuk berproses meningkatkan kualitas diri dan kemudian standar perusahaan yang dirintis, Karin kerap dihadapkan pada kritik-kritik orang lain mengenai proses Karin yang terlibat sulit.
Tidak jarang ia dibilang pribadi yang sulit, demanding, dan perfeksionis karena proses kerja yang dijalani. Dengan reputasi dan standar yang harus dijaga, sekaligus ditingkatkan, Karin terus memikirkan sematang mungkin untuk mencapai hasil terbaik dengan cara sesederhana mungkin. Namun, Karin percaya untuk selalu berproses dan berprogres, baik sebagai pribadi maupun perusahaan. “Pada saat saya tidak berprogres, saya obsolet. Mungkin tidak dilihat orang lain, tetapi saya rasakan sendiri,” tegas Karin.
Prinsip untuk selalu ingin bertumbuh, Karin pun tidak berhenti untuk memperkaya diri dan kemudian, terus merapikan sistem perusahaan yang ia rintis. Ia memiliki keinginan untuk pergi ke tempat-tempat baru, membaca lebih banyak buku, dan baru-baru ini ingin mendalami seni. Ia pun tidak berhenti untuk merapikan sistem yang berjalan di kantor karena ia percaya sistem kerja selalu punya ruang untuk dirapikan sehingga menghasilkan karya lebih baik.
“Kalau ingin menggapai sebuah mimpi, jangan stuck di satu keinginan saja. Sebab, tidak ada yang tahu jalan hidup akan mengarah kemana.”
Industri hiburan dan menjadi bagian di dalamnya tidak masuk daftar cita-cita seorang Prilly Latuconsina. Ia fokus menyelesaikan studinya di bangku sekolah dengan impian menjadi dokter anak atau guru taman kanak-kanak selagi mengisi waktu luang dengan ikut berbagai kursus di luar akademis.
Namun, perkenalannya dengan industri yang kini membesarkan namanya berawal dari hosting saat remaja. Saat ia fokus bersekolah, tawaran untuk terlibat dalam serial televisi Get Married di sebuah stasiun televisi, Prilly pun memilih untuk berkarya penuh di industri hiburan dan memilih homeschooling.
“Ada satu nasihat dari orang tua adalah kalau ingin menggapai sebuah mimpi, jangan stuck di satu keinginan saja. Sebab, tidak ada yang tahu jalan hidup akan mengarah kemana dan Allah ingin saya sukses di mana,” ungkap Prilly. Nasihat ini yang kemudian mendorong Prilly untuk bereksplorasi di dunia hiburan.
Mengayomi Peran Baru
Berbagai sinetron ia perankan, namanya semakin familier di telinga masyarakat, perlahan Prilly mengepakkan sayapnya dari layar kaca ke layar lebar. Berkat aktingnya dalam sebuah sinetron, warga internet semakin mengenal sosok Prilly dengan jumlah follower yang meningkat pesat.
Meski membawa banyak berkat, Prilly mengakui bahwa era digital sekarang menjadi tantangan tersendiri untuk membuktikan dirinya sebagai aktris. Banyak stigma kalau followers banyak belum tentu selaras dengan kualitas aktingnya membuat Prilly harus bekerja lebih keras untuk membuktikan dirinya.
Ketika banyak kesempatan yang tidak ia dapatkan untuk tumbuh sebagai aktris, Prilly pun berkolaborasi dengan rekannya, Umay Shahab, untuk membuka rumah produksi Sinemaku Pictures. Sebuah rumah produksi yang menjadi wadah keduanya bereksplorasi dunia seni dari peran berbeda, yaitu produser dan sutradara. “Kami [Prilly & Umay Shahab] sama-sama memiliki keluhan yang sama. Kami merasa tidak diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan kami sehingga memutuskan untuk membuat rumah produksi sendiri [Sinemaku Pictures],” cerita Prilly.
