Women Of The Year

Her World Women of The Year 2015

By : Zamira Mahardini - 2020-08-14 19:30:01 Her World Women of The Year 2015

Eka Sari Lorena, Pimpinan PT. Eka Sari Lorena 


BUSANA DAN AKSESORI WAREHOUSE (ATASAN), TOPSHOP (KALUNG) TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT SYIFA IRFANI (081286305697, IG: @syifairfanimakeup)


Jika bekerja di bidang transportasi dan logistik yang biasanya didominasi oleh laki-laki bisa membuat seorang perempuan terkesan “sangar”, tidak demikian dengan Eka Sari Lorena. Perempuan mungil yang memimpin perusahaan angkutan darat terbesar di Indonesia ini justru merasa ada keuntungan tersendiri di saat orang berasumsi ia laki-laki berdasarkan jabatannya. Nyatanya, Eka memiliki ketertarikan besar terhadap isu transportasi di tanah air, karena terbukti melalui manajemennya, Eka Sari Lorena telah berkembang dari 4 hingga 12 perusahaan selama dua dekade terakhir. Bisnisnya menyebar ke angkutan umum, kurir dan logistik, rantai pasokan, pengiriman barang, busway, kargo dan mobil sewa. Selain itu, ia juga menerbitkan dua buku yaitu, Ayo Lawan Kemacetan (2013) dan Membela Angkutan Umum (2015), di mana ia menyodorkan berbagai pemikiran, strategi, dan terobosan mengenai kendaraan umum dan kondisi jalanan di ibu kota. Urusan kemacetan memang jadi salah satu perhatian utama Eka, karena menurutnya bisa berpengaruh pada perkembangan SDM dan produktivitas seseorang. “Negara Indonesia tidak akan maju jika konektivitas antara orang dan barang (baca: kendaraan umum) tidak dikedepankan. Kalau mau ke kantor saja sudah sulit dan mahal, bagaimana orang-orang tergerak untuk produktif? Sudah keburu stres di jalan!” serunya. 



Melissa Safiani Sunjaya, Founder Tulisan


Terinspirasi dari kota Jakarta, tempat kelahiran yang dicintainya, Melissa menciptakan Tulisan, bisnis kreatif yang menggunakan kain katun kanvas dan ilustrasi cantik sebagai bahan utamanya. Seni memang melekat dalam diri Melissa sejak kecil. Melalui seni juga, ia bisa belajar menghargai sisi sederhana dalam kehidupan. Baginya, seni merupakan suatu medium yang sifatnya mudah diakses dan dicerna masyarakat. Dalam setiap pembuatan koleksi Tulisan, Melissa memastikan setiap produk yang dihasilkan telah melalui proses kerja yang bersih dan tidak memberikan efek buruk bagi produsen dan konsumen. Ia memegang teguh pentingnya pengendalian emisi udara dan air, serta prosedur keselamatan kerja bagi karyawan. Sistem ini pulalah yang membuat Tulisan semakin melekat di hati setiap konsumennya. Berhasil membawa Tulisan ke Singapura, Amerika, Taiwan, Hong Kong, dan Meksiko, bukan berarti harus dilalui Melissa tanpa tantangan. Mulai dari strategi bisnis hingga proses kerja sama dengan distributor luar negeri harus dipikirkan secara matang. Bagi Melissa, kini Tulisan masih menjadi ide sebesar embrio, namun suatu hari embrio itu akan tumbuh menjadi panggung seni yang mempersembahkan cerita tentang kota Jakarta, sebuah karya terbaik dari Indonesia.


Maria Tri Sulistyani, Direktur Papermoon Puppet Theatre


BUSANA JIL SAHARA TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT DC MAKEUP (081222201826, IG:@DC_makeup) 


Mengawali karier sebagai manajer dan desainer studio keramik, penjaga perpustakaan TK, penulis dan ilustrator tujuh buku cerita anak, istri Iwan Effendi (Direktur Artistik Papermoon), ini masih tak menyangka jika ia telah bertotalitas di Papermoon Puppet Theatre selama sembilan tahun terakhir. Hingga kini, ia kerap berkeliling negara demi memperkenalkan Papermoon ke berbagai universitas di seluruh dunia, seminar, dan tentu saja mengadakan pementasan.


