Life & health

10 Pria Good Men 2023 Pilihan Her World Indonesia

By : Her World Indonesia - 2023-08-13 12:00:02 10 Pria Good Men 2023 Pilihan Her World Indonesia

Memasuki tahun 2023, Her World kembali menampilkan 10 profil pria inspiratif dari berbagai profesi yang memiliki visi untuk memajukan tanah air. Meski datang dari latar belakang dan mimpi yang berbeda, semua pria ini berhasil menginspirasi dengan pencapaian serta kontribusi mereka menyebarkan dampak positif terhadap masyarakat dengan cara mereka masing-masing. Nilai-nilai seperti gigih, berani, dan pantang menyerah dari para profesional ini bisa menjadi contoh yang baik bagi kita semua. Yuk, kenali mereka lebih jauh!


(Baca Juga: The Big Bold Explorers)


1. Ibnu Jamil, 41, Aktor & Presenter Olahraga


(Ibnu Jamil. Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Nama Ibnu Jamil tidak lagi asing di layar lebar maupun layar kaca, termasuk sebagai presenter olahraga atau sportscaster. Sebuah kecintaan sejak kecil akan dunia olahraga yang kini menjadi salah satu profesi yang mengisi resumenya dalam dunia hiburan Tanah Air. 


Meski banyak duduk di kursi presenter dalam acara sepak bola, Ibnu justru memiliki cita-cita sebagai atlet basket. Namun perkembangannya dalam industri olahraga ini tidak seperti yang diharapkan. Akhirnya, ia memutuskan untuk mencari alternatif bidang yang bisa menjadi profesinya dan menjadikan olahraga sebagai hobi. “Saya mengikuti berbagai casting, dari iklan televisi sampai film, akhirnya ketagihan. Semua berawal dari coba-coba, tetapi justru yang tidak coba-coba adalah olahraga,” ungkap Ibnu tentang kedekatannya pada dunia olahraga. 


Kecintaan Ibnu Jamil pada dunia sepak bola yang ditemukannya pada masa sekolah menengah membuat sang aktor dapatkan peluang menjadi presenter olahraga atau sportscaster. Sebuah pengalaman baru dan menarik yang ia temukan sebagai penggemar olahraga, khususnya sepak bola. Mulai dari pelafalan nama-nama pemain bola hingga membaca data statistik, kecintaan Ibnu pada dunia sepak bola membantunya untuk dapat beradaptasi menjadi presenter olahraga. 


Namun perlahan Ibnu mulai tertarik dengan olahraga lari. Ketika proses shooting selesai lebih cepat, Ibnu berlari di daerah Senayan atau area kompleks perumahannya hingga lama-lama jatuh hati pada cabang olahraga ini. Lari menjadi olahraga yang dapat ia lakukan secara rutin tanpa bergantung dengan orang lain, cuaca, maupun waktu. “Saya biasanya lari paling cepat 30-40 menit, paling lama bisa sampai tiga jam. Sesuai dengan kondisi tubuh saat itu dan apakah sedang persiapan mengikuti perlombaan, seperti akhir tahun ini, saya mengikuti Chicago Marathon sehingga latihannya sudah mulai intens,” ungkap sang aktor. 


Memasuki usia kepala empat, Ibnu tetap berolahraga secara rutin dengan mengambil waktu setidaknya lima menit untuk stretching. “Anggap saja olahraga sebagai arena permainan Anda dengan mencari komunitas yang seru atau mencari hal-hal yang buat Anda senang [menjalani olahraga tersebut], entah tempatnya atau pakaian yang dikenakan,” ungkap Ibnu menutup perbincangan dengan Her World Indonesia. 


(Oleh: Vanessa Masli)


2. Baskara Putra (Hindia), 29, Musisi


(Baskara Putra. Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Tepat bulan ini, Baskara Putra meluncurkan album kedua untuk Hindia. Album berisikan 28 lagu ini diluncurkan ke dalam dua bagian dan mengisahkan tentang pengalaman-pengalaman personalnya selama 2,5 tahun terakhir. Album kedua ini juga berisikan banyak skit dalam bentuk wawancara yang dilakukan oleh Iyas Lawrence. Dibandingkan album pertama, yang merupakan keluhan akan keuangan dan pencarian jati diri anak muda, album berjudul Lagipula Hidup Akan Berakhir ini justru menceritakan tentang kondisi mental Baskara saat ini dan beberapa pengalaman buruk yang pernah dilalui. “Ketika menulis album ini, kondisi mental saya saat itu tengah memburuk. Saya pun akhirnya mulai kembali untuk terapi ke psikolog,” jelas Baskara yang menceritakan bahwa dirinya didiagnosa dengan severe depression. 


Menyadari soal isu kesehatan mental yang dialaminya, ia juga mengungkapkan bahwa tak sedikit orang yang mempertanyakan hal ini. Namun ia hanya menjawab, “Mereka enggak akan tahu rasanya sampai akhirnya mereka merasakan sendiri.” Lewat proses pembuatan album keduanya, Baskara juga berusaha untuk mencari akar dari trauma tersebut.


Dalam wawancara bersama Her World, Baskara memang mengaku dirinya mudah overthinking. Meski begitu, inilah yang akhirnya jadi inspirasi dalam bermusik dan menulis lirik, khususnya untuk Hindia. “Pendekatan karya saya di Hindia memang seperti buang sial. Ini jadi outlet untuk mengutarakan semua uneg-uneg dari beragam pengalaman yang kurang mengenakkan dan saya enggak mau bohong saat menulis sebuah lagu,” jelas Baskara. Membuat dua album dari pengalaman yang sangat personal juga membuat Baskara melihat sisi dirinya yang baru. “Ada beberapa perasaan yang baru saya sadari ketika selesai menulis lagu. Bahwa ternyata saya pernah merasakan ini, ya. Jadi bisa lebih mengenal diri sendiri dan jadi bentuk lain untuk terapi,” lanjutnya. 


Lucunya, Baskara mengakui masih sering kesulitan untuk berkomunikasi di hadapan ribuan penonton. “Saya sadar bahwa public speaking saya kurang banget. Jadi saya sangat kagum dengan para musisi senior yang bisa mengajak penonton berinteraksi dengan mudah,” jelas Baskara. Ketika ditanya soal citacita yang masih belum terpenuhi, ia menjawab dengan simpel, “Ingin punya sertifikat tanah di wilayah Tangerang Selatan dengan harga yang masuk akal.” Yes, we all do, Bas." 


(Oleh: Kiki Riama Priskila)


3. Peter Harjani, 35, & Harry Sudarma, 32, Founder PK Entertainment


(Peter Harjani & Harry Sudarma Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Siapa yang tidak tahu PK Entertainment? Perusahaan yang menjadi promotor konser Coldplay di Indonesia pada bulan November nanti. Di balik namanya yang besar, semua berawal dari cita-cita sederhana yang dimiliki oleh para pendiri. 


Lulus kuliah dan bekerja sebagai seorang akuntan di Australia merupakan hidup yang Peter Harjani jalani sebelumnya. Kehidupan yang sudah cukup stabil ini, lama kelamaan menyadarkannya bahwa ini bukanlah passion hidupnya. Ia memutuskan untuk mengubah alur kariernya. Menyadari kegemarannya dalam mengurus dan menciptakan suatu acara, ia bergabung dengan saudaranya dalam suatu perusahaan yang bergerak sebagai sebuah promotor. Ia sempat menjadi promotor konser Justin Bieber saat pertama kali datang ke Indonesia, Bruno Mars, dan lainnya. 


Berbekal pengalaman tersebut, Peter akhirnya memutuskan untuk membangun perusahaannya sendiri dengan sang adik, bernama PK Entertainment. Suatu hari, ia dikenalkan melalui seorang teman kepada Harry Sudarma. Harry merupakan seorang dokter yang memiliki passion di bidang event. Lewat PK Entertainment, keduanya sadar bahwa mereka memiliki kelebihan berbeda yang saling melengkapi. 


Keduanya juga paham bahwa dalam membuat suatu acara, tidak mungkin mereka dapat memuaskan semua orang yang hadir. Namun, atas kesadaran tersebut, keduanya selalu berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menangani berbagai keinginan konsumen. 


Cerita di balik menjadi promotor konser Coldplay juga ternyata unik. Peter maupun Harry, belum ada yang pernah nonton konser Coldplay secara langsung. Peter menjelaskan bahwa promotor mana pun pasti ingin membawa Coldplay. Namun, kembali kepada kerendahan hati mereka, Peter dan Harry tidak terlalu berambisi besar untuk mengejar itu. Namun, pada suatu hari mereka malah dikontak secara langsung untuk diberi tawaran sebagai promotor konser Coldplay di Indonesia.


