Women Leadership Conference

Apresiasi Her World Women of The Year 2023

By : Vanessa Masli - 2025-01-22 09:00:00 Apresiasi Her World Women of The Year 2023

Gina S. Noer, 38

Filmmaker & Co-Founder Wahana Kreator


OLEH VANESSA MASLI. FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Suka menonton film jadi elemen penting dalam perjalanan karier penulis skenario dan sutradara, Gina S. Noer. Saat duduk di bangku kuliah, Gina muda yang sudah lama menikmati berbagai film ini mendapatkan fakta baru bahwa keajaiban di layar (film) dapat diciptakan dan kemudian mendorong perempuan satu ini untuk bereksplorasi.


Mulai dari menempuh studi Broadcast di Universitas Indonesia, mengikuti kompetisi Close Up Movie Competition, Gina memanfaatkan setiap kesempatan yang digunakan sebaik-baiknya. Bagi Gina, bekerja dalam bidang seni membuatnya memiliki keberagaman dalam profesi karena sifat kolaborasinya.


“Ketika serius dalam mengerjakan suatu hal, ingin memberikan bagian dari diri ke cerita yang dibuat sebenarnya melatih saya ke profesi lain. Hal yang paling menyenangkan adalah bertemu dengan teman-teman filmmaker lain yang tidak takut untuk membagi ilmu mereka,” ungkap Gina.


Namanya sebagai salah satu penulis skenario film Tanah Air kian semakin terdengar saat film Ayat-Ayat Cinta, berkolaborasi dengan sang suami, Salman Aristo. Ia kemudian tidak berhenti menuangkan kreativitas dan imajinasinya ke dalam setiap skenario yang ditulisnya, mulai dari Habibie & Ainun hingga film terbaru (yang juga ia sutradarai), Like & Share.


Ia dikenal sebagai seorang penulis skenario dan produser, dua peran dalam industri yang sudah lama jadi bagian kariernya. Hingga pada 2019, Gina mendapatkan tantangan untuk menjalankan peran baru dalam industri film yaitu sutradara. Film Dua Garis Biru menjadi debut pertama Gina sebagai sutradara. “Penggerak yang paling utama dalam sebuah cerita itu adalah saya harus ingin tahu atau tertarik pada ceritanya,” jelas Gina.


Rasa ingin tahu menjadi modal utama, autentisitas menjadi fondasi, dan rasa empati yang menggerakan Gina S. Noer untuk terus berkarya dalam industri. Ia berusaha mengosongkan diri dan belajar sebanyak-banyaknya tentang hal yang ingin didalami, mulai dari riset data, media sosial hingga observasi. Gina berusaha mencari hal yang membuat karyanya, tidak hanya penting tetapi juga membantu masyarakat lebih lanjut nantinya.


Lebih dari 20 tahun berkarya, Gina menemukan ketekunan untuk berproses secara konsisten, hal yang ia pelajari dari sang suami. Namun, setelah namanya semakin diperhitungkan dalam industri film mainstream, Gina belajar bahwa sebagai seorang kreator, ia perlu memiliki keberanian untuk gagal.


“Tanpa gagal, kita tidak tahu proses belajarnya, tetapi yang harus makin bijaksana adalah bagaimana gagal di depan orang banyak. Itu butuh keberanian dan karena kita menunjukkan diri kita siapa, ketika menjadi seorang seniman, being vulnerable is being brave,” ungkap Gina.


Namun, dengan belum adanya sistem yang secara tegas melindungi pekerja industri film, terutama perempuan, Gina pun merasa penting bagi setiap bagian dalam industri membangun lingkungan kerja yang memadai. Lalu, para pekerja industri film perempuan perlu untuk menjaga satu sama lain, saling memberi kesempatan, dan suara satu sama lain.


Dr. Carina Joe, 34

Researcher & Scientist



OLEH LARASATI EMIRI PRAKOSO FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Sebelumnya, Carina memiliki mimpi untuk menjadi insinyur atau dokter, namun tidak pernah terpikirkan untuk menjadi seorang scientist. Ketika di akhir masa SMA, Carina mendapat insights dari guru Biologinya bahwa dunia Biologi punya banyak bidang dan salah satunya merupakan Bioteknologi yang membuat Carina tertarik akan bidang tersebut.


Tiga bulan sebelum pandemi, Carina bergabung dengan Oxford untuk meneliti suatu vaksin. Akan tetapi, pandemi telah meluas dan semua penelitian harus diberhentikan dan mulai berfokus untuk meneliti virus COVID-19. Pada saat itu, hanya Carina yang memahami proses desain pembuatan vaksin AstraZeneca dari tahap awal sampai akhir. Carina pun menjadi lead scientist di tim manufaktur vaksin AstraZeneca dan satu-satunya yang mengerjakan technicality di dalam laboratorium.


Vaksin AstraZeneca dikembangkan kurang satu tahun tepatnya 358 hari sampai disebarkan ke publik. Namun, dalam pengembangan vaksin ini, Carina dan tim menghadapi beberapa tantangan seperti dana yang terbatas, kurangnya tenaga kerja, dan deadline yang sangat ketat. Carina juga sangat mengusahakan untuk tidak melakukan kesalahan sedikit pun dalam melakukan eksperimen vaksin ini.


Selama berkecimpung di dunia STEM, sebagai seorang perempuan, Carina lebih melihat skill seseorang daripada gender walaupun berada di lingkungan yang didominasi laki-laki. Carina juga sangat bersyukur karena mendapatkan tempat kerja yang memberikan kesempatan yang sama. Walau begitu, masih banyak orang yang tidak percaya dengan keahliannya di bidang STEM. Dengan situasi tersebut, Carina tetap menyikapinya dengan positif melalui kerja keras dan prestasinya.


Carina berpesan kepada para perempuan di luar sana dengan passion yang sama, bahwa meniti karier di dunia STEM tidaklah mudah. Jalannya sangat panjang dan banyak tantangannya. Ketekunan dan kejujuran adalah sikap yang dibutuhkan. Carina juga ingin mendorong para perempuan di bidang STEM untuk lebih berani speak up dan menyampaikan pendapat di depan publik. Carina juga mengatakan, “Kerja keras tidak pernah mengkhianati kita”.


Nashin Mahtani, 31

Direktur Yayasan Peta Bencana



OLEH LARASATI EMIRI PRAKOSO FOTO DOK. PRIBADI


Nashin, lahir dan besar di Jakarta, tidak dekat dengan alam tetapi memiliki kecintaan yang mendalam terhadap alam dan hubungannya yang kuat dengan dunia. Pada awalnya, Nashin berencana untuk menjadi seorang arsitek karena tersadar akan dampak besar arsitektur terhadap masyarakat dan lingkungan. Ia ingin merancang bangunan dan kota yang menyenangkan namun environmentally conscious.

Namun selama Nashin tumbuh besar di Jakarta, ia menyaksikan banjir yang terus meningkat dan menyadari adanya kesenjangan dalam menanggapi suatu bencana. Permasalahan ini mendorong Nashin untuk mengatasi hal tersebut dengan mengangkat pentingnya akses terhadap informasi ketika suatu bencana sedang terjadi. Karena itu, Nashin menciptakan PetaBencana.id sebagai sebuah platform yang menyediakan informasi bencana secara real-time, mendemokratisasi pengambilan keputusan, dan membina kolaborasi antar masyarakat, lembaga pemerintahan bersama tim pertolongan pertama.


Situs PetaBencana.id memanfaatkan penggunaan media sosial secara aktif oleh masyarakat Indonesia ketika terjadi suatu bencana dengan menggunakan “chatbot kemanusiaan” yang dibantu artificial intelligence untuk mengumpulkan data berharga dari komunitas yang terkena dampak. Keberhasilan dari platform ini di Indonesia membuat negara-negara lain berminat untuk mereplikasi PetaBencana.id, sehingga menunjukkan potensinya sebagai model tanggap bencana.

Kesuksesan dari misi Nashin bersama Yayasan Peta Bencana mendorong terbentuknya Climate Emergency Software Alliance (CESA) yang merupakan suatu organisasi non-profit global yang bertujuan memanfaatkan teknologi untuk climate adaptation dan pengurangan risiko bencana.


Selain itu, Nashin sebagai seorang perempuan yang memberikan dampak yang positif, mengakui adanya tantangan-tantangan unik yang dihadapi para perempuan dari berbagai bidang, namun juga menyoroti kekuatan dan ketahanan mereka. Nashin yakin kemampuan perempuan untuk berpikir dan menghubungkan beragam permasalahan menjadikan mereka sosok yang penting dalam mengupayakan climate adaptation. Kampanye #SheSavesLives dari PetaBencana.id dan CESA menggarisbawahi peran penting perempuan dalam mengatasi tantangan global.



Farwiza Farhan, 37

Founder Yayasan HAkA



OLEH NATASHA FITRANDA PUTRI FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Alam adalah motivasi utama bagi Farwiza Farhan. Lahir dan besar di Aceh, Farwiza Farhan yang mengawali kariernya sebagai marine biologist kini memfokuskan dirinya pada ekosistem hutan, tepatnya di Kawasan Ekosistem Leuser. “Banyak yang bilang, karena tak kenal maka tak sayang– saat pertama kali saya mengenal keanekaragaman hayati di Kawasan Ekosistem Leuser, tumbuh rasa cinta dan keinginan untuk ikut melindungi kawasan yang luar biasa ini.”