Mengangkat kisah-kisah personal.

“Sebagai pendiri, sutradara, sekaligus penulis naskah, saya juga menjadi pembuat dan pemain boneka. Kami selalu tertarik pada kisah personal, sederhana, dan menyentuh emosi penonton. Kisah personal selalu bisa merepresentasikan kondisi sosial, politik, bahkan sejarah yang besar. Salah satu kisah seperti Secangkir Kopi dari Playa dan lakon Mwathirika bahkan berlatar tragedi 1965.”


Dari Yogya, lalu keliling dunia.

“Sejauh ini kami pernah mendapat kesempatan untuk mempresentasikan karya kami di beberapa tempat di belahan dunia yang lain, baik di beberapa kota di Skotlandia, Inggris, Amerika Serikat, Jepang, India, Korea Selatan, Australia, Singapura, Belanda. Penghargaan terbesar buat kami adalah kursi penonton yang selalu terisi setiap kali kami membuat pementasan. Juri terbaik buat kami adalah penonton.”


Perempuan powerful di matanya…

“Perempuan yang mencintai apa yang mereka lakukan, dan menjalani pilihannya berikut segala konsekuensinya dengan bahagia.”



Lusia Efriani, Socialpreneur Batik Girl & Arang Kelapa


BUSANA DOROTHY PERKINS TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT DEWI MOSSE (087870008063)


Tak banyak orang yang menekuni bisnis sosial karena pertimbangan keuntungan. Berbeda dengan perempuan berlesung pipi ini yang justru mendedikasikan hidupnya untuk bisnis sosial. Mulai dari memberdayakan para ibu tunggal dari kalangan kurang mampu agar mendapat pekerjaan di bisnis arang tempurung kelapanya, hingga yang terbaru memberdayakan para penghuni lapas agar dapat berkreasi melalui boneka Batik Girl. 


Mensejahterakan mereka yang kecil. 

“Pada pengalaman kerja saya sebelumnya, atasan saya selalu bilang dalam bisnis yang penting keuntungan. Nanti kalau sudah untung baru sosial. Kalau saya sendiri lebih baik orang-orang dari kalangan kurang beruntung ini dilibatkan, memang pelan dan itu mengurangi keuntungan perusahaan tapi jangka panjangnya enak karena apa yang dihasilkan mereka itu juga bisa membantu perusahaan. Itu yang saya pelajari waktu membangun ‘arang tempurung’.”


Batik Girl yang mendunia.

“Saat Batik Girl memenangkan kompetisi Southeast Asia Youth Leadership Initiative saya harus membuat roadshow setidaknya ke dua negara di Asia Tenggara, saya memilih Singapura, Jakarta, Johor, Kuala Lumpur, dan Brunei. Sejauh ini responnya baik sekali, karena Batik Girl memiliki kisah di baliknya. Hal ini juga memotivasi para penghuni lapas karena meskipun mereka tinggal di dalam lapas dan dibatasi dari dunia luar, tapi mereka dapat berkarya menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati oleh orang banyak bahkan hingga ke luar negeri.”


Rahasia di balik kekuatan senyum seorang perempuan.

“Mayoritas perempuan merasa bahwa mereka membutuhkan laki-laki untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Menurut saya selama seorang perempuan itu sadar akan nilai dirinya dan selalu ingat bahwa ia punya Tuhan yang menguatkannya maka masalah apa pun itu pasti dapat ia jalani sambil tetap tersenyum.”