4. Kariyanto Hardjosoemarto, 45, Head of Marketing Communication & PR PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia


(Kariyanto Hardjosoemarto. Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Saat pertama kali terjun ke dunia otomotif, Kariyanto Hardjosoemarto menyadari potensi besar yang dimiliki oleh dunia yang identik dengan mobil dan mesin tersebut. Kini telah bergelut di dunia otomotif selama 22 tahun lamanya, laki-laki yang lebih dikenal dengan nama Kerry tersebut tidak hanya melihat otomotif sebagai sekadar mobil, tetapi juga ada banyak cerita di baliknya yang menarik untuk dieksplor. 


Sejak bulan September tahun 2022, Kerry secara resmi menjabat di posisi baru sebagai Head of Marketing Communications and Public Relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Head of Business and Network Development serta Head of Sales Operation and Product Management di PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Sebagai seseorang yang selalu tertantang oleh perubahan, Kerry tetap mengawali segala sesuatu dengan open minded. “Bagi saya, posisi baru justru membawa excitement tersendiri. Saya bisa membawa experience saya yang dulu untuk memperkaya kinerja saya di dunia baru,” ujarnya. 


Selain perubahan mengenai posisi pekerjaannya, dunia otomotif yang erat kaitannya dengan teknologi juga selalu mengalami perkembangan yang pesat. Dalam upayanya menerima perkembangan tersebut, Kerry mengungkap dirinya terus mencoba untuk mengikuti arus dan customer trend. Baginya, perubahan dan kompetisi yang muncul justru memotivasinya untuk terus belajar dan mencoba hal baru. Kerry tidak suka menunda waktu untuk menyelesaikan masalah. Menurutnya, walau solusi yang ditemukan bukanlah final solution, setidaknya ada improvement atau alternatif lain yang bisa didapatkan. “Saya bukan orang yang menunggu perfection, I prefer the progress,” tegasnya. 


Otomotif sendiri termasuk salah satu pasar yang paling banyak diminati dan berkembang pesat di Indonesia. Selama ini, Mercedes-Benz tidak hanya dikenal sebagai mobil, tetapi juga sebagai simbol dari status dan gaya hidup. Kerry menuturkan harapannya untuk PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia, “Di masa depan, Mercedes-Benz berkomitmen untuk terus memberikan best customer experience secara konsisten dan tetap menjadi pilihan pertama untuk otomotif luxury di Indonesia.” 


(Oleh: Natasha Fitranda Putri)


5. Ernanda Putra, 39, Founder MAKNA Group


(Ernanda Putra. Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Memulai kariernya dalam dunia kreatif sejak tahun 2005, membuat Ernanda mampu melihat peluang untuk mengembangkan skill dan juga ide yang dimilikinya lebih dari yang ia kerjakan selama ini. Sebab, baginya pola kerja yang sama selama bertahun-tahun cenderung menciptakan keresahan tersendiri. 


Perkembangan media sosial seperti Instagram menjadi awal mula Ernanda menyalurkan ide melalui desain. Dalam perjalanan membangun MAKNA Group, Ernanda lebih banyak belajar secara otodidak atau learning by doing. Sebab yang diciptakan ini sangat orisinil. Ia juga banyak belajar dari klien, teman, buku, partner, dan juga pengalaman. Apabila ada permasalahan, ia harus menemukan jalan keluarnya sendiri.


Ernanda yang telah memiliki passion dalam dunia kreatif sejak SMA ini mengungkapkan bahwa inti dari MAKNA Group dan yang dikerjakan Ernanda adalah desain grafis, namun output-nya dapat berbentuk banyak hal. Hingga kini, MAKNA Group memiliki lima area bisnis yakni Makna Creative, Makna Coffee, Makna Talks, Makers by Makna dan Makna Verse. Masingmasingnya berusaha untuk menjadi wadah bagi anak muda yang membutuhkan tempat mencari inspirasi, bereksperimen, berkolaborasi, dan bercerita. 


Salah satu hambatan yang Ernanda hadapi adalah bersaing dengan tren karena kerap silih berganti. Ia pun memutuskan untuk dalam pengembangannya tidak selalu tergerus oleh tren, tetapi harus selalu mengambil jalan sendiri dan memikirkan long term game. Selama hampir 10 tahun membangun MAKNA Group, Ernanda masih terus merasa excited dengan apa yang dikerjakannya. “Membuka mata di pagi hari tidak akan terasa berat meski harus kerja, karena yang dikerjakan adalah hal yang disukai,” ungkapnya. Satu hal yang membuatnya bisa konsisten hingga kini adalah mempercayai intuisi yang ia rasakan 10 tahun lalu. 


(Oleh: Putra Akbar P. Nasution)


6. Jeffry Jouw, 35, Founder USS Networks


(Jeffry Jouw. Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Menempuh pendidikan di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2012, membuat Jeffry Jouw, yang akrab disapa JeJouw, memerhatikan perbedaan style masyarakat Indonesia dengan AS. Menurutnya, di AS orang-orang lebih banyak mengeksplorasi gaya berpakaian. Hal ini menjadi awal mula kecintaannya terhadap sneakers hingga kini dapat membangun perusahan ekosistem Urban Sneakers Society atau lebih dikenal dengan singkatannya, USS. Kini, USS memiliki empat pilar bisnis yakni media, retail, event, dan komunitas. 


Dalam membangun USS, JeJouw memiliki prinsip untuk “mulai saja dulu” dan tidak perlu mengkhawatirkan komentar atau penolakan orang lain. Sebab, menurutnya akan selalu ada orang-orang di luar yang memandang rendah hal yang kita lakukan dan ingin menjatuhkan kita. Namun, dengan mentalitas kuat dan “willing to do the extra work”, hal tersebut tidak akan menghalangi kita untuk menekuni passion hingga dapat membuktikan hasilnya.


Saat pandemi, ada banyak event yang terpaksa gagal dilaksanakan hingga membuat kerugian besar bagi USS. Meski demikian, hal ini tidak menjadi alasan untuk JeJouw berhenti berusaha. Justru, di sisi lain, platform media USS Feeds mengalami kemajuan yang pesat di mana followers Instagram USS Feeds melonjak hingga mencapai satu juta. “Saya enggak pernah bilang kita gagal, tapi either we win or we learn. Saat belum berhasil, kita pelajari yang bisa dipelajari,” ungkapnya. 


(Oleh: Putra Akbar P. Nasution)


7. Sandru Emil , 41, Co-Founder AmbilHati


(Sandru Emil. Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Berawal sebagai Junior Art Director di sebuah creative agency, kini Sandru Emil mendirikan digital creative agency dengan visi dan misi humanis, AmbilHati. Sejak kecil, ia mengaku tertarik dengan visual dan suka mendorong orang untuk belanja. Hingga akhirnya Sandru memutuskan untuk mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual saat kuliah di mana ia bertemu dengan alumni yang menceritakan tentang industri advertising


Fokus berkarier di beberapa agency ternama ibu kota, Sandru sadar bahwa ia memiliki passion besar di industri creative advertising hingga akhirnya ada niat untuk membangun agensinya sendiri. Ketika akhirnya bertemu dengan FAB Group, Sandru pun mulai berani untuk mewujudkan mimpinya dan membangun AmbilHati di 2017. Sejak berdiri, berbagai penghargaan prestisius pun berhasil didapat, seperti Digital Agency of the Year oleh Citra Pariwara dan Agency of the Year dari MMA Smarties.


Perannya sebagai seorang ayah jadi salah satu hal yang menginspirasi Sandru untuk menciptakan lingkungan kerja yang minim politik kantor. AmbilHati juga menjadi wadah bagi agensi advertising lainnya untuk sama-sama berkembang. Punya misi untuk memberikan dampak, Sandru pun mendirikan “Y” – The Young Creative Entrepreneur yang membantu para pebisnis muda kreatif untuk menjadi pemimpin yang sukses. 


(Oleh: Kiki Riama Priskila)


8. Kunto Aji, 36, Musisi


(Kunto Aji. Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Terlalu Lama Sendiri adalah sebuah lagu yang membuka perjalanan panjang Kunto Aji di belantika musik Tanah Air. Sebuah peluru terakhir yang disematkannya saat menandatangani kontrak dengan digital streaming provider di atas ranjang rumah sakit, kini namanya tidak lagi asing di telinga masyarakat Indonesia. Dunia musik yang dikenalnya sejak kecil, berkat sang ibu dan keluarganya hadirkan lingkungan yang musikal, memang menjadi bagian dalam hidup Aji sebagai hobi. Hingga pada 2008, ia mengikuti audisi sebuah ajang pencarian bakat dan lolos. Tidak dalam rencana untuk menggeluti industri musik secara profesional, tetapi kesempatan tersebut hadir dