Life & health

Kupas Tuntas Panic Attack, Ciri-Ciri dan Cara Mengatasinya

By : Her World Indonesia - 2023-08-17 11:00:01 Kupas Tuntas Panic Attack, Ciri-Ciri dan Cara Mengatasinya

Pada saat kita menerima stres yang besar, semisal dalam situasi hidup-mati, maka tubuh akan meresponnya dengan melakukan serangkaian reaksi yang dikenal dalam dunia psikologi sebagai respons “fight-or-flight”. Reaksi alamiah ini dikoordinasi oleh sistem saraf simpatetik yang akan aktif diluar kesadaran atau perintah otak kita. 


Dalam situasi stres akut, tubuh akan tiba-tiba mengeluarkan hormon adrenokortikotropik dan hormon pelepas kortikotropin. Hormon-hormon ini lah yang bertanggung jawab dalam aktivasi sistem saraf simpatetik untuk menstimulasi kelenjar pituitari dan kelenjar adrenal.


Kedua kelenjar itu  yang kemudian akan memicu pelepasan katekolamin seperti adrenalin, noradrenalin, kortisol, dan dopamin. Rangkaian reaksi yang dilakukan oleh sistem saraf simpatetik ini akan menyebabkan peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan laju pernapasan secara drastis. Nah, semua hal ini yang kemudian membuat kita merasa panik. 


(Baca Juga: Jangan Disepelekan, Ini Dampak Stres untuk Tubuh!)


Respons “fight-or-flight” sebenarnya sangat krusial bagi keselamatan nyawa kita apabila terancam oleh marabahaya yang bersifat hidup-mati. Sebab, respons ini akan meningkatkan kemampuan fisik secara menyeluruh untuk sementara waktu, baik dalam hal stamina, kekuatan dan kecepatan. Reaksi tubuh ini memungkinkan kita untuk secara cepat melawan atau kabur dari marabahaya tersebut.


Namun, di masa modern ini di mana dunia sudah semakin aman dari ancaman bahaya fisik, tubuh seringkali salah mengartikan masalah sehari-hari seperti macet, beban kerja, ataupun masalah percintaan sebagai situasi hidup-mati karena jumlah stres yang ditimbulkannya


Nah, jika sistem saraf simpatetik aktif dan membuat tubuh memasuki kondisi “fight-or-flight” tanpa adanya ancaman hidup-mati yang nyata, ini yang kemudian menyebabkan serangan panik atau panic attack. Tubuhmu dapat bertahan dalam mode “fight-or-flight” selama 20 hingga 60 menit, bahkan setelah ancaman hilang.


Durasi waktu yang lama ini dibutuhkan karena sistem saraf simpatetik tidak bisa berhenti dengan sendirinya. Melainkan, satu-satunya cara tubuh untuk kembali ke kondisi normal atau pra-rangsangan adalah dengan aktifnya sistem saraf parasimpatetik sebagai penangkal dari sistem saraf simpatetik.



(Stres akan pekerjaan yang berlebihan dapat dianggap sebagai ancaman nyata oleh tubuh. Foto: Dok. andrea piacquadio/pexels)

Ciri-ciri Tubuh Memasuki Kondisi “Fight-or-Flight”

Agar dapat mengatasi atau bahkan mencegah terjadinya serangan panik, sangat penting bagimu untuk menyadari ciri-ciri spesifik apabila tubuhmu memasuki kondisi “fight-or-flight”. Apa sajakah itu? Yuk, simak pembahasan dari Her World berikut!


1. Pupil mata melebar

Pada situasi berbahaya, tubuh mempersiapkan dirinya untuk menjadi lebih sadar akan lingkungan sekitarnya. Ini alasannya mengapa saat tubuh memasuki kondisi “fight-or-flight” pupil mata akan melebar. Sebab, dengan melebarkan pupil maka akan memungkinkan lebih banyak cahaya masuk ke mata, menghasilkan penglihatan yang lebih baik, tajam, dan luas pada area sekitarmu.


2. Kulit pucat dan wajah memerah

Selama kondisi “fight-or-flight aktif, aliran darah ke area permukaan tubuh berkurang, sementara aliran ke otot, otak, kaki, dan lengan meningkat. Alhasil, kulit akan menjadi pucat dan wajah memerah karena darah mengalir deras ke kepala dan otak. Bahkan, kemampuan pembekuan darah tubuh juga meningkat untuk mengantisipasi kehilangan darah berlebih jika terjadi cedera.


3. Meningkatnya detak jantung dan pernapasan

Seperti yang kita tahu, pemisah hidup dan matinya seorang manusia yang paling mendasar adalah oksigen. Oleh karena itu, secara alami tubuh akan mempercepat detak jantung dan laju pernapasan untuk memberi tubuh sebanyak-banyaknya oksigen dan energi yang dibutuhkan untuk memicu respons cepat terhadap bahaya.


4. Tubuh gemetar

Respon “fight-or-flight” akan menyebabkan otot menguat dan mengencang agar siap digunakan untuk beraksi. Namun, apabila hal ini terjadi dan kamu diam saja maka bisa menyebabkan tubuh bergemetar hingga nyeri pada otot.


Gejala Panic Attack

Nah, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika tubuhmu memasuki kondisi “fight-or-flight” tanpa adanya ancaman hidup-mati yang nyata maka kemungkinan besar kamu akan terkena serangan panik yang bisa sangat mengganggu kesadaran kita. Gejala dari serangan panik sendiri akan selalu berbeda-beda setiap orangnya. Namun secara umum gejalanya adalah seperti berikut ini:


1. Nyeri pada bagian dada 

2. Pusing atau vertigo

3. Perasaan seperti tercekik atau tersedak 

4. Tubuh terasa menggigil

5. Mual hingga muntah 

6. Mulut terasa kering

7. Kesulitan bernapas 

8. Tubuh berkeringat jagung

9. Tangan dan kaki mengalami mati rasa atau kesemutan


(Baca Juga: Mengenal Pottery dan 5 Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental)


Mengatasi Panic Attack

Satu-satunya cara menghentikannya adalah dengan membiarkan sistem saraf parasimpatetik mengambil alih, jadi yang kamu perlukan adalah waktu. Hentikan apapun aktivitas yang sedang kamu lakukan dan segera cari tempat aman. Kamu bisa membantu dirimu sendiri dengan memejamkan mata, berusaha mengatur pernapasan, dan mengingat-ingat memori indah atau orang yang kamu cintai. Tujuannya, agar tubuhmu dapat segera menyadari bahwa kamu tidak sedang menghadapi bahaya hidup-mati yang nyata dan segera mengaktifkan sistem saraf parasimpatetik supaya situasimu kembali normal.



(Penulis: Putra Akbar P. Nasution)

Life & health