A chat with

A Chat with Dewi Kocu: Kreasi Indah 'Paper Cutting'

By : Yolanda Deayu - 2019-08-19 15:37:00 A Chat with Dewi Kocu: Kreasi Indah 'Paper Cutting'

Dari sekian banyaknya aliran seni rupa, seni potong kertas atau paper cutting mungkin adalah salah satu yang masih jarang diketahui oleh masyarakat. Meskipun dibuat dari bahan yang sangat sederhana, yaitu kertas, namun karya yang dihasilkan bisa menjadi sangat indah dan luar biasa.

Dewi Kocu, pendiri brand Cutteristic, menjadi seniman potong kertas yang paling dikenal di Indonesia. Ia telah membuat lebih dari 2700 karya, mulai dari hadiah untuk ulang tahun hingga veil untuk pengantin wanita. Lebih dari 60 perusahaan telah memakai jasanya pula.

(Baca juga artikel: A Chat with Andandika 'MORAL': Bercerita Melalui Mode)

her world Indonesia berkesempatan untuk berbincang dengan sang seniman dan menyelisik seputar dunia seni potong kertas. 



Halo, Dewi! Boleh diceritakan awal mula Anda bisa memiliki hobi paper cutting?

“Awalnya saya melihat sebuah paper cutting sederhana di majalah fashion pada akhir 2010 dan mencoba memperhatikan kira-kira bagaimana cara membuatnya. Dari kertas bekas yang ada di kantor dan gunting kecil dari pisau lipat saya mencoba membuat paper cutting pertama saya. Di dalam proses pembuatan, ada bagian yang tidak terjangkau oleh gunting dan harus saya selesaikan dengan cutter. Akhirnya sejak karya kedua dan seterusnya selalu menggunakan cutter, oleh karena itu pula nama brand yang saya pilih Cutteristic. Pada awal tahun 2011 kebetulan keponakan saya ada yang akan berulang tahun, jadi saya membuat paper cutting sebagai kado yang personal.”


Apa alasan Anda memutuskan untuk menekuni seni potong kertas dan mendirikan Cutteristic?

“Awalnya tidak berminat menjadikan ini sebagai bisnis, hanya sebagai hobi dan sebagai kado untuk kerabat atau keluarga. Tapi kemudian mulai ada teman dan keluarga yang memesan, yang setiap tahunnya jumlah pesanan terus bertambah. Disinilah saya mulai memperlakukan Cutteristic bukan hanya sekedar hobi tapi mulai sebagai bisnis karena tanggung jawab terhadap klien semakin besar.”


Adakah pelajaran yang didapat setelah menekuni hobi menjadi sebuah pekerjaan?

Wah, setelah menemukan Cutteristic, saya merasa inilah passion saya, inilah yang saya rasa bisa saya kerjakan seumur hidup. Apalagi didukung oleh respon masyarakat yang sangat antusias juga, saya jadi makin semangat untuk mengembangkan kesenian ini. Tapi semangat dari hobi aja tidak cukup, setelah tiiga tahun menjalani, mood mulai menurun, lalu saya berpikir, pekerjaan ini butuh dedikasi, komitmen supaya dapat terus berkelanjutan. Di titik inilah saya memutuskan untuk resign dan menjadi full timer seniman kertas.”


Apakah ada tantangan yang dihadapi ketika Anda mendirikan Cutteristic?

“Tantangan pertama muncul waktu pertama kali saya mengikuti bazar di Kemang, dimana selama tiga hari bazar tersebut, saya tidak menjual satu pun karya. Bahkan satu paper cutting batik yang dikerjakan sekitar 40 jam, jatuh dan pecah oleh rekan bazar yang lain dan saat itu saya cuma menerima bayaran Rp400.000 sebagai kompensasi. Sedih setiap kali mengingat kejadian itu. Tapi di bazar tersebut saya belajar bahwa masih harus mengembangkan desain yang dapat diterima oleh masyarakat.”


Apa yang menjadi inspirasi dari setiap karya Anda?

“Saya senang dan bangga memakai pola batik. Kalau selama ini seniman memanfaatkan pola tradisional Indonesia dalam media kain, ukiran kayu atau batu, saya mengeksploitasinya ke media baru, yaitu kertas yang diukir. Sedapat mungkin setiap pesanan klien akan saya selipkan motif batik sebagai background untuk menciptakan identitas paper cutting Indonesia yang dapat dibedakan dari karya-karya paper cutting seniman dari negara-negara lain.”



Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat setiap karya?

“1. Design, foto yang saya terima dari client akan saya gambar ulang di computer dengan program Adobe Illustrator selama 30-120 menit. Ini proses yang paling sulit karena disinilah bagian utama dari karya paper cutting, desain harus bagus dan digambar semirip mungkin dengan foto klien agar karakter dari wajah klien dapat diterjemahkan dengan jelas dan orang yang melihat hasil akhirnya akan mengenali siapa gambar dari paper cutting wajah yang dimaksud; 2. Cutting. Desain yang sudah disetujui oleh klien akan dipotong manual dengan cutter selama 4-12 jam; 3. Assemble. Kertas yang sudah dipotong akan dimasukkan ke dalam bingkai sebelum dikirim ke klien sekitar 30 menit.”