Produser menjadi peran baru yang ia pilih untuk berkarya dalam industri film. Kukira Kau Rumah dan Ketika Berhenti di Sini adalah dua karya rumah memperkenalkan Sinemaku Pictures kepada penikmat film Tanah Air. Tidak berusaha mengikuti tren, Prilly menghadirkan cerita-cerita yang dekat dengan kehidupannya dan menurutnya, memiliki relativitas yang tinggi dengan audiens.
Rasanya tidak ada yang lebih membanggakan bagi Prilly dari pengalamannya merilis film-film karya rumah produksinya dan mendapatkan respon luar biasa, tidak hanya sekadar angka penonton. Pesan-pesan ungkapan terima kasih yang Prilly terima dari penonton yang sudah menyaksikan karyanya menyimpan kebanggaan tersendiri bagi perempuan berzodiak Libra ini. “Ketika saya mengetahui fakta bahwa saya dapat mengubah hidup orang lain menjadi lebih baik atau membuka perspektif banyak orang melalui film yang saya buat itu adalah prestasi sekaligus kebanggaan yang tidak dapat saya ungkapkan,” cerita Prilly.
Membangun Jejak Karier
Mulai dari seniman hingga aktivis lingkungan, ia membangun karier dalam berbagai peran dan tidak jarang Prilly dihadapkan pada momen yang membuatnya ingin menyerah. Tidak sedikit penggemarnya yang menyarankan dirinya untuk sejenak mengambil jeda dan beristirahat, di saat dunianya tidak sedang bersabar menanti. Saat-saat seperti itulah, support system menjadi elemen penting bagi seorang Prilly.
“Penting bagi saya untuk memiliki support system yang baik dalam menjaga resiliensi tersebut. Saat saya merasa lemah, saya membutuhkan satu tempat untuk berkeluh kesah dan menyadarkan saya untuk bangkit,” ungkap Prilly.
Sudah berkarya lebih dari 10 tahun dengan berbagai peran yang dijalani, tuntutan dalam setiap hal yang ia kerjakan, Prilly selalu punya alasan untuk bersyukur dari hal-hal terkecil. Mulai dari proyek konservasi yang ia lakukan, memenangkan piala Festival Film Indonesia 2023 hingga sekarang menjalankan tanggung jawab sebagai Ketua Pelaksana Festival Film Indonesia 2024, dirinya mengaku tak pernah berhenti mengucapkan syukur. “Banyak momen yang memang menjadi alasan saya bersyukur. Saya merayakan kemenangan-kemenangan kecil dalam hidup,” ungkap Prilly.
"Seorang ibu tunggal memiliki tugas yang sangat besar, mereka berhak bahagia, dan setiap perempuan berhak menentukan kebahagiaannya sendiri.”
Maureen Hitipeuw merupakan sosok inspiratif di balik berdirinya Single Moms Indonesia, sebuah komunitas yang memberikan dukungan bagi para ibu tunggal di Indonesia. Sebagai seorang ibu tunggal, Maureen memiliki pandangan mendalam tentang peran seorang ibu, terutama ketika harus menjalani kehidupan tanpa kehadiran pasangan, “Seorang ibu itu luar biasa, memiliki tanggung jawab besar dalam membesarkan dan mendidik anak, apalagi jika ia adalah seorang ibu tunggal,” kata Maureen. Baginya, seorang ibu harus berhati-hati agar tidak kehilangan jati diri di tengah budaya patriarki yang sering menempatkan perempuan di posisi tersisih.
Maureen memulai perjalanannya tanpa rencana besar. "Single Moms Indonesia ini berdiri secara tidak sengaja," ungkapnya. Single Moms Indonesia terbentuk dari rasa gundahnya Maureen, karena dirinya kerap merasa kesepian dan sulit menemukan dukungan dari orang lain, baik dari teman, keluarga, maupun komunitas lokal. "Sebagian besar support group untuk para single moms yang ada, berbasis di luar negeri dan tidak relevan dengan konteks budaya Indonesia," ungkapnya.
Berbekal keilmuan yang dimilikinya, Maureen mulai membuat blog tentang proses healing-nya di media sosial. “Saya menulis tentang proses healing saya, proses berdamai dengan diri sendiri akibat divorce, dan akhirnya banyak yang merespon, khususnya perempuan Indonesia yang mengalami hal serupa," ungkap Maureen.