Farwiza dan koleganya mendirikan Yayasan HAkA di tahun 2013, dengan tujuan untuk memperkuat civil society di tingkat tapak dalam upaya penguatan perlindungan lanskap, terutama Kawasan Ekosistem Leuser. Pilar utama yang menjadi fokus Yayasan HAkA adalah monitoring tutupan hutan, kampanye dan advokasi, serta penguatan masyarakat di tingkat tapak, termasuk kelompok perempuan. “Masyarakat mempunyai hak untuk terlibat penuh dalam pengambilan keputusan soal perlindungan hutan, dan tugas kami adalah menjembatani proses dari kepemilikan hak menjadi upaya perlindungan,” jelasnya.


Salah satu manifestasi dari upaya ini adalah terbentuknya sekelompok ranger perempuan yang melakukan patroli secara rutin di hutan. Kehadiran kelompok ranger perempuan ini turut memancing rasa percaya diri di kalangan perempuan lainnya bahwa mereka juga bisa ikut terlibat dan menjadi agen perubahan.

Sebagai seorang konservasionis, Farwiza Farhan mengaku dirinya harus memiliki sifat yang optimis namun tetap realistis. “Mimpi saya adalah untuk ekosistem Leuser dapat terlindungi bukan karena orang terpaksa untuk melindunginya, tetapi karena itu adalah pilihan yang paling masuk akal,” ujarnya.


Tentunya, Farwiza Farhan memiliki harapan yang besar bagi masa depan alam di Indonesia. Menurutnya, masalah lingkungan terbesar yang dihadapi saat ini bukanlah perubahan iklim, melainkan ketidakpedulian sehingga penting bagi kita untuk peduli pada bumi, karena itu berarti kita peduli pada masa depan kita sendiri.


Ira Noviarti, 52

President Director PT Unilever Indonesia Tbk



OLEH KIKI RIAMA PRISKILA FOTO DOK. PRIBADI


Sekitar tiga tahun lalu, Ira Noviarti mengemban posisi baru yakni President Director PT Unilever Indonesia Tbk. Hari ini, tepat 28 tahun dirinya berkiprah bersama Unilever. Kilas balik sejenak, Ira masuk ke Unilever pada 1995 dengan background akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Awalnya ia ingin masuk ke bagian keuangan tapi ternyata ia justru diterima di bagian marketing di mana area itu bisa dibilang sangat berbeda dari yang ia pelajari. Namun rasa penasaran muncul dan akhirnya ia menerima posisi sebagai Management Trainee di bagian marketing. Dalam masa jabatannya, secara bergantian Ira memegang hampir semua brand di bawah naungan Unilever, mulai dari beauty, skincare, personal care, hingga food dan ice cream. Hingga akhirnya ia diminta untuk menjadi President Director untuk bisnis Unilever di Indonesia pada 2020.


Usai pandemi, gaya beli konsumen mulai berubah. Ira sendiri mengaku bahwa hal ini cukup berpengaruh pada industri FMCG (Fast Moving Consumer Goods), salah satunya Unilever Indonesia. Ia pun memberikan contoh seperti kebersihan yang mungkin awalnya bukan jadi prioritas konsumen tapi sejak pandemi, produk kebersihan jadi yang paling diincar. Cara belanja pun mengalami perubahan signifikan. “Memasuki post-pandemic, kebiasaan belanja online ini tidak berkurang. Namun di saat yang sama, konsumen juga kembali belanja offline dengan gaya yang lebih praktis. Hal-hal seperti ini yang membuat Unilever terus belajar dalam menemukan solusi yang tepat,” ujar Ira.


Menduduki posisi prestisius di perusahaan, tentunya Ira menghadapi berbagai rintangan. Namun dalam kesehariannya sebagai seorang istri dan ibu dengan dua anak, ia juga menemukan tantangan berat. “Ada waktu di mana saya meragukan diri, apakah yang saya lakukan ini benar atau tidak. Apalagi kalau harus dinas ke luar kota atau meeting sampai malam. Cukup sering saya bertanya ke diri sendiri, ‘Apakah anak-anak mendapat perhatian yang cukup?’ Tapi saya sadar bahwa tidak apa-apa untuk tidak sempurna. Misalnya, ada meeting yang harus ditinggalkan karena anak membutuhkan saya and it’s okay. Hal ini bisa terjadi karena saya berbagi peran dengan pasangan,” lanjutnya. Ira memang mengaku bahwa sang suami punya peranan penting sebagai support system utama. “Rasanya saya tidak bisa hidup tanpa dia. I actually owe him a lot in terms of understanding my ambitions,” ungkap Ira. Selain keluarga, Ira juga merasa dirinya telah memilih perusahaan yang tepat. “Ekosistem di Unilever sangat mendukung saya dalam hal karier dan rumah tangga. I am blessed in that sense,” ujarnya.