Apa tantangan yang biasanya dihadapi ketika membuat sebuah karya?

“Cutteristic saat ini banyak diperuntukan sebagai kado dengan gambar sketsa wajah, yang paling sulit adalah membuat sketsa wajah dengan menampilkan karakter dan ciri khas dari penerima kado tersebut sehingga sketsa menjadi semirip mungkin. Tentunya penerima kado akan sangat senang ketika menerima sketsa wajah yang sangat mirip dengan dirinya, kado itu akan menjadi sangat personal.”


Apakah Anda mempunyai peralatan dan material andalan untuk membuat sebuah karya?

“Bahannya sangat sederhana, hanya cutter (cutter biasa, bukan cutter khusus) dan kertas.”

(Baca juga artikel: A Chat With Nicole Warne: Sosok 'Gary Pepper Girl')


Dari karya yang telah Anda buat selama ini, apakah ada yang menjadi favorit dan memiliki proses pembuatan paling berkesan?

“Proyek terbesar yang saya kerjakan yaitu tahun lalu, saya mempersiapkan pernikahan saya dengan memakai sebanyak mungkin kertas di berbagai elemen. Saya membuat dekorasi utama dari paper cutting terbesar dengan luas sekitar 56 m², juga keseluruhan dekorasi ruangan resepsi pernikahan. Karena keterbatasan pilihan dari vendor wedding dalam negeri untuk veil dan baju, akhirnya kedua itu pun saya buat sendiri juga dengan kertas dan konsep paper cutting. Pada Agustus 2018 saya memecahkan rekor MURI untuk kategori 'Pesta Pernikahan dengan Penggunaan Kertas Terbanyak'”


View this post on Instagram

My Paper Cutting Wedding finally came true! When I can't find a paper-cutting-like-veil, I decided to cut one for myself Along with wedding invitations, decorations, cake topper, and second gown that have a paper-cutting-like-design with magic touch from @poemiatelier I loveee paper and I love my work as paper artist. My husband, Jeffry is very supportive, he allowed me to transform my fantasy dream into reality in our wedding And with this, I also received a World Record from @muri_org for "Wedding Reception with the Most Use of Paper", thank you Mr. Jaya Suprana & Mrs. Aylawati Sarwono, it's been an honor to finally meet the Founder of Muri Decor: @Cutteristic & @ktine_decor Wedding Gown: @PoemiAtelier PreWedding: @Vassanadeestudio Organizer: @dodoliuwo Invitation: @Cutteristic Makeup: @corynnamakeupartist Smile: @dentalign #cutteristicwedding #jeffrykocuwedding #cutteristic #papercutting #paperartistcollective #paperartist #dekorasikertas #dekorasipernikahan #weddingveil #bride #weddinginspiration #weddingideas #weddingstyle #paperartistcollective #inpirasipernikahan #papercutmix

A post shared by Cutteristic (@cutteristic) on


Apakah ada tips dan trik untuk para pemula yang ingin mencoba seni potong kertas?

“Di situs Cutteristic saya membuat panduan bahan, alat, cara memotong serta ‘Free Download Pattern’ untuk pemula yang ingin belajar. Tipsnya, kalau hasil kertas pertama belum bagus, jangan menyerah, karena skill ini bisa dilatih, coba terus untuk kertas kedua, ketiga dan seterusnya. Nanti pasti akan halus dan perfect hasil potongnya.”


Cutteristic meyediakan paper cutting workshop. Apa keuntungan yang didapat dari belajar bersama Cutteristic daripada mencoba sendiri di rumah?

“Kemampuan dasar setiap orang berbeda, di workshop saya bisa langsung memberikan koreksi yang berbeda di masing-masing peserta. Ada yang berkendala di cara memegang cutter, ada yang kesulitan memotong bagian-bagian pola tertentu, di kelas saya pandu satu-persatu sampai bisa menjadi halus dan sempurna hasil potongnya.”


Bagaimana pandangan Anda terhadap dunia seni Indonesia saat ini?

“Di dunia seni paper cutting pada khususnya, sudah banyak yang membuat dan menjadikan paper cutting sebagai mata pencaharian. Saya sangat senang melihat perkembangan dari para seniman baru ini. Namun saya berharap untuk dapat melihat aliran-aliran lain dalam mengolah kertas, lebih berani untuk bereksperimen dengan berbagai metode, warna dan bahan. Bermimpilah, buatlah apa yang belum pernah dikerjakan oleh seniman kertas lain sebelumnya.”


Apakah ada rencana untuk berkolaborasi dengan seniman Indonesia lainnya?

“Pastinya. Pada zaman sekarang ini, kita akan berkembang melalui inovasi dan kolaborasi. Saya sangat berharap dapat bertemu dengan seniman yang diluar seniman kertas yang dapat bekerjasama untuk menghasilkan sebuah karya fantastis!”

A chat with