Women Of The Year

Her World Women of The Year 2017

By : Zamira Mahardini - 2020-08-16 15:40:01 Her World Women of The Year 2017

Alamanda Shantika, 29, Founder Binar Academy


FOTO NOTOSURYO PRABOWO PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Kecintaan pada dunia coding yang sudah tumbuh sejak usia 14 tahun membuat Alamanda terus fokus di bidang teknologi. Usai berkiprah di Go-Jek, salah satu karya start-up yang dibangunnya bersama sang rekan, Alamanda kini tengah disibukkan dengan Binar Academy, sebuah akademi di Yogyakarta yang melahirkan programmer berkualitas. Ide ini nyatanya berawal dari keresahan Ala saat masih di Go-Jek yang kerap mendapat kesulitan saat mencari SDM andal karena angka programmer di Indonesia masih terbilang sedikit. Meski program belajar di Binar Academy cenderung singkat, yakni 2,5 bulan, setiap murid dapat mempelajari teknologi terbaru yang ada di industri digital secara gratis. “Mengapa gratis? Karena pengetahuan harus bisa diakses semua orang,” jawabnya. Berkecimpung di dunia teknologi nyatanya membuka mata Ala kian lebar terhadap dampak digitalisasi. “Kalau hanya bisnis start-up yang mengerti digital, ekonomi negara tak akan berkembang pesat. Bisnis konvensional, pemerintah, dan digital harus bisa berkolaborasi tanpa saling menyerang,” jelasnya. Maka dari itu, Binar Academy juga menawarkan layanan konsultasi untuk korporasi dan pemerintah. Bagi Ala, life is not about winning the game, melainkan usaha bergandeng-tangan untuk tumbuh besar bersama.



Dea Valencia, Founder Batik Kultur


FOTO NOTOSURYO PRABOWO PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT LISA @VICTORIAMAKEUPATELIER BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Berawal dari ketidaktahuannya tentang batik dan iseng menjual kain batik lawasan koleksi sang ibu via Facebook, Dea kini justru jatuh cinta dan sukses mendirikan label ready-to-wear bernama Batik Kultur. Enam tahun lalu, ia memulai bisnis dari nol, bahkan harus menjadi model bagi salah satu rancangannya. Kini, Batik Kultur telah diekspor ke beberapa negara seperti Norwegia, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, Singapura, dan Hong Kong. Meski baru berusia 23 tahun, Dea memiliki visi dan misi yang tak main-main. Dalam usahanya, sekitar 50% pekerja Batik Kultur merupakan kaum difabel. Nyatanya, hal ini sudah menjadi impian Dea sedari dulu. Impian yang juga menjadi salah satu tantangan terbesar baginya. “Saya harus terus berinovasi agar bisnis ini bisa terus berjalan. Dengan begitu, saya bisa terus membuka lapangan pekerjaan bagi kaum difabel,” jelas Dea. Selain kaum difabel, ada sosok lain yang menjadi prioritasnya dalam berkarier. Dea mengungkapkan bahwa dirinya hanya mau menggunakan batik tulis dalam koleksinya karena profesi pembatik tulis merupakan poros perekonomian di desa-desa. Dengan menggunakan batik tulis, Dea berharap ia bisa terus membuka lapangan pekerjaan bagi para ibu rumah tangga di desa tanpa harus meninggalkan rumahnya.


I strive to get the business going, agar bisa menyediakan lebih banyak lapangan kerja bagi para difabilitas dan pembatik tulis di desa.”