Mendapatkan dukungan dari tempat kerja dan keluarga adalah poin penting yang bisa membuat perempuan semakin berdaya. Sebagai pemimpin perempuan di perusahaan multinasional, Ira sadar bahwa sudah jadi tugasnya untuk mempercepat agenda women empowerment. “Pertama, perusahaan bisa memfasilitasi challenge yang dihadapi perempuan agar mereka tidak perlu memilih antar keluarga atau karier. Kedua, pastikan perusahaan sudah memberikan kesempatan yang adil antara rekan kerja laki-laki dan perempuan. Ketiga, saling menolong antar perempuan. Sebagai pemimpin, kita pasti sudah melewati semua proses. Jadi, tugas kita untuk mengulurkan tangan dan engage dengan para perempuan untuk jadi mentor dan berbagi pengalaman,” jelasnya.


Penting bagi Ira untuk bisa memajukan para perempuan, khususnya dalam segi bisnis. Baginya, yang bisa menghalangi perempuan dalam berkarya adalah dirinya sendiri. Jadi satu pesan yang ingin ia sampaikan, “Believe that you can do it. You have the capacity; you have the potential. If you choose to do both, you can succeed in your career or family life. You have to be confident. Nothing can stop you.”


Retno Marsudi, 61

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia



OLEH VANESSA MASLI FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Mimpi sedari kecil dan tidak berganti hingga kini, inilah gambaran sederhana tentang kehidupan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi. Perannya menjadi perempuan pertama yang mewakili Indonesia di panggung politik dunia tidak ia lalui dengan mudah dan singkat. Selama 37 tahun mengabdi di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, menempuh studi Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, hingga perjuangannya untuk terus belajar, Retno memperhitungkan setiap langkah yang diambil untuk menjadi seorang diplomat. Dunia diplomasi yang ia kenali sejak menonton Dunia Dalam Berita di Televisi Republik Indonesia.


Langkah-langkah dalam hidupnya berusaha ia perhitungkan dan rencanakan, mengetahui keluarganya adalah keluarga sederhana yang mengandalkan ketekunan dan kerja keras untuk mencapai sesuatu. Retno berusaha mengerjakan bagiannya sebagai seorang manusia – belajar dan bekerja – lalu membiarkan Tuhan yang putuskan. “Saya tahu bahwa manusia hanya merencanakan, Tuhan yang memutuskan tetapi setidaknya bagian saya, saya jalankan,” ungkap Retno.


Setelah menempuh kuliah Hubungan Internasional, Retno menjadi salah satu orang pertama yang mengikuti program rekrutmen langsung dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Ketika meraih gelar sarjana, ia meneruskan pendidikan sebagai diplomat hingga saat ini duduk menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia. “Karena itu [menjadi diplomat] mimpi saya, passion saya,” tegas Retno saat mengenali alasan ia bertahan lebih dari tiga dekade.


Setiap peran, mulai dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra hingga Belanda, ia jalani dengan penuh dedikasi dan ketekunan, hingga Presiden RI Joko Widodo terpilih pada 2014, Retno Marsudi mencetak sejarah baru dalam dunia politik luar negeri Indonesia. Ia terpilih menjadi Menteri Luar Negeri RI perempuan pertama dan tanggung jawab tersebut dijalaninya hingga hari ini. “Dunia diplomasi memang tidak mudah dijalankan oleh perempuan karena mobilitas dan dinamikanya tetapi dunia ini [diplomasi] sudah tidak lagi didominasi laki-laki,” jelas Retno, memberi gambaran bahwa peluang perempuan untuk masuk ke dunia diplomasi yang tidak lagi terbatas bagi perempuan.


Apalagi dengan menjalani peran sebagai pemimpin, Retno menyadari kekuatan perempuan seperti kedisiplinan yang tinggi, perhatian ekstra pada detail hingga kerapian dalam mengerjakan suatu hal sehingga membantunya menjalani tanggung jawab di Kementerian Luar Negeri. “Namun, tidak mudah menjadi pemimpin perempuan. Kita harus kuat dan menghormati prinsip. Saya kira kalau kita memiliki dan menghormati prinsip, berintegritas tinggi dalam arti, apa yang kita katakan itu apa yang kita jalankan. InshaAllah kita akan menjadi pemimpin yang kuat,” ungkap Retno.


Raisa, 33

Musisi & Entrepreneur



OLEH VANESSA MASLI FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Era tahun 90-an menjadi era dengan banyak lantunan nada, setidaknya itu yang dinikmati telinga Raisa semasa kecil. Hampir setiap pagi, sang ibu memutarkan musik-musik kompilasi yang membuatnya suka bernyanyi. Namun menjadikan hobi bernyanyi sebagai sebuah profesi, tidak terbersit dalam benaknya, apalagi di masa muda, Raisa adalah pribadi yang cenderung pemalu.