Hingga akhirnya pada tahun 2014 Maureen memutuskan untuk membuat komunitas Single Moms Indonesia yang diharapkan mampu menjadi rumah bagi para ibu tunggal Indonesia. “Komunitas ini berdiri sebagai rumah teduh yang dipagari dengan norma untuk tidak saling menjatuhkan atau menghakimi,” ujar Maureen. Single Moms Indonesia menjadi wadah para anggotanya untuk saling bercerita, mendukung, dan menyayangi satu sama lain seperti keluarga.
Maureen menjelaskan bahwa visi utama dari Single Moms Indonesia adalah terkait pemberdayaan ibu tunggal, terutama dari sisi finansial. “Saya menyadari bahwa ibu tunggal datang dari berbagai latar belakang, tapi masalah utama yang dihadapi adalah finansial,” jelas Maureen. Sehingga dengan adanya fenomena tersebut, Maureen membangun komunitas ini dengan menawarkan berbagai program pelatihan seperti manajemen keuangan, parenting, hingga self-improvement, guna membekali para ibu tunggal dengan keterampilan yang diperlukan untuk menjalani hidup yang mandiri.
Selain itu, Maureen juga bercita-cita untuk mengubah stigma negatif yang melekat pada ibu tunggal di Indonesia. “Stigma ini sudah sangat mengakar, jadi saya ingin memfokuskan untuk mengedukasi generasi muda melalui media sosial, agar pandangan negatif terhadap ibu tunggal bisa perlahan-lahan diubah,” ujarnya.
Keberhasilan komunitas Single Moms Indonesia juga tidak terlepas dari tantangan. Pada tahun pertama membangun komunitas, Maureen mengakui bahwa ia sempat meragukan kemampuannya sendiri. “Saya tidak memiliki pengalaman organisasi sebelumnya dan saya sempat bertanya-tanya, apakah saya bisa menjalankan komunitas ini,” tuturnya. Selain itu, tantangan lainnya yang dihadapi adalah serbuan spam dari orang-orang yang memanfaatkan nama “single moms” untuk tujuan tidak baik. Meskipun demikian, tantangan ini membuat Maureen lebih fokus pada pembangunan pondasi komunitas, seperti aturan hingga formulir untuk para anggota Single Moms Indonesia.
Meskipun Maureen sering mendapatkan award, hal paling rewarding menurutnya adalah melihat anggota Single Moms Indonesia dapat berkembang. “Saya sangat bangga ketika melihat ibu-ibu yang dulu masuk komunitas dalam keadaan ‘berdarah-darah’ bisa bangkit, membangun usaha, dan sukses,” ungkapnya. Ia juga bangga karena banyak anggota yang tetap aktif di komunitas meski sudah berhasil memperbaiki hidup mereka, bahkan membantu anggota lainnya dengan berbagi ilmu. “Saya merasa sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk melihat orang-orang pulih, berdaya, dan kuat melalui kerja keras mereka sendiri, serta dapat memberikan manfaat kepada yang lain,” katanya.
Salah satu program yang paling sukses dari komunitas Single Moms Indonesia adalah Momspreneurs Hub yang merupakan sebuah kursus intensif bagi anggota Single Moms Indonesia ingin mengembangkan usaha mereka. Meskipun Single Moms Indonesia telah sukses dalam acara tersebut, Maureen tetap memiliki visi besar untuk Single Moms Indonesia. “Harapan saya adalah kita bisa membuat program yang lebih impactful. Saya melihat bahwa kita harus memberdayakan mereka, karena mereka memiliki anak yang harus dibesarkan dengan sangat baik untuk kepentingan bangsa," ungkapnya.
“Patahkan stigma yang ada, tunjukkan bahwa orang dengan down syndrome itu bisa.”
Perempuan dengan minat besar di bidang dance ini bernama Namira Zania. Sejak kecil, minatnya untuk menari sangat dominan. Mulai dari menonton dance show hingga lomba, Namira tumbuh menjadi seseorang yang percaya diri dan berbakat. Tahun ini, Namira bersama temannya berhasil terbang ke Brisbane, Australia untuk menari dan menjadi perwakilan pertama dari Indonesia di World Down Syndrome Congress. Ia juga mendapatkan penghargaan R.A. Kartini Award 2024 dengan kategori “Turned Disability Into Strength”.