Miryanneka Alwi, Founder Warna Warni Kids & Pengelola The Maulana Hotel


FOTO NOTOSURYO PRABOWO PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT LISA @VICTORIAMAKEUPATELIER BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Kecintaannya terhadap tanah Banda terlihat jelas pada kepribadian Mita, sapaan akrab Miryanneka. Saat ditemui beberapa waktu lalu, Mita yang tengah disibukkan dengan perencanaan Festival Banda ini menceritakan betapa indahnya Pulau Banda yang sayang jika dilupakan masyarakat. Salah satu cara Mita menjaga keindahan alam adalah dengan menggunakan fasilitas ramah lingkungan di hotel yang tengah dikelolanya, The Maulana. Namun, ia sadar bahwa demi terjaganya lingkungan Banda pada masa depan, ia perlu menanamkan prinsip ini pada anak-anak. Cucu Des Alwi ini pun membuka sebuah taman bermain kreatif khusus untuk anak-anak bernama Warna Warni Kids pada 2011. Beberapa program yang diadakan meliputi arts & crafts yang berhubungan dengan kesadaran lingkungan, melukis, musik, membaca, hingga belajar Bahasa Inggris. Taman bermain ini dibuka untuk umum tanpa memungut biaya apa pun dan digilir per desa setiap minggunya. Kelas yang dibuka setiap hari Jumat dan Minggu ini juga sering mengadakan aktivitas seru seperti Banda Clean Up Day yang melibatkan sebagian besar masyarakat di pulau. Mita sendiri mengaku Warna Warni Kids tak akan mampu bertahan tanpa bantuan dan dukungan teman-teman dan keluarga. “Semua orang yang membantu dari hari pertama, masih aktif membantu hingga hari ini. Saya ingin berterima kasih pada mereka,” ungkap Mita tulus.



Helga Angelina, Co-founder & Managing Director Burgreens


FOTO NOTOSURYO PRABOWO PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT SHERLY @VICTORIAMAKEUPATELIER BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Berawal dari tekad bulatnya untuk sembuh dari berbagai penyakit yang menghantuinya sewaktu kecil, Helga Angelina mengabdikan dirinya sebagai seorang vegetarian. Perempuan kelahiran 2 Desember 1990 ini mendalami unsur ajaib dalam protein nabati secara autodidak. Dedikasinya pada kesehatan juga dilakukan dengan memperkenalkan pola makan nabati dan organik lewat bisnis Burgreens pada 2013 bersama sang suami. Keinginannya untuk membuat usaha yang memiliki dampak sosial positif ini dilakukan dengan merangkul para petani lokal dan perempuan Indonesia menengah ke bawah. “Saya ingin membantu menyejahterakan petani lokal agar lebih dihargai dan memiliki pendapatan yang layak. Sedangkan bagi para perempuan, saya ingin membantu mereka yang terjerat kasus KDRT atau ditinggal sang suami akibat tidak memiliki bargaining power. Dengan memberikan jenjang karier dalam Burgreens, mereka bisa memiliki economic power dan bisa menyekolahkan anak setinggi-tingginya,” ungkapnya. Sosok Helga Angelina menginspirasi banyak khalayak untuk turut memperkaya bisnis plant-based di Indonesia.



Ratu Tisha Destria, Sekretaris Jenderal PSSI


FOTO BANI ISMIARSO PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA TATA RIAS WAJAH DAN @BEAUTYBYNOVANAITA TATA RAMBUT @CAMELIAUPDO BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Tidak ada kata mustahil untuk menekuni keseriusan karier dari sebuah kecintaan olahraga. Sosok perempuan yang membangkitkan kembali tim sepakbola di sekolahnya perlahan menjadi manajer di tim tersebut. Ketika mempelajari Jurusan Matematika di Institut Teknologi Bandung (ITB), Tisha menggunakan ilmunya untuk mengembangkan industri perbolaan Indonesia lewat teknologi. Ia mendirikan LabBola, perusahaan yang menawarkan jasa penyediaan data statistik performa tim. Hobi ini terus berlanjut saat ia berkontribusi menjadi Direktur Kompetisi dan Regulasi PT Gelora Trisula Semesta, yang merupakan operator pelaksanaan Torabika Super Championship 2016 dan membuktikan perannya untuk memperbaiki kualitas kompetisi sepakbola Indonesia. Ia kemudian mendapatkan gelar Master of Art dengan program beasiswa FIFA Master di Eropa oleh International Centre for Sports Studies (CIES) dan berada di posisi peringkat 7 dari 28 orang di dunia. Track record dan dedikasinya kemudian dilirik oleh PSSI Executive Committee (EXCO) sehingga terpilih menjadi Sekjen PSSI. “Perkembangan tingkat pendidikan dan sportivitas masyarakat memengaruhi maju atau tidaknya industri bola. Tugasnya sekarang adalah mendekati beberapa pihak seperti kepolisian untuk area keamanan, pemerintahan untuk area infrastruktur serta pengelolaan tim nasional dan coaching akan nilai-nilai filosofi sepakbola Indonesia yang sesungguhnya,” ujar Sekjen PSSI perempuan pertama dalam persepakbolaan Indonesia.


“Tujuan berbagi pendidikan adalah kemajuan untuk masa depan dan membangkitkan keterpurukan.”