Bukan Raisa, bukan sang ibu yang menampilkan talentanya ke berbagai lomba, tetapi guru-guru di sekolah yang melihat potensi Raisa, justru mendorongnya untuk tampil. Hingga, semasa kuliah, lingkaran pertemanan semakin memperkenalkan Raisa dengan banyak musisi, dan sering tampil dari satu panggung ke panggung lainnya. Ia juga semakin yakin akan pilihannya untuk menjadikan penyanyi sebagai profesi. “Semakin saya berlatih, semakin percaya diri, saya mengizinkan diri lebih terbuka untuk dilihat dan dikritik orang lain juga,” ungkap Raisa.


Perjalanan kariernya di dunia musik Tanah Air dari album perdananya Raisa hingga It’s Personal, mencerminkan kisah hidup dan perkembangannya sebagai seorang perempuan. Semua tertuang ke dalam setiap lagu yang ia tulis, apalagi sejak menuliskan lagu Jatuh Hati, Raisa menemukan rasa percaya diri untuk meluapkan apa yang ia rasakan dalam lantunan nada.


Sudah lebih dari satu dekade berkarya di industri, Raisa berhasil menorehkan sejarah baru di awal tahun dengan menjadi solois perempuan pertama yang menggelar konser tunggalnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sebuah batas yang berhasil ditembus oleh Raisa beserta tim, apalagi setelah tiga kali diundur sejak 2020. “Kami [Raisa & tim] ingin push the limit, karena saya merasa limit itu yang kasih adalah diri kita sendiri,” ungkap Raisa ketika membahas alasan ia berani mengambil langkah untuk konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno.


Ketika Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) terasa besar dan gagah, Raisa menyadari adanya batasan-batasan yang kerap menghalanginya untuk menggelar konser tunggalnya. Mulai dari penyelenggaraan yang tertunda selama tiga tahun hingga rasa tidak percaya diri yang kerap muncul akan kepantasan dirinya menggelar konser di SUGBK. Bahkan, Raisa sempat berniat membatalkan konser tunggalnya ketika muncul pengumuman diadakannya Piala Dunia U-20 2023 yang membuat konser Raisa kemungkinan tertunda untuk kesekian kalinya.


“Kami baru press conference, lalu keesokan harinya Menpora pengumuman bahwa sudah dipastikan tidak akan ada [konsernya], saat itu saya down sekali hingga saya bilang ke tim, kalau batal lagi lebih baik tidak usah,” ungkap Raisa. Namun, Raisa berhasil temukan semangatnya untuk memastikan konser ini digelar berkat penggemar-penggemarnya. Pengalamannya bertemu dengan beberapa penggemar yang mendukung dan menyemangati Raisa untuk menggelar konser ini, berhasil tidak hanya membuat hatinya tersentuh tetapi semangatnya kembali membara. “Saya harus semangat melanjutkan demi orang-orang ini, saya merasa ini bukan ambisi saya semata. Ada orang-orang yang juga menanti dan mendukung. Gerakan ini jauh lebih besar dari my own ego,” ungkap Raisa.


Keberanian menjadi nilai utama yang menggerakkan setiap pribadi di balik konser tunggal perempuan berzodiak Gemini ini. Adanya tim yang solid berada di belakang Raisa, memastikan setiap detail konsernya bekerja semaksimal mungkin selama kurang lebih tiga jam. Dengan visi yang sama, semua orang yang terlibat sama-sama turut andil menorehkan sejarah, tidak hanya Raisa seorang. “Jadi saya memaknai keberanian itu, benar-benar kita tidak boleh takut gagal atau takut kelihatan bodoh. Lalu, berani untuk menjadi vulnerable juga jadi salah satu faktornya,” jelas Raisa.


Konser ini menjadi salah satu dari sekian karya dan pesan yang berusaha Raisa sampaikan kepada putri semata wayangnya, Zalina. Hal yang ia lakukan setiap hari untuk mengajak putrinya memahami bahwa apa yang Raisa lakukan bukan semata-mata hanya mencari uang, tetapi ia menjalani passion dan putrinya semakin mengerti apa yang dikerjakan Raisa. Peran barunya menjadi seorang ibu sejak melahirkan putrinya pada 2019 silam, Raisa merasa peran sebagai seorang ibu, salah satu anugerah terbesarnya. Suatu hal yang ia takuti, selama mengandung hingga putrinya lahir, Raisa merasakan perubahan luar biasa setelah menjadi ibu. “Sejak memiliki anak, saya melihat hidup dengan tambahan satu indra baru, dapat merasakan perasaan yang lebih dalam lagi. Seperti memiliki napas lagi, hidup yang baru lagi, dan sejak punya anak, [hidup] jadi lebih berwarna lagi,” ungkap Raisa.