Perjalanan Namira tidak mudah. Ia harus latihan berkali-kali, dua hingga tiga jam hanya untuk pengambilan konten dengan durasi 7-15 menit. Menghafal koreografinya juga tidak selalu mulus. Tetapi Namira memiliki kegigihan dan konsistensi sejak kecil untuk berlatih dan mewujudkan passion-nya.
Perempuan dan down syndrome
Tampil di catwalk pada Jakarta Fashion Week 2019 lalu jadi momen penting bagi Namira. Itu adalah kali pertama Namira melakukan persiapan di belakang panggung tanpa sang ibu. Ia harus melawan rasa takutnya. Tetapi di sisi lain, ini adalah apa yang diimpikan Namira sejak kecil. Fashion show yang dulu hanya bisa dilihat di layar televisi kini berhasil ia wujudkan di atas catwalk. Namira juga sudah bekerja sama dengan banyak brand skincare dan clothing line lokal. Dari sini Namira berhasil membuktikan, semua orang perlu diberikan kesempatan untuk belajar dan mencoba hal baru.
Menjadi perempuan dengan down syndrome sering kali menimbulkan ketidakadilan berlapis. Di luar sana, bullying masih marak terjadi. Namira membagikan keresahannya sebagai perempuan dengan down syndrome yang dianggap mudah dibodohi dan rendah, bahkan dilecehkan. Apalagi dengan kecepatan media sosial, kekerasan berbasis gender online (KGBO) menjadi hal yang sulit dihindari.
Patahkan Stigma yang Ada
Representasi perempuan dengan disabilitas di publik, khususnya down syndrome, masih harus ditingkatkan. Masyarakat juga perlu mengubah stigma tentang down syndrome dan bersama menciptakan ruang-ruang setara dan inklusif. Karena orang dengan down syndrome punya hak untuk hidup yang layak dan berhak atas segala kebutuhan seperti manusia biasanya. “Patahkan stigma yang ada, tunjukkan bahwa orang dengan down syndrome itu bisa,” tutup Namira.
“Saya ingin setiap perempuan yang mengenakan perhiasan ini, berapa pun karatnya, tetap bisa meningkatkan rasa percaya diri dan merasa lebih berdaya.”
Ketika Naomi Julia Soegianto mendirikan NJS Gold, tidak pernah terlintas dalam benaknya bahwa perjalanannya akan menjadi salah satu contoh keberhasilan perempuan di industri yang didominasi oleh laki-laki. Dunia bisnis perhiasan emas adalah ladang yang keras, penuh kompetisi, dan sering kali menempatkan perempuan di sudut. Namun, bagi Naomi, semua itu hanyalah tantangan yang siap dihadapinya dengan tekad baja.
Naomi mendirikan NJS Gold dari nol. "Saya tidak pernah mendapatkan bisnis ini begitu saja dari keluarga. Saya memulai dari bawah," ungkapnya. Perjuangan itu bukan hanya tentang mendirikan bisnis, tetapi juga tentang membuktikan bahwa perempuan mampu bertahan dan bersinar di industri yang didominasi laki-laki. Semakin banyak prestasi yang ditoreh oleh Naomi. Salah satunya ketika NJS Gold menjadi official jewelry partner untuk Miss Universe Indonesia 2024 dan menampilkan mahkota Teratai Nusantara yang didesain dengan white gold elegan serta kilauan First Quality Cubic Zirconia gemstones.
Berdiri di Atas Kaki Sendiri
Keputusan Naomi untuk mendirikan NJS Gold datang setelah kehilangan ayahnya, yang merupakan tokoh sentral dalam hidupnya. Momen ini memaksanya keluar dari bisnis keluarga besar dan mencari jalannya sendiri. "Saya harus mengandalkan keterampilan dasar yang saya miliki dan memulai semuanya dari awal. Tidak mudah, tapi itulah yang menguatkan saya," kenangnya. Memulai dari wholesaler, NJS Gold kini berkembang pesat dan memiliki toko perhiasan yang diakui, dengan desain-desain yang menyatukan keindahan tradisi dan sentuhan modern.
