Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang sedang merajalela ini diyakini menjadi pemicu kembali melunjaknya kasus COVID-19 di Indonesia. Para epidemiolog menyoroti potensi keparahan dari gejala dan kecepatan penularan kedua subvarian ini meskipun puncaknya diperkirakan tidak akan separah gelombang Delta dan Omicron.
Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, mengutarakan bahwa riset terakhir yang dilakukan di Jepang dan Eropa menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kedua subvarian BA.4 dan BA.5 untuk bereplikasi di sel paru. Kedua subvarian tersebut dinyatakan lebih fusogenik dan patogenik dibandingkan BA.2 berdasarkan studi laboratorium yang dilakukan.
(Baca Juga: Barang Yang Harus Disiapkan Saat Keluarga Positif Covid-19)
Menurut Dicky, angka reproduksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terpantau lebih tinggi dibandingkan subvarian Omicron yang sebelumnya menggemparkan berbagai negara di dunia. Laboratorium di Jepang juga dinyatakan menemukan bahwa kedua subvarian ini memiliki tingkat reproduksi 1,25 kali lebih cepat dibandingkan subvarian BA.2. Artinya adalah penularannya lebih cepat. Dicky mengatakan bahwa kedua subvarian ini juga merupakan mutasi dari Delta L452 yang menyebabkannya mudah terikat pada reseptor ACE 2 dan mudah masuk ke sel tubuh manusia untuk menciptakan infeksi dan bereplikasi di paru-paru.
Kedua subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 berpotensi memicu gejala berat berupa anosmia, rasa lelah, dan risiko perawatan di rumah sakit terlebih pada orang yang belum divaksinasi COVID-19 dosis lengkap atau yang belum pernah terkena COVID-19 sebelumnya. Sejauh ini, tingkat vaksinasi booster di Indonesia sendiri masih rendah. Dari 34 provinsi, sebanyak lima provinsi sudah mencapai target vaksinasi booster sebesar 30 persen, yaitu DKI Jakarta, Bali, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Kepulauan Riau.
Saat ini, sudah terdapat 6.903 kasus subvarian baru Omicron BA.4 di 58 negara dan 8.687 kasus subvarian Omicron BA.5 di 63 negara. Negara dengan kasus terbanyak adalah Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Portugal, dan Afrika Selatan. Sayangnya, Indonesia sudah mendeteksi sebanyak empat kasus positif dari subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Ketiga pasien tidak menunjukkan gejala yang signifikan, namun satu pasien lainnya mengalami gejala ringan seperti sakit tenggorokan dan badan pegal.
Untuk mencegah penyebaran subvarian baru Omicron, masyarakat patut mengenali gejala kedua subvarian ini, yaitu diare, pilek, hilangnya indra penciuman dan perasa, sakit tenggorokan, serta mual atau muntah. Selain itu, masyarakat Indonesia juga wajib memenuhi kewajiban vaksinasi booster agar menciptakan imunitas yang baik untuk saling melindungi dan menjaga agar tidak mudah terjangkit subvarian baru Omicron ini.
(Baca Juga: Peran Asuransi Saat Pandemi, Lebih Dari Membayar Klaim)
Itulah informasi seputar subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5. Tetap jaga kesehatan dan hindari kerumunan!
(Penulis: Andrea Nathania)