Tamara Dewi Gondo Soerijo, 26

Founder Liberty Society



OLEH KIKI RIAMA PRISKILA FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Saat ini pebisnis jadi profesi yang diminati banyak anak muda. Namun nyatanya bisnis bukanlah cita-cita utama Tamara Dewi Gondo Soerijo. Perempuan yang juga menjadi juara empat Miss Indonesia 2019 ini nyatanya memiliki mimpi besar dalam bidang sosial. Ia pun mendirikan sebuah social enterprise bernama Liberty Society.

Awalnya Liberty Society merupakan brand eco-fashion yang memberdayakan para pengungsi perempuan dari negara-negara konflik, seperti Afganistan, yang tinggal di Indonesia serta para perempuan penyintas kekerasan dan sex trafficking. Namun kini, Liberty Society semakin berkembang di area B2B. Di sini, Tamara berkolaborasi dengan beberapa brand dan perusahaan untuk memproduksi barang-barang ramah lingkungan menggunakan recycle waste. “Awalnya kami lebih banyak engage dengan multinational companies’ yang memang sudah aware lebih dulu perihal sustainability. Namun sekarang, semakin banyak national companies and brands yang reach out untuk bekerja sama dalam hal sustainability dan women empowerment,” ujar Tamara.


Misi Liberty Society adalah untuk memaksimalkan waste management, repurposing, dan CSR activation bersama klien. Demi mewujudkan hal ini, beberapa jasa yang ditawarkan berupa koleksi dan audit sampah, product upcycling, impact reporting, dan marketing activations. Harapannya ini bisa memaksimalkan business supply chain dengan mengubah sampah menjadi sebuah produk baru sehingga bisa memberdayakan lebih banyak komunitas.


Berkat kinerjanya ini, Tamara berhasil mendapat penghargaan Prinsip Pemberdayaan Perempuan dari PBB Wanita Indonesia atas inisiatif kerja sama dengan 15 komunitas artisan di seluruh Indonesia yang membantu menghubungkan mereka ke pasar mancanegara. Pada tahun ini, Tamara juga menjadi salah satu finalis Youth Ecopreneur Award 2023 di World Expert Development Forum 2023 yang diadakan di Mongolia. Tamara dipilih ke dalam 500 partisipan dari 40 negara seperti Mesir, Ghana, India, Bangladesh, dan Mongolia.


Media sosial juga jadi salah satu wadah bagi Tamara untuk melanjutkan misi ini. “Harapannya, anak muda punya platform yang tepat untuk menunjukkan dampaknya. Selain itu, kita bisa tahu tujuan hidup dan berani mengajar mimpi itu,” jelas Tamara. Ia juga mengutarakan bahwa masih sedikit anak-anak muda Indonesia yang memberikan dampak di bidang socio-enterprise. Padahal, justru dengan socio-enterprise, Indonesia bisa merealisasikan target SDG (Sustainable Development Goals) dari PBB pada 2030. Meski begitu, Tamara tidak putus asa. “Honestly, it's a growing market. All these brands will start to care,” ujarnya.


Berada di usia muda, Tamara tak berhenti belajar. Dari setiap kesempatan dan pengalaman yang didapatnya, ia akan mengembangkannya lagi hingga bisa membuahkan hasil baru dan menerapkannya pada lingkungan di sekitarnya. “Pengetahuan saya tentang eco-business dan green economy bisa saya bagikan lagi pada komunitas hingga akhirnya dapat menciptakan solusi. Sustainability tidak hanya jadi sekadar gimmick tapi juga punya value. My end-goal is to make Indonesia be more sustainable and circular in the business process,” ujar lanjut Tamara.


Marsha Tengker, 34

Psikolog



OLEH KIKI RIAMA PRISKILA FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Belajar jadi psikolog, tak disangka membuat Marsha Tengker semakin sadar akan adanya trauma dalam diri dan belajar untuk memproses kebutuhan sang inner child. Kini, ia aktif memberikan awareness dan edukasi tentang kesehatan mental khususnya dalam scope parenting dan orang tua baru. perempuan yang disebut Caca ini rutin mengadakan live session dan membagikan ragam konten di media sosialnya. Bisa dibilang kecintaannya terhadap dunia psikologi bagaikan benih bunga yang terus bertumbuh setelah dipupuk. “Usai SMA, saya masih kesulitan menemukan jurusan yang tepat di kuliah. Mama sempat menawarkan Hukum, tapi saya kurang sreg di sana. Hingga akhirnya menemukan jurusan Psikologi. Kebetulan salah seorang keluarga memang sempat memiliki masalah dengan kesehatan mental sehingga saya sempat penasaran untuk mendalami. Akhirnya, saya fokus di sini hingga sekarang,” ujar Caca ketika diajak sedikit flashback.