Naomi mengaku bahwa sejak awal perjalanannya, dia tak pernah gentar menghadapi stereotip industri ini sebagai "dunia laki-laki." Ia bahkan sering bepergian ke daerah-daerah seperti Maluku dan Papua untuk memasarkan produknya sendiri. "Tatapan meremehkan sudah biasa. Tapi, sebagai perempuan, kita harus tetap percaya diri dan kualitas yang kita punya," ungkapnya tegas. Naomi adalah contoh nyata bagaimana perempuan bisa mengambil peran yang biasanya dianggap terlalu berat dan mengubahnya menjadi peluang besar.
Bagi Naomi, tantangan dalam dunia bisnis bukan sekadar menghadapi persaingan, tetapi juga membangun budaya kerja yang sehat di dalam perusahaan. Baginya, memastikan seluruh tim memiliki visi yang sama dan bekerja dengan penuh semangat adalah salah satu tantangan terbesar. "Saya ingin setiap orang di tim merasa seperti keluarga, bekerja sama dan saling mendukung. Bekerja bukan hanya soal mencari nafkah, tapi juga bentuk ibadah dan pemberian yang terbaik untuk keluarga," jelas Naomi.
Mewujudkan Mimpi Perempuan Melalui Emas
Bagi Naomi, setiap perhiasan yang dihasilkan membawa pesan kekuatan dan pemberdayaan perempuan. "Saya ingin setiap perempuan yang memakai perhiasan NJS Gold merasa lebih percaya diri dan berdaya. Emas bukan hanya soal nilai material, tapi bagaimana itu bisa memberi makna pada pemakainya," tutur Naomi.
Pandangan ini tidak lepas dari cita-citanya yang lebih besar: memberdayakan perempuan untuk menggapai mimpi mereka. Naomi percaya bahwa perempuan memiliki kekuatan yang tak terbatas. "Jangan pernah merasa lemah atau putus asa. Setiap tantangan adalah bagian dari proses, dan kita sebagai perempuan harus terus maju, tidak mundur," tegasnya.
Dalam perjalanan kariernya, Naomi tak hanya memikirkan tentang kesuksesan pribadi. Mimpinya selalu melampaui dirinya sendiri. "Saya mendirikan NJS Gold bukan untuk saya, tapi untuk orang-orang yang bekerja bersama saya. Saya ingin mereka bisa hidup lebih baik, dan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak," ujarnya.
Keinginan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak karyawan menjadi salah satu pencapaian yang paling membanggakan bagi Naomi. Ini adalah bagian dari visi besar yang selalu ia pegang: menjadi berkat bagi orang lain. Naomi bukan hanya seorang pebisnis, tapi juga seorang ibu yang ingin menciptakan warisan baik bagi keluarganya dan seluruh tim yang bekerja dengannya.
Cerita Naomi Julia Soegianto bukan hanya tentang bagaimana seorang perempuan bisa sukses di industri yang keras, tapi juga tentang bagaimana ketulusan, ketekunan, dan semangat untuk membantu sesama bisa menciptakan perubahan nyata. Ia membuktikan bahwa di balik kemewahan emas, terdapat hati yang penuh kepedulian, keberanian, dan cinta terhadap sesama perempuan.
“Banyak orang belum sadar bahwa Indonesia ini punya kita.”
Datang dari latar belakang pendidikan yang punya kaitan erat dengan politik dan kebijakan, Andhyta F. Utami atau akrab disapa Afu punya keresahan penting tentang kondisi politik di Indonesia. Afu adalah Founder & Chief Executive Officer di bidang Climate Policy Principal Think Policy dan inisator literasi politik lewat Bijak Demokrasi.
