Sosok pemimpin tentu membutuhkan pendamping yang tangguh. Bukan hanya sebagai istri, tetapi juga teman berdiskusi dan bertukar gagasan pikiran. Kehidupan seorang Fery Farhati—istri gubernur DKI Jakarta tak banyak diketahui publik. Seperti apa peran Fery Farhati sebagai ibu gubernur?
Anak keempat dari empat bersaudara asal Kuningan, Jawa Barat nyatanya bukan lahir dari keluarga yang berkecukupan. Semasa kecilnya, Fery hidup tanpa televisi dan listrik. Sang ayah lebih memilih berlangganan majalah yang dapat menambah pengetahuan keempat anaknya.
Menyandang gelar sebagai seorang istri gubernur ibu kota ternyata bukan keinginan Fery, melainkan ingin menjadi salah satu pengajar di Yogyakarta.
“Rencananya itu setelah selesai kuliah kita mau kembali ke Jogja, eh tapi ternyata belok. Bapak bilang kayaknya untuk bisa makan kita di Jakarta dulu deh,” ungkapnya di tengah wawancara eksklusif bersama Her World.
Menurutnya, jalan kehidupan setiap orang tidak bisa selalu sesuai dengan rencana diri sendiri. Menyelami dunia politik bersama sang suami merupakan tantangan terbesar semasa hidupnya. Namun, Fery menuturkan bahwa kunci sebuah hubungan adalah komunikasi dan jalan dalam irama yang sama.
(Baca Juga: Cerita Ditut Dalam Menikmati Semua Profesi Yang Ditekuni)
“Kalau saya enggak suka, ya, saya bilang enggak suka. Begitu pun dengan bapak, kita bukan dua pribadi lagi, jadi iramanya harus sama,” terangnya.
Selain menjalankan hari-harinya sebagai ibu Gubernur, sosok ibu empat anak ini juga aktif dalam organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai Ketua Tim Penggerak. Belum memiliki pengalaman dalam dunia organisasi, bergabung dengan PKK merupakan ketakutan terbesar setelah tahu sang suami terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta.
“Hal yang paling saya takutkan ketika Mas Anies terpilih jadi gubernur adalah memimpin organisasi-organisasi yang dipimpin oleh istri gubernur seperti PKK, dekranasda, yayasan paud, yayasan kanker, dan sebagainya,” jelasnya.
Selama bergabung di PKK, Fery seperti menemukan sebuah harta karun yang selama ini dicari oleh pemerintah, masyarakat, khususnya mahasiswa yang sedang melakukan penelitian. Menurutnya, data-data yang dimiliki oleh PKK dapat membantu pemerintah untuk mengatasi permasalahan di lapangan seperti kurangnya fasilitas MCK, pengairan, dan sebagainya.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyambut baik kegiatan positif PKK.
(Baca Juga: WOTY 2020: Ratri Anindyajati Berdayakan Seni Lewat Identitas)
“Data-data yang dikumpulkan oleh PKK itu sangat lengkap, ada banyak variabel yang ditanyakan dari rumah ke rumah. Nah, bapak juga menyambut baik data-data itu sehingga ada aturan setiap kebijakan yang terkait dengan keluarga dilaporkan satu pintu melalui PKK,” terang wanita lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Di samping kesibukannya sebagai pegiat organisasi, Fery juga memiliki sejumlah kegiatan sederhana, tetapi berdampak besar, salah satunya melakukan live instagram. Menurut Fery, seorang wanita bisa berkarier di mana saja, termasuk di rumah. Melalui live instagram yang dilakukan sore hari dengan berbagai konten seperti kelas sore, dongeng sore, dan cerita sore dapat menjadi sarana berbagi cerita menarik dari berbagai kalangan, terutama untuk ibu-ibu dan anak-anak Jakarta.
“Membuat konten untuk ibu-ibu di Jakarta adalah langkah yang tepat, jadi kita bisa berbagi pengalaman, dan ternyata ibu-ibu rumah tangga yang belum mampu mencapai title sarjana memiliki pengalaman lapangannya luar biasa,” jelasnya sambil tertawa.
(Baca Juga: Yenny Wahid, Antara Politik, Idealisme dan Peran Ibu)
Banyak keinginan Fery yang sampai saat ini belum terwujud, salah satunya membuat asosiasi ‘teman-teman PKK”.
“Ingin buat teman-teman PKK supaya dapat menghubungkan anak muda dengan ibu-ibu PKK untuk membuat sesuatu yang bermakna bagi lingkungan, jadi PKK bukan sekedar organisasi kumpul-kumpul aja,” tutupnya.
(Penulis: Nathasya Elvira)