Life & health

Fakta Menarik dari Film Nana, Karya Terbaru Kamila Andini

By : Vanessa Masli - 2022-01-25 16:30:01 Fakta Menarik dari Film Nana, Karya Terbaru Kamila Andini

Kisah seorang remaja bernama Yuni menjadi salah satu yang menghiasi layar lebar. Kental dengan pernak-pernik berwarna favoritnya, ungu, para penonton menyaksikan kehidupan Yuni yang berusaha memahami dan mencari jati diri. Inilah potret kehidupan remaja yang dihadirkan Kamila Andini dalam film berjudul Yuni yang berhasil membawa kemenangan Platform Prize dari Toronto International Film Festival 2021.


Rupanya, selagi banyak mata menikmati cerita dalam film Yuni, Kamila Andini pun telah menghasilkan karya baru yang bisa dinikmati. Dengan judul Before, Now & Then (Nana), Kamila Andini pun memperkenalkan kepada publik karya terbarunya. Kali ini, film kedelapan Kamila akan disaksikan secara perdana oleh para tamu undangan di Berlin Film Festival ke-72 atau Berlinale 2022.


Kembali membuat bangga Indonesia, film Kamila Andini kali ini berkesempatan untuk ambil bagian dalam festival film ketiga terbesar di dunia yang akan berlangsung di Berlin, Jerman. Dalam sebuah konferensi pers pada 21 Januari kemarin, Her World berkesempatan untuk mengenali hal-hal spesial dari film Nana yang membuatnya bisa tayang perdana di Berlin.


(Baca Juga: Ini 4 Alasan Wajib Tonton Film Penyalin Cahaya di Netflix)


Inilah hal-hal spesial dari film Before, Now & Then (Nana) karya Kamila Andini yang perlu kamu tahu.


1. Sebuah bab dalam buku otobiografi yang menginspirasi


Mungkin kamu terbiasa menonton film yang diadaptasi dari buku, baik novel fiksi maupun biografi seorang tokoh. Kali ini, buku otobiografi karya Ahda Imran bertajuk Jais Darga Namaku, kisah perjalanan hidup art dealer wanita pertama di Indonesia, Jais Darga yang dihidupkan oleh Kamila Andini.


Namun, bukan satu buku yang ia adaptasi, tetapi bab pertama berjudul “Telur” dalam otobiografi tersebut. Dalam bab itu, Ahda mengisahkan kehidupan masa kecil seorang Jais Darga di Bandung, Jawa Barat.


Sosok Raden Nana Sunani, ibu dari Jais Darga, menjadi tokoh utama yang dihidupkan Kamila Andini dalam film keenam yang ia sutradarai. Kehidupan seorang wanita dan juga seorang ibu yang membesarkan anak-anaknya di era 1950an. Inspirasi itu lahir dari sebuah bab dalam buku otobiografi.



(Laura Basuki dan Happy Salma dalam film Nana. Foto: Dok. Before, Now & Then (Nana))


2. Film drama periodik pertama dari Kamila Andini


Film Before, Now & Then (Nana) juga menjadi ruang eksplorasi bagi Kamila Andini. Meski sudah beberapa kali menyutradarai film bergenre drama, ini kali pertama Kamila duduk di bangku sutradara dalam sebuah film drama periodik. Dengan latar waktu 1950an, putri sulung dari Garin Nugroho ini pun harus menyelami lebih dalam tentang kehidupan di masa itu dan bagaimana menggambarkannya secara visual.


Mulai dari lokasi yang berada di Ciwidey, Bandung hingga sentuhan kebaya yang kental menghadirkan nuansa berbeda dari film-film Kamila Andini sebelumnya. Jadi, tak hanya penonton yang turut bertualang dengan kisahnya, tetapi juga Kamila di balik layar.



(Konferensi Before, Now & Then (Nana) di Kawasan Antasari, Jakarta Selatan. Foto: Dok. Before, Now & Then (Nana))

3. Hadiah untuk mendiang ibu


Rupanya film karya Kamila Andini ini adalah hadiah dari Jais Darga untuk mendiang ibu, Raden Nana Sunani (ya benar, Nana adalah orang asli). Ekspektasi untuk ditayangkan di bioskop tak terbersit dalam benak Jais Darga karena film ini ia buat sebagai hadiah untuk sang ibu.


Meski duduk sebagai produser eksekutif, Jais Darga mempercayakan sepenuhnya kepada Kamila selaku sutradara, bersama Ifa Isfansyah dan Gita Fara selaku produser. Tak memiliki ekspektasi apa-apa, Jais mengaku terkejut ketika mendengar kabar bahwa film yang ia jadikan hadiah untuk sang ibu masuk ke festival film kelas dunia.


4. Semua dialog menggunakan Bahasa Sunda


Hal spesial dari film arahan Kamila Andini ini adalah semua dialog, dari awal hingga akhir, menggunakan Bahasa Sunda. Dalam prosesnya, para aktor melalui proses latihan Bahasa Sunda lawas di era 1950an bersama dengan komunitas bernama Klinik Bahasa Sunda.


Setidaknya ada 10 anggota untuk menjaga otentisitas Bahasa Sunda yang menjadi dialog antar tokoh dalam film Before, Now & Then (Nana). Beberapa aktor yang terlibat seperti Happy Salma dan Laura Basuki pun mengaku berdialog dalam Bahasa Sunda menjadi tantangan tersendiri.


Namun, dengan masuknya film ini ke Berlin Film Festival atau Berlinale 2022 membuktikan bahwa penggunaan bahasa lokal dalam sebuah film bisa menyampaikan makna dan pesan kepada penonton internasional. Jadi, bahasa bukan jadi penghalang dalam berkarya.


(Baca Juga: Simak Fakta Menarik dibalik Drama Our Beloved Summer)


Itu dia beberapa hal spesial dari film Before, Now & Then (Nana) karya Kamila Andini yang membawanya ke Berlinale tahun ini.


Life & health