Cynthia Wirjono, Retail Director The Goods Dept


BUSANA NIKICIO-THE GOODS DEPT TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT DEWI MOSSE (087870008063)


Lima belas tahun sudah ibu satu anak ini berkarier di retail industry, dan berkat kepekaannya akan “tren jualan produk lokal di Facebook,” ia bersama Anton Wirjono/Future10, sang suami; Chris Kerrigan, dan Leonard Theosabrata mencoba membuat Brightspot Market (2009); pop up retail bazaar yang menjual berbagai produk desainer lokal yang sedang merintis karier. Antusiasme, permintaan yang membludak, dan desainer-desainer lokal dengan karya kreatif ini akhirnya “ditampungnya” dalam sebuah toko retail The Goods Dept (2010). Hingga kini Brightspot Market sudah diadakan hingga sekitar 12 kali, dan The Goods Dept sudah mencapai gerai keempat plus online retail shop. Menjadi perempuan di balik tolak ukur gaya dan tren anak-anak urban dan early adopters’ people di Jakarta tentu menuntutnya untuk terus kreatif dan berani melawan retailer-retailer besar. Perannya sebagai Retail Director membuatnya turun langsung di segala aspek, mulai dari mengkurasi produk, membangun toko, menyelenggarakan fashion show, media sosial, membuat sistem, bahkan memimpin divisi website. Baginya, sosok perempuan urban adalah mereka yang juga punya proyek kreatif di samping pekerjaan tetapnya, “Saya menyebutnya ‘the slash slash generation’,” ujarnya.     



Dilah Sasri Indra, Desainer Tekstil


BUSANA DAN AKSESORI TOPSHOP TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT DC MAKEUP (081222201826, IG:@DC_makeup)


Tak banyak anak muda yang mau berkecimpung di dunia tekstil. Mungkin terkesan jadul atau sudah tidak zaman. Berbeda dengan sosok Sasri. Perempuan muda ini bahkan rela menempuh pendidikan hingga ke Jepang demi mengembangkan seni tekstil yang dicintainya.


Baginya, industri tekstil di Indonesia... 

... mulai bergerak maju. Sebagian besar orang mulai melihat tekstil bukan hanya dari segi fashion. Tekstil mulai menjadi bahan eksperimen kreatif di mana teknik pewarnaannya mulai menggunakan pewarnaan alam. Meski begitu, masih banyak hal yang perlu dikembangkan, salah satunya adalah fasilitas yang memadai.


Keluarga menginspirasi Sasri.

Mereka memberikan dukungan yang luar biasa besar. Sejak kecil, perempuan berambut pendek ini dibebaskan untuk memilih jurusan kuliah atau les sesuai dengan passion. Seni mulai mendarah daging dalam diri Sasri berkat keluarganya yang gemar mengoleksi kain dan sudah terbiasa dengan hal-hal tradisional.


Banyak anak muda tak mengapresiasi tekstil. 

Mungkin karena tidak tahu cara pembuatannya. Menurut Sasri, salah satu triknya adalah dengan mengadakan workshop dan menghubungkannya dengan sesuatu yang lebih modern. Adakan workshop di tempat-tempat yang hype di kalangan anak muda, misalnya Brightspot atau dia.lo.gue.


Kesuksesan adalah... 

... saat seseorang berhasil menyelesaikan sesuatu yang ia sukai. Berhasil mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak kita sukai, bukanlah sebuah bentuk kesuksesan. Intinya, kerjakan hal yang membahagiakan kita.



Bening Rara, Co-Founder GoArchipelago


BUSANA DAN AKSESORI BIASA (OUTER) TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT JOHANNAH TANIA (089609501960) 