Berawal dari ketertarikannya dengan bahasa dan debat, Afu tumbuh menjadi perempuan yang punya passion besar dengan analisis dan problem solving. Lewat karier sebelumnya di lembaga swadaya masyarakat dan World Bank, Afu punya konsistensi yang cukup kuat untuk menaruh dirinya di sektor ekonomi, lingkungan, dan pendidikan politik.
Afu punya dua masalah yang jadi prioritasnya. Di satu sisi, pemerintah sebagai pembuat kebijakan publik harus bisa memberikan solusi yang efisien dan empatis. Di sisi yang lain, masyarakat juga harus aktif dan sadar menyuarakan apa yang jadi kebutuhan mereka. Think Policy dan Bijak Demokrasi adalah cara Afu dan timnya mewujudkan itu.
Perempuan dan Politik
Sebagai perempuan yang bergerak di dunia ekonomi hijau dan kebijakan publik, Afu juga aktif bersuara tentang kebijakan yang kompatibel untuk planet. Di mana suatu peraturan dibuat efisien dan tidak mengakibatkan kerugian jangka yang panjang bagi negara. Kebijakan publik yang berbasis bukti dan empati jadi kunci penting dalam membuat peraturan yang inklusif. Sayangnya, di Indonesia sendiri, Afu melihat, ada orang yang punya otoritas tapi tak punya kapasitas, juga sebaliknya, ada orang yang punya kapasitas untuk membuat kebijakan publik, tetapi tidak punya otoritas akan hal itu. Gap ini yang ingin diatasi lewat Think Policy.
Posisi Afu di dalam kotak perempuan dan ekonomi terasa bersebrangan. Apalagi ekonomi identik dengan keilmuan yang sangat maskulin dan male-dominated. Tapi hal ini justru jadi peluang untuk mendobrak dan justru bekerjasama demi tujuan yang lebih besar. Apalagi bekerja dengan sesama perempuan di dunia professional. “Kalau ada orang masuk ke halaman rumah kamu, terus diobrak-abrik, bagaimana rasanya?” tanya Afu untuk menggambarkan kondisi politik di Indonesia. Afu mengajak kita untuk punya kesadaran tentang siapa yang akan mewakili kita di level pemerintah (public servant).
“Banyak orang belum sadar bahwa Indonesia ini punya kita, atau dalam konteks Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah), Jakarta itu punya kita. Ketika kita tidak bersuara, orang lain bisa mengacak-acak (apa yang sudah jadi rumah kita),” tutupnya mengakhiri wawancara bersama Her World Indonesia.
Sosok pionir di balik kehadiran kosmetik halal, Nurhayati Subakat sukses untuk terus berkarya melalui PT Paragon Technology & Innovation. Rasanya perusahan yang telah dirintis sejak 1995 dan berhasil menciptakan ragam produk perawatan kulit dan makeup ini sudah tak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Lahir di Padang Panjang, bersama ketujuh saudara yang sebagian besar perempuan, Nurhayati diperkenalkan oleh kedua orang tuanya akan pentingnya iman dan taqwa, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Atas arahan ayah dan ibu, ia menempuh studi dalam jurusan Farmasi di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan intensi untuk menjadi pengajar.
Meniti Karier dengan Gigih
Nurhayati menempuh studi dan keluar sebagai lulusan terbaik dari universitas. Dengan hati mantap akan perjalanan kariernya, ia melamar pekerjaan sebagai dosen tetapi dihadapkan pada penolakan. Kemudian, ia meniti karier pelan-pelan dengan menjadi pegawai honorer di sebuah rumah sakit hingga kembali melamar pekerjaan di sebuah apotek, tetapi lagi-lagi takdir tidak berpihak padanya.
Namun, Nurhayati mengungkapkan saat diwawancara salah satu media, bahwa ia menyerahkan semua proses pada Tuhan dan pintu kariernya pun terbuka. Ia mendapatkan kesempatan untuk bekerja paruh waktu sebagai apoteker di sebuah perusahaan kosmetik asal Jerman. Sampai akhirnya, sistem tempatnya bekerja berubah dan membuat Nurhayati harus mengundurkan diri.
“Dengan ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan, memulai home industry bereksperimen dengan formula produk sehingga menmukan produk berkualitas hampir mirip [kosmetik luar] tetapi harganya bersaing,” cerita Nurhayati dalam sebuah wawancara mengenai awal perjalanan usaha yang kini menjadi salah satu perusahaan kosmetik kebanggaan Indonesia.
Produk-produk yang diformulasikan kemudian ia jajakan ke berbagai salon hingga pelan-pelan usahanya mulai berkembang. Hingga pada 1995, jenama kosmetik bernama Wardah – yang berarti bunga mawar - resmi diluncurkan. Kehadiran Wardah dalam pasar kecantikan menjadikan Nurhayati sebagai pionir kosmetik halal di Indonesia. Kemauan dalam memulai suatu usaha dan keinginan untuk memahami usaha yang dijalankan menjadi dua kunci utama Nurhayati dalam memulai suatu usaha. Mengawali proses merintis usaha dari hal-hal kecil terlebih dahulu, menjalani setiap prosesnya tanpa mengharapkan kesuksesan terlalu cepat.
Dedikasi, Keteguhan, dan Nilai Hidup
Ibu dari tiga orang anak tersebut mengungkapkan pentingnya nilai ketuhanan yang diterapkan dalam merintis perusahaan ini. Dengan memegang nilai tersebut, Nurhayati memiliki keyakinan hati bahwa dalam setiap kesulitan yang dialami, akan selalu ada kemudahan dan solusi untuk menyelesaikannya. “Saya sering menyampaikan kepada tim bahwa rezeki itu tidak akan tertukar yang penting kita kerja yang terbaik, peduli terhadap orang lain, dan bagaimana kita tetap rendah hati serta terus ingin belajar,” ungkap Nurhayati.
Sudah hampir 40 tahun, Nurhayati merintis perusahaan kecantikan yang kini dikenal sebagai PT Paragon Technology and Innovation, menaungi berbagai jenama perawatan kulit dan kecantikan. Ia pun menanamkan nilai-nilai penting dalam perusahaan yang meliputi ketuhanan, keteladanan, tanggung jawab, kekeluargaan, fokus pada pelanggan, serta terus berinovasi. Dengan intensi untuk membangun sebuah usaha yang bermanfaat bagi lebih banyak orang, Nurhayati menjadikan intensi tersebut semangat penggerak seluruh tim Paragon.
Ia percaya betul dengan fokus bekerja keras dan menjalaninya penuh keikhlasan, banyak campur tangan Tuhan yang memudahkan Nurhayati dalam mengembangkan usahanya. Mulai dari momen rebranding Wardah pada 2009 bersamaan dengan tren hijab yang banyak diminati perempuan-perempuan Tanah Air. “Selama perjalanan [Paragon], kami jatuh bangun berapa kali itu ada kemudahan dari Tuhan. Jadi memang kita hanya berusaha, keberhasilan banyak campur tangan Tuhan,” ungkap Nurhayati.
Dari sejak awal merintis dalam industri rumahan, menjajakkan produk-produknya saat mengantar ketiga anaknya bersekolah, maupun ke salon-salon, perlahan memiliki pabrik produksi hingga sekarang menjadi perusahaan kosmetik lokal terbesar di Tanah Air, Nurhayati tidak berhenti belajar dan menjalankan prosesnya dengan ikhlas. “Harus lebih sabar dan melihat setiap langkahnya, harus belajar terus. Dengan mengedepankan nilai ketuhanan, menjalankan usaha jadi lebih ikhlas, sabar, dan lebih peduli,” ungkap Nurhayati.
Kini, tidak hanya perusahaan yang sukses mengukir sejarah dan menjadi salah satu kebanggaan Tanah Air, kerja keras serta dedikasi Nurhayati Subakat pun semakin diapresiasi. Lulusan S1 Farmasi ITB ini berhasil mendapatkan Doktor Honoris Causa dari universitas almamaternya dan menjadi perempuan pertama yang meraih gelar tersebut. Prestasi dan kesuksesan yang sekarang dapat ia nikmati adalah buahnya menjalani setiap proses karier, usaha, dan hidup dengan penuh keikhlasan.