Life & health

Cerita Happy Salma Tentang Di Balik Layar Sandiwara Sastra

By : Shantica Warman - 2020-07-09 14:40:01 Cerita Happy Salma Tentang Di Balik Layar Sandiwara Sastra


Apa jadinya jika karya sastra unggulan Indonesia dialihwahanakan menjadi sebuah suguhan audio yang bisa didengarkan kapan saja, di mana saja? Dan siapa pula yang menolak untuk bisa mendengar suara 27 aktor papan atas Indonesia memerankan tokoh dalam karya sastra itu?

Sebut saja Iqbaal Ramadhan, Pevita Pearce, Nicholas Saputra, Vino Bastian, Reza Rahardian, hingga Mathias Muchus dan Lulu Tobing yang namanya lama tak terdengar di dunia hiburan tanah air. Mereka ‘direkrut’ oleh Happy Salma, sang produser dibalik Sandiwara Sastra yang mulai tayang hari ini, 8 Juli 2020 lewat podcast Budaya Kita di Spotify.

(Baca Juga: Popularitas Drama Radio: Dulu Dan Kini)


Sandirwara Sastra jadi obat rindu bagi mereka yang pernah mengalami masa populernya sandiwara radio sekitar dua dekade lalu. Sandiwara yang kini bisa didengar melalui podcast ini pun jadi jembatan bagi sastra Indonesia untuk lebih dekat dengan pembaca atau penikmatnya. “Mencari Herman” cerpen karya Dewi Dee Lestari adalah episode pertama yang tayang, diisi suara oleh Pevita Pearce, Ario Bayu dan Widi Mulia.

Diikuti oleh episode-episode lain yang direncanakan akan tayang tiap hari Rabu berikutnya, di antaranya Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Berita Dari Kebayoran karya Pramoedya Ananta Toer, Helen dan Sukanta karya Pidi Baiq, cerpen Kemerdekaan karya Putu Wijaya, novel Lalita karya Ayu Utami, cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam, hingga karya legendaris Sutan Takdir Alisjahbana, Layar Terkembang.

Kabar baiknya lagi, Sandiwara Sastra akan segera menjangkau seluruh pelosok tanah air lewat Radio Republik Indonesia mulai Agustus mendatang. Mereka yang belum akrab dengan teknologi, masih bisa mendengarkan dengan cara menunggu jadwal tayang di radio. 




Ide yang sebenarnya tercetus dua tahun lalu dari duo sahabat, Happy Salma & Yulia Evina Bhara ini baru terlaksana saat pandemi melanda dunia. “Saat tiba-tiba ada kejadian pandemi, dalam ‘kegelapan’ saya diam sesaat dan berpikir apa yang harus kita kerjakan dalam waktu dekat. Muncul lah Sandiwara Sastra ini. Sepertinya memang inilah saat yang tepat untuk merealisasikan ide kami,” kenang Happy. “Saat orang banyak diam, dan berpikir ke dalam,” lanjutnya. Lalu, sejak April 2020 ide kreatif ini mulai dikerjakan lewat kolaborasi produksi antara Yayasan Titimangsa, Kawan Kawan Media dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 

Memproduksi sebuah karya seni di saat kita semua harus menaati pembatasan sosial, tentu tidak mudah. Pertama yang dilakukan adalah menyortir karya-karya sastra yang mewakili beragam generasi, lalu adaptasi cerita hingga bisa diaudiokan selama 30 menit. Tahap berikutnya adalah mencari aktor-aktor yang punya ketertarikan pada karya sastra Indonesia.

(Baca Juga: Film Guru-Guru Gokil Perkenalkan Karakter Lewat Audio Series)



(Sandiwara Sastra menggandeng sejumlah selebriti tanah air yang tersebar diberbagai negara.Foto:Dok/Instagram/@happysalma)


“Semua proses dilakukan lewat meeting virtual. Saya di Bali, sutradaranya di Jogja, aktor dan tim lain banyak di Jakarta,” cerita Happy. “Bahkan dua di antara para pemain tinggal di luar negeri. Iqbaal (Ramadhan-red) di Melbourne dan Ario Bayu di Paris.” Namun dengan kegigihan dan kesamaan niat yang kuat bahwa karya ini penting, maka mereka pun sepakat memberikan yang terbaik agar misinya melestarikan karya sastra Indonesia tercapai.

“Ario rela rekaman suara jam 4 pagi, sebelum burung-burung di sana bangun dan berisik. Kami semua juga belajar lagi untuk melatih suara agar sesuai dengan karakter yang diberikan.” Karena prakteknya tentu berbeda dengan pentas di panggung biasa, dimana mimik dan ekspresi wajah bisa mendukung intonasi suara. 

Walau pengerjaan terbilang singkat dan juga terbatas oleh suasana pandemi, proses pembuatan dari satu episode ke episode lain terbilang lancar. Sandiwara Sastra yang juga merupakan bagian dari program belajar para siswa Sekolah Menengah Umum ini diharapkan bisa didengar oleh sebanyak-banyaknya khalayak. “Harapannya juga setelah mendengar ini, akan lebih banyak orang yang penasaran dan mencari buku-buku sastra yang lain. Sehingga akan semakin mendekatkan karya sastra dengan pembacanya,” tutur Happy menutup obrolan dengan Her World Indonesia melalui akun instagram Selasa sore lalu. 

Life & health