Awalnya, lulusan jurusan Komunikasi Periklanan dari Universitas Indonesia ini memulai kariernya sebagai copywriter & digital strategic di Agency Digital – Regawa Kreasi Nusa. Di sela-sela menyelesaikan program studinya, ia mengisi waktu luangnya dengan menjadi relawan di Bina Antar Budaya, di mana ia membantu mengelola program pertukaran pelajar di Indonesia. Pengalaman inilah yang menginspirasi Bening dan ketiga temannya untuk mendirikan GoArchipelago, marketplace yang menghubungkan orang lokal penyedia paket wisata (travel host) dengan wisatawan. Melalui situs ini, orang lokal bisa menampilkan paket wisata yang mereka tawarkan dengan menyertakan berbagai informasi seperti lokasi, durasi, kegiatan yang ditawarkan, serta tarif (biasanya per orang atau per kelompok). “Kami mengusung konsep ‘travel with a cause’, di mana setiap paket wisata yang kami tawarkan turut memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk give back kepada masyarakat lokal,” terang Bening. “Contohnya di Desa Petiku, Kalimantan beberapa waktu lalu, di mana para wisatawan berkesempatan untuk tinggal di desa lokal dan merasakan budaya mereka. Sebagai gantinya, mereka bisa mengajarkan anak-anak di desa tersebut bahasa Inggris, lagu-lagu, atau sekadar mengajarkan tentang toleransi.” Simple, but meaningful



Putri Rizki Dian Lestari, Managing Editor Sabang Merauke


BUSANA DAN AKSESORI TOPSHOP TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT DC MAKEUP (081222201826, IG:@DC_makeup)


Berkat kegigihannya, Sabang Merauke, sebuah program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia, mulai berhasil mendapatkan perhatian. Terbukti, totalitas dari perempuan rendah hati ini bahkan berhasil membawa konsep Sabang Merauke memenangkan ajang kompetisi bergengsi IdeaFest 2015 di peringkat ketiga.


Pengalaman membuka mata. 

Berasal dari keluarga dengan latar belakang pendidikan, mengajar bukanlah asing bagi Putri. Pernah suatu ketika ia tinggal di suatu desa di Pulau Bawean. Betapa prihatinnya ia ketika mendapati anak-anak di sana memiliki pengetahuan yang terbatas tentang Indonesia dan lebih familier dengan Malaysia karena mayoritas penduduk di sana merupakan TKI. “Kalau saya suruh sebutkan nama kota besar di Indonesia, Serawak bisa masuk, Kuala Lumpur bisa masuk,” paparnya. Sempat merasakan manfaat pertukaran pelajar, Putri pun sadar bahwa membuka cakrawala itu penting. Anak-anak Indonesia khususnya yang tinggal di daerah jauh dari ibu kota perlu dipaparkan pada kenyataan bahwa Indonesia itu beragam hingga mereka akan bertindak berdasarkan apa yang mereka lihat.


Memotivasi dengan menjadi contoh. Putri mengaku, tantangan terbesar yang harus dihadapi selama menjalankan Sabang Merauke adalah mengelola orang, lebih-lebih karena sekitar 400 orang yang menjalankan program ini semuanya adalah relawan yang tidak dibayar. “Biar bagaimana pun mereka punya pekerjaan utama, mereka dibayar oleh kantornya untuk mengabdi di sana. Sabang Merauke tentu bukan prioritas,” terangnya. Menyiasati hal tersebut, Putri berusaha untuk memotivasi mereka dengan selalu memberikan contoh untuk bekerja dengan senang dan ikut membantu mereka menemukan kegembiraan dalam Sabang Merauke.


Kekuatan seorang perempuan. 

Bagi perempuan yang menjadikan ibunya sebagai sosok panutan, sosok perempuan kuat adalah seorang perempuan yang bisa membawa perubahan dan pengaruh baik bagi sekitarnya. Dan kemandirian merupakan karakter penting yang harus dimiliki seseorang untuk berhasil. “Kunci sukses seorang perempuan adalah ia harus mandiri kemudian bekerja dengan hatinya dan mencintai pekerjaannya. Ia tahu apa yang ia inginkan dan dengan semaksimal mungkin berusaha mendapatkannya,” ujar Putri menutup perbincangan.



Putri Indahsari Tanjung, Founder Creativepreneur


FOTO DOK. PUTRI TANJUNG


Kecil-kecil cabe rawit, mungkin ungkapan itu yang tepat mendeskripsikan sosok Putri. Meski masih berusia muda, perempuan yang sedang mengambil jurusan Multimedia Communication Academy of Arts di San Fransisco, Amerika ini berhasil mendirikan bisnis event organizer ternama di Indonesia.