Ada salah satu mata kuliah yaitu Psikologi Perkembangan dan Statistik yang jadi favorit Caca. Dari pelajaran inilah Caca menyadari sebab-akibat dari perilaku semasa kecilnya. Ketertarikan untuk mendalami lebih jauh ini akhirnya membuat Caca bertekad melanjutkan pendidikan ke S2. Ia bahkan sempat daftar ke 10 program di 12 universitas yang berada di Australia dan Inggris.


Setelah proses yang cukup panjang, Caca pun diterima di Anna Freud Centre di London, Inggris, dengan jurusan Psycho-analytic Developmental Psychology yang masih berhubungan dengan Psikologi Perkembangan tadi. Caca pun menghabiskan satu tahun untuk mendalami teori-teori seputar psiko-analisa ini serta melakukan penelitian. Di sana, dirinya belajar tentang reflective functioning di mana orang tua bisa merefleksikan apa yang dimaksud dari behavior anak.


Caca juga mempelajari pengaruh masa kecil seseorang terhadap perkembangannya ketika dewasa. Ia pun sadar betapa terikatnya hubungan orang tua dan anak bahkan sejak sang anak belum dilahirkan. “Dari bagaimana sang ibu membenahi diri, cara ibu menghadapi masalah, hingga berkomunikasi dengan sang anak. Ini semua akan menjadi dasar perkembangan si anak. Apakah ia akan berkembang secara aman atau tidak,” jelas Caca. Ini juga yang menjadi alasan Caca untuk membagikan awareness dan edukasi tentang pola asuh dan orang tua baru. “Menjadi orang tua itu banyak challenge-nya dan kita boleh merasakan dua perasaan dalam satu waktu. Misalnya merasa bahagia tapi sedih atau senang tapi lelah,” lanjut ibu dua anak ini. Banyak ekspektasi dari sosok orang tua baru dan salah satu misi Caca adalah ingin membantu para orang tua untuk tetap enjoy dalam mengasuh sehingga bisa menghasilkan ruang yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh.

Demi mewujudkan misinya ini, Caca mendirikan Amanasa Indonesia, sebuah family support centre untuk membantu keluarga dimulai dari psikologis kedua orang tuanya. “Saya percaya bahwa untuk bisa menciptakan ruang yang aman bagi anak, mental kedua orang tuanya harus baik dulu,” jelas Caca. Nama Amanasa sendiri diambil dari kata “aman” dan “asa” atau harapan. Lewat nama ini, Caca kembali menegaskan mimpinya untuk bisa memberikan harapan bagi orang tua dan anak untuk bisa sama-sama berkembang dengan aman dan positif. Salah satu program yang disediakan oleh Amanasa berupa mental health checkup menggunakan alat ukur yang valid dan reliable dilanjutkan dengan mini counseling untuk menunjukkan apakita kita sedang stres, depresi, cemas, burnout serta bagaimana strategi penyelesaiannya.

Jadi psikolog sekaligus seorang ibu justru menyimpan tekanan personal bagi Caca. Ia pun mengaku tak jarang overthinking terhadap tumbuh-kembang anak. Meski begitu ia sadar bahwa trauma pada anak adalah sesuatu yang tidak bisa dikontrol, yang bisa kita kendalikan adalah cara kita berperilaku ketika kita salah dan bagaimana memperbaikinya. “At the end of the day, yang anak butuhkan bukanlah orang tua yang sempurna tapi yang bisa mengajarkan mereka cara menjadi manusia. Jadi manusia tidak mungkin tidak pernah salah, tapi bagaimana kita bisa bersikap untuk memperbaiki kesalahan itu,” ungkap Caca.


Dian Fiona, 30

Co-Founder JINISO



OLEH NATASHA FITRANDA PUTRI FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Bagi Dian Fiona, ide untuk mendirikan fashion brand sendiri mulai muncul tahun 2016, ketika ia melihat produksi celana jeans dari sang ayah yang menerima banyak ketertarikan di kalangan teman-teman kuliahnya. Selama 20 tahun lamanya, ayah Dian merupakan seorang produsen jeans yang kemudian memperjual-belikan produknya ke Tanah Abang. Pada momen inilah Dian menyadari besarnya peluang bisnis jeans di Indonesia. “Saya merasa jeans merupakan item fashion yang tidak pernah ada matinya, dari zaman ke zaman jeans pasti selalu dipakai,” jelas Dian yang kemudian mendirikan brand JINISO di tahun 2019.


Pada awal mula mendirikan JINISO, Dian menganggap masih belum ada brand yang mengunggulkan produk jeans di Indonesia. Melihat adanya gap dalam fenomena ini, sudah menjadi misi Dian untuk membangun JINISO dalam rangka memproduksi jeans dengan kualitas terbaik dan harga yang terjangkau untuk seluruh kalangan.


Sejak tahun 2019 hingga saat ini, JINISO telah menjadi brand jeans pilihan utama masyarakat Indonesia terutama di kalangan Millennial dan Gen-Z. Setiap harinya, JINISO bisa menjual sebanyak tujuh hingga delapan ribu produk jeans. JINISO juga pernah menjadi top seller di salah satu marketplace terbesar di Asia Tenggara. Ia menjelaskan salah satu strategi bisnisnya yang membawa JINISO ke titik kesuksesan hingga saat ini, “Sebagai pelaku bisnis fashion, sudah menjadi tugas saya untuk mencari solusi dari sebuah masalah. Saya selalu mencari tahu apa yang konsumen suka dan menjual solusi fashion yang dibutuhkan,” ucapnya.


Dian membangun JINISO bukan sebagai brand jeans biasa melainkan memperkenalkan konsep active jeans, di mana jeans tetap bisa nyaman dipakai bahkan saat banyak beraktivitas sehari-hari. Selain kampanye active jeans, JINISO juga aktif mengadvokasi body inclusivity dengan memproduksi jeans untuk seluruh tipe badan masyarakat Indonesia mulai dari petite hingga big size. Hal ini diwujudkan melalui kampanye JINISO “Lu Keren Apa Adanya” pada tahun 2021, yang bertepatan dengan International Women’s Day untuk mempromosikan body positivity.


Tidak berhenti dalam memproduksi jeans, JINISO juga mendirikan JINISO Entertainment sebagai wadah kreativitas yang menggandeng ikon-ikon Gen-Z ternama untuk mempromosikan self-love dengan mengenakan jeans dari JINISO. Dalam prosesnya mengembangkan JINISO, Dian juga turut memberdayakan komunitas dari Kalimantan yang masih kesulitan mencari pekerjaan melalui pelatihan karyawan hingga menawarkan pembiayaan beasiswa.


Kiky Hapshary, 39

Director and Country Head of Sea Indonesia



OLEH NATASHA FITRANDA PUTRI FOTO HADI CAHYONO/HER WORLD INDONESIA


Enam tahun masa berkaryanya di Sea Indonesia telah mengajarkan Kiky Hapshary bagaimana menjadi seorang pemimpin. Sea Group, perusahaan teknologi yang berasal dari Singapura ini bergerak pada tiga sektor yaitu e-commerce, digital entertainment, dan teknologi keuangan digital. Pada sektor e-commerce, Sea Group merupakan induk usaha dari Shopee, marketplace yang telah memberikan banyak pengaruh besar pada masyarakat Indonesia. Sejak tahun 2022, Kiky berperan sebagai Director dan Country Head yang bertugas memimpin operasional unit-unit usaha Sea Group di Indonesia.


Selama berkarya di Sea Indonesia, Kiky banyak memberikan kontribusinya pada UMKM, terutama bagi mereka yang menjual produknya di Shopee. Kiky mengaku bangga bahwa melalui Sea Indonesia, Shopee telah sukses menjadi marketplace yang bertahan dan memungkinkan para UMKM untuk berpenghasilan walau di tengah masa pandemi. Salah satu bukti nyata dari upaya Sea Indonesia pada pemberdayaan UMKM adalah hadirnya Kampus UMKM Shopee di 10 kota di tahun 2022. Kiky mendedikasikan kampus ini sebagai sarana masyarakat agar bisa belajar dan mengenal digitalisasi untuk membuka peluang ekonomi digital Nasional dengan UMKM sebagai tulang punggung.


Saat ini, Sea Indonesia juga memberikan akses ekspor kepada para penjual lokal di tiga kawasan yaitu Asia Tenggara, Asia Timur, dan Amerika Selatan. Tentunya, kesuksesan Sea Indonesia bukan tanpa berbagai tantangan yang menyertainya. “Tantangan yang saya hadapi lebih bersifat dinamis. Sektor teknologi merupakan sektor yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga saya harus memastikan bahwa kami harus terus mampu beradaptasi dan berinovasi,” tegas Kiky.


Sebagai seorang pemimpin, Kiky menyadari pentingnya potensi tim dan bagaimana cara mengembangkannya untuk mencapai tujuan bersama. “Pemimpin yang baik tidak hanya dilihat dari kemampuan manajerial saja, tetapi juga bagaimana ia bisa enable others untuk bisa berkontribusi secara efektif kepada tim,” jelasnya. Ke depannya, Kiky berharap Sea Indonesia bisa terus membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia dan berkontribusi nyata bagi perekonomian nasional Indonesia.  


Women Leadership Conference