Eni Rosita, Pelari


FOTO NOTOSURYO PRABOWO PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT @DARIWULAN_MAKEUP BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Bagi seorang Eni Rosita, hobi adalah caranya mengharumkan nama bangsa. Berperan sebagai seorang konsultan konstruksi dan ibu dari dua orang anak, ia juga berlari menaklukkan jalan dan gunung yang berjarak ratusan kilo. Tak hanya Indonesia, kaki Eni sudah akrab mengarungi kelok berbagai negara. Baru-baru ini ia menyelesaikan misinya melintasi Prancis, Italia, dan Swiss dalam salah satu event lari terbesar Ultra Trail du Mont Blanc. Ia menuntaskan kategori tersulit dengan jarak 290 kilometer yaitu Petite Trotte à Léon (The PTL), sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Jika rintangan melawan badai, medan jalan, dan terjalnya gunung sudah biasa dilewati, ada kisah pahit yang justru membuatnya spesial. Tersiram air keras saat mengikuti MesaStile Peak Challenge 2016 yang melintasi lima gunung di Jawa Tengah, meninggalkan luka parah pada sekujur kaki dan wajahnya. Rasa sakit yang masih dirasakan hingga saat ini pasca operasi dan perawatan justru kian menguatkan hati untuk tetap menekuni hobinya. “Meskipun saya sudah tidak sempurna atau cacat, hal itu tidak menghentikan saya untuk terus berlari menerjang panas, hujan, angin, dan salju,” ungkapnya. Kesungguhan yang ia punya tak berbatas. Jiwanya selalu terpanggil untuk membuat pendukung setianya bangga. Eni Rosita adalah contoh nyata bagi para perempuan agar tidak menjadikan sebuah kekurangan untuk menghambat mimpinya.


“Jangan pernah merasa lebih karena prestasi yang kita raih terjadi berkat dukungan dari orang lain.”


Tsamara Amany, Politikus Muda & Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia


FOTO NOTOSURYO PRABOWO PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT LISA @VICTORIAMAKEUPATELIER BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Terjun ke dunia politik pada usia muda patut diacungkan jempol. Keprihatinan terhadap minimnya perempuan di kedudukan DPR menguatkan tekadnya untuk memenuhi kuota 30% caleg perempuan tersebut. Alasan ini ia lakukan demi menggerakkan perempuan lainnya untuk berpoliti. Kalau tidak ada sosok perempuan dalam parlemen, isu-isu seperti poligami, vaksi, human trafficing tidak akan terselesaikan,” ucapnya. Menjabat sebagai ketua DPP bidang eksternal di dalam Partai Solidaritas Indonesia, Tsamara mengedukasi generasi muda tentang politik. Ia yakin bahwa parlemen kualitas masa depan Indonesia dapat bangkit kembali. Ia tidak pernah takut menyuarakan gerakan antikorupsi dan antitoleransinya, ia pun tidak ragu untuk meluncurkan buku berjudul Curhat Perempuan Tentang Jokowi, Ahok, dan Isu-isu Politik Kekinian yang diulasnya sebagai memoar politik tentang seluruh gagasan, pandangan, dan visi politiknya. Kini, mahasiswi Universitas Paramadina ini sedang mencalonkan diri ke DPP RI 2017. 


“Hanya mereka yang berani bicara jujur yang dapat mencerahkan dunia.” 


Ira Koesno, Jurnalis, Public Relation, & Founder of Ira Koesno Communication


FOTO EDDY SOFYAN PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT ANGEL @VICTORIAMAKEUPATELIER BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Namanya bersinar saat rezim Orde Baru akan tumbang pada tahun 1998. Dikenal sebagai salah satu jurnalis perempuan paling disegani, tegas, serta berani dalam bertutur dan mengajukan pertanyaan, nyatanya kemilau karier Ira Koesno mulai gemerlap setelah mewawancarai Ir. Sarwono Kusumaatmadja. “Pada saat itu yang ingin saya lakukan hanyalah membawa suara rakyat ke ranah media agar isu yang berkembang di luar sana lebih bisa dimengerti. Oleh sebab itu, saya selalu ingin menyampaikan yang terbaik agar tiap berita bisa diterima dalam logika publik. Jujur, saya memang ingin jadi yang paling menarik dalam merangkum reportase. Karena itulah mungkin saya terlihat lebih menonjol daripada yang lain,” ujar perempuan kelahiran 30 November 1969 ini. Sepak terjang yang dilakukan dengan segala sifat perfeksionis dan kompetitifnya tersebut ternyata berbuah baik. Ia sempat menjadi anchor termahal di jagad media karena “keganasannya” mengulik informasi dan menyampaikan fakta seputar keadaan negara. Kini, sejak tahun 2004, akhirnya ia memutuskan untuk melepas dunia jurnalistik dan beralih pada bidang public relation & communication strategy. “Setelah meninggalkan TV, rasanya saya bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar dan berarti untuk masyarakat terutama di era digital seperti sekarang. Oleh sebab itu saya memberanikan diri untuk banting setir”. Tak heran namanya masih tetap harum terutama sejak kemunculannya kembali di debat calon gubernur Jakarta 2017 silam.


Fitri Tresnawida, Managing Director & Chief Travel Designer dREAMSCAPE


FOTO SAEFFIE ADJIE BADAS PENGARAH GAYA AUDI FRISTYA TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT BUDI VALENTINO (0816907477) BUSANA ZARA


Keteguhan hatinya untuk memberikan pelayanan maksimal demi mengabulkan impian unik para pencinta travel membuat Fitri Tresnawida menciptakan sebuah jasa perjalanan mewah bertajuk Dreamscape pada 2006. Menimba ilmu di negeri orang, Fitri memutuskan untuk kembali ke tanah air dan membangun mimpi berdasarkan kecintaannya pada traveling dan hospitality. Di balik ketenaran jasa pelayanan ini, Fitri memiliki kisah tersendiri akan perjuangannya membawa nama Dreamscape hingga tercatat dalam daftar 300 luxury travel terbaik di dunia. “Memenangkan kepercayaan klien terasa sangat berat. Selama empat tahun pertama, saya harus memberikan pelayanan yang maksimal, bonus, membangun hubungan erat, meneliti berbagai hotel dan tempat wisata dari biaya sendiri,” ujarnya. Mewujudkan keinginan para klien mendatangi destinasi tak terduga membuat pengalaman hidupnya dihujani dengan pengetahuan segar sehingga lebih terbuka untuk selalu mendengarkan, melihat, dan mencoba hal baru. Sebagai sosok pemimpin tangguh, ia merangkul tim Dreamscape yang didominasi oleh perempuan dari negara, latar belakang, pendidikan, dan umur yang sangat beragam untuk tetap solid.



Mesty Ariotedjo, Dokter & Co-Founder WeCare.id


FOTO NOTOSURYO PRABOWO PENGARAH GAYA RAHMI DAVITA BUSANA BALIJAVA BY DENNY WIRAWAN


Mengalami berbagai rintangan demi membantu para pasien di Indonesia tak menghilangkan semangat Mesty untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat. Berawal dari pengalaman yang ia dapatkan di Flores tentang minimnya fasilitas kesehatan di daerah terpencil, membuatnya berpikir untuk melakukan sebuah gerakan crowd funding dengan cara yang transparan. Melalui wadah yang ia dirikan bernama WeCare.id, ia mampu mendapatkan sumbangan dari para dermawan sehingga berbagai kasus kesehatan dapat ditangani. Tekadnya tetap bulat meskipun sering memiliki kesulitan memperoleh dana yang lebih besar. Ia selalu menjaga kepercayaan para donatur dengan menampilkan transparansi data dan mempublikasikan setiap perkembangan kondisi pasien-pasien yang disalurkan dananya. “Saya berharap WeCare.id tetap bertahan dan mampu mencakup seluruh wilayah di Indonesia. WeCare.id dapat menjadi suplementasi Jaminan Kesehatan Nasional/ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (JKN /BPJS) selain dalam aspek terapi, tetapi juga preventif dan rehabilitasi,” ucap model sekaligus pemain harpa ini. Kini, harapannya adalah diadakannya pemerataan pelayanan kesehatan hingga ke daerah perifer. Selain itu, Mesty juga mengharapkan infrastruktur dan fasilitas kesehatan yang layak agar para dokter bisa mengakses daerah tertentu dengan ketersediaan alat dan obat-obatan yang memadai.



OLEH AMALTA R. DYANDRA, KENIA AGHA, KIKI RIAMA PRISKILA, RENGGANIS PARAHITA

Women Of The Year