Tantangan terbesar. 

Saat ia harus memegang kendali tim dengan anggota yang usianya terpaut jauh lebih tua darinya. Selain itu, Putri juga harus bisa mengatur waktu antara keluarga, pendidikan, sosial dan pekerjaan. Mengurus event besar mengharuskan Putri memiliki dedikasi tinggi. Namun berkat passion, tak ada yang terbebani.


Salah satu event paling berkesan adalah... 

... Creativepreneur Berjuang. Menurut Putri, it’s one of the biggest world class music and art festivals di Indonesia yang bekerja sama dengan semua musisi serta seniman tanah air dan dihadiri oleh 15.000 penonton. It was a roller-coaster ride.


Tak pernah memanfaatkan nama keluarga.

Meski banyak yang menganggap sebaliknya. Diremehkan sudah hal biasa bagi Putri. Bahkan ia pernah ditolak oleh beberapa perusahaan saat mengajukan sponsor karena dianggap idenya tidak masuk akal. Namun ia berhasil membuktikan semua anggapan negatif itu salah. Setiap acara yang dibuatnya selalu ramai pengunjung. Bahkan tiket Creativepreneur Corner 2015 lalu habis terjual dalam empat hari dan waiting list-nya mencapai ribuan.


Ingin menginspirasi anak muda Indonesia.

Tujuan hidup yang ingin diraihnya adalah membuat media empire sendiri. Perempuan berambut panjang ini terus ingin berkarya dan berkontribusi untuk tanah air. Ia ingin bisa menginspirasi anak muda Indonesia, bahwa tidak peduli ia siapa, semua orang berhak untuk sukses.



Gianti Giadi, Founder Gigi Art Of Dance


BUSANA DAN AKSESORI BIASA (OUTER) TATA RIAS WAJAH DAN RAMBUT JOHANNAH TANIA (089609501960) 


Akrab disapa Gigi, menari sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak usia belia. “Mama adalah seorang penari tradisional Sunda. Sejak usia 4 tahun saya sudah terbiasa melihat ia menari dan diajari menari,” papar perempuan berambut pendek ini. Meski sudah menari sejak kecil, Gigi mengaku tak pernah terpikir sebelumnya akan menjalani profesi sebagai penari. “Ketika SMP dan SMA saya mulai memberanikan diri mengajar tari dan menyusun koreografi. Awalnya senang karena bisa cari uang sendiri. Saat itu sama sekali tidak ada rencana jadi penari. Tapi karena tidak pernah berhenti menari jadinya keterusan,” ia kemudian melanjutkan, “Saya kemudian mendapat tawaran beasiswa tari ke Lasalle College of Art di Singapura dan dari situ berkesempatan juga untuk melanjutkan sekolah tari ke Amerika,” terangnya. Pengalaman bersekolah di luar inilah yang membuka mata Gigi, bahwa menari dapat menjadi sebuah profesi bila digeluti secara serius. “Kuncinya adalah know your value. Menurut saya seni apa pun itu bentuknya, sebagus-bagusnya seorang seniman tapi kalau ia tidak bisa memasarkan dirinya sendiri tentu tidak akan menghasilkan.” Kini tak hanya mendirikan sekolah tari Gigi Art of Dance tapi juga Gigi Dance Company sebagai platform anak didiknya untuk melakukan proyek tari dan Gigi Foundation yang bekerja secara sosial memberikan kelas tari kepada anak down syndrome dan tuna rungu.



(OLEH CINDY EGIFANIA, KIKI RIAMA PRISKILA, ANGGITA DWINDA, ANDHINI PUTERI FOTO RICHARD GARTODUS, WINSTON GOMEZ PENGARAH GAYA BIMO PERMADI, MYA WIBOWO, AUDI FRISTYA)





Women Of The Year