A chat with

A Chat with Raegita Zoro: Cerita di Balik Warna Neon

By : Rahman Indra - 2018-09-13 12:12:00 A Chat with Raegita Zoro: Cerita di Balik Warna Neon


Tampil sebagai salah satu desainer di perhelatan mode 23 Fashion District 2018, Raegita Zoro kembali mencuri perhatian publik lewat koleksi busana dengan dominasi warna neon hijau dan pink.

Ini bukan kali pertama, Raegita membuat kejutan lewat koleksi busana berwarna terang mencolok mata. Mengawali karier di dunia desain sejak 2000, ia sempat vakum 2007-2010 sebelum kemudian melanjutkan studi desain di sekolah mode Instituto di Moda Burgo.

Rancangan busananya mencuri perhatian saat dikenakan kontestan Indonesian Idol di panggung final. Kini, ia menjadi salah satu desainer yang mencolok berkat desain baju yang identik dengan warna neon. 

Seperti apa perjalanannya di dunia mode, berikut petikan wawancaranya saat ditemui di sela peragaan busana di 23 Fashion District 2018, di 23 Paskal Fashion District Bandung.

(Baca juga: 23 Fashion District, Kali Kedua Guncang Bandung)

Boleh cerita sedikit tentang koleksi 'Skuad' yang tampil kali ini?

Saya sudah suka warna neon dari kecil. Sebelum jadi desainer, saya suka bikin baju sendiri. Setelah jadi desainer, setiap kali nemu bahan, saya selalu masukin unsur warna neon. Waktu Indonesian Idol 2014, warnanya neon banget, dan kemudian dikenal sebagai ciri khas desainku. Koleksi 'Skuad' ini menonjolkan neon hijau dan pink.


(Koleksi Raegita Zoro. Foto: Dok/IFC)

Ada berapa piece?

Total ada 14 potongan busana, 10 wanita dan 4 pria, atau yang ini bisa untuk uniseks juga. Setiap desain aku menambahkan warna. Meski pada dasarnya, saya suka warna hitam, tapi tidak semua mesti hitam. Jadi, tetap memerlukan warna. Pokoknya di setiap potongan busana, ada unsur neon, entah di bahan atau pun hanya di aplikasi tertentu, garis atau lainnya. 

'Skuad' show ke berapa?

Aku ikut JFW 2017 pada 2016 lalu, kemudian JFW 2018, dan tahun ini rencananya mungkin akan ikut lagi. Masih dalam tahap obrolan dengan pihak Senayan City. Saya terpilih masuk Fashion Link, menjadi satu dari tiga desainer yang akan show di JFW.

Kiprah di dunia mode sejak kapan? 

Sebelum tampil di JFW, saya pernah ikut beberapa kali peragaan busana kecil, bikin baju untuk Indonesian Idol 2014, dan lumayan sejak kenalan dari situ sering pakai baju rancangan saya. 

(Baca juga: 17 Busana yang Mencuri Perhatian di 23 Fashion District)
Awal suka desain dan terjun ke dunia mode? 

Saya suka bikin baju sendiri, lalu memutuskan ikut sekolah mode di sekolah mode Instituto di Moda Burgo, sekitar 2010 atau 2013. Karena wakutnya lebih feksibel, dan bisa milih belajarnya apa. 

Desainer favorit yang jadi inspirasi? 

Saya suka Yohji Yamamoto, dan Manish Arora. Yohji ada unsur Jepang-Amerika, sementara Manish Arora itu India. Arora itu warna-warni banget. Sejauh ini, aku masih belum berani banget untuk mengeluarkan koleksi yang aneh, karena bagaimana pun juga mesti mempertimbangkan jualan, sehingga senormal mungkin. Paling ada 1-2 yang aneh sedikit. 

Bagaimana dengan komentar pedas? 

Selalu ada. Tapi saya anggap sebagai masukan. Awal desain mungkin ego tinggi, saya bikin tanpa peduli anggapan orang. Namun, setelah berjalan waktu, saya nggak bisa bikin saja, tapi juga bisa dipakai banyak orang.  

Karya yang bawa kebanggan tersendiri? 


(Koleksi Raegita Zoro. Foto: Dok/IFC)

Selain Noela, ada satu baju rancangan saya dipakai Aurel. Waktu itu, ia memakai baju yang bodycon warna lime green neon. Kebetulan pers bandingkan dengan busana yang dipakai Kim Kardashian dan Blake Lively. Aku senang, ada orang yang notice. 

Selain peragaan busana di Indonesia, tampil di luar negeri? 

Ada, tahun lalu di Hong Kong Fashion Week.

Sejauh ini desain sporty look, apa nanti akan keluar dari ini? 

Saat ini, saya memang senang desain sporty look, dan mungkin yang baru dikeluarkan sporty look. Ke depan saya suka yang agak dark, dan rock, mungkin bisa ke sana nantinya. 

(Baca juga: Aksi Anti Plagiarisme 6 Desainer lewat Sedabs Project)

Ada hambatan menggunakan warna neon dalam rancangan busana?

Kekhawatiran ada, karena aku sendiri suka sesuatu yang berbeda. Orang ke kanan, aku ke kiri. Jadi kekhawatirannya adalah aku sodorin sesuatu, orang tak terima desain itu. 

Apakah menjadi desainer impian masa kecil? 

Menjadi desainer itu bisa tergolong baru. Sebeulmnya inginnya malah jadi penyanyi. Karena dari keluargaku banyak yang berkiprah sebagai seniman. Orangtuaku pernah pegang program Safari , Di keluarga besarku, ada yang jadi penyanyi juga. Tapi itu dulu. Lalu, ada pengalaman, setiap bikin baju susah. Karena badanku kecil, maka harus selalu kecilin baju dan modifikasi. Pernah juga ingin bikin baju sendiri, tapi tukang jahit selalu saja bikin alasan, apa yang saya inginkan tidak bisa dibuat. Maka saking kesalnya, lalu saya belajar mode, supaya bisa mewujudkan keinginan saya itu. 

Sempat melanjutkan studi perguruan tinggi? 

Saya sempat kuliah di jurusan akuntansi, tamat dan sudah, itu saja. Untuk menyenangkan orang tua, lalu saya teruskan passion ke dunia desian. 

Perjalanan kemudian menjadi desainer dan desain baju?

Sebelum desain baju, saya pernah merancang sepatu dan tas. Makanya setiap desian baju selalu ada tas dan sepatunya. Jadi masuknya dari tas, sepatu lalu baju. Ada yang bilang aku telat banget di dunia mode, tapi guru di sekolah mode bilang tak ada kata telat dengan umur. Jadi, diseriusin.

Kini, aku punya tim workshop. Memang belum besar, menuju ke sana. Buat desain-desain aku bisa dilihat di Fashion Link Senayan City, atau kerjasama juga dengan MadeInd di situsnya, serta satu lagi di Landmark Mall, Surabaya. 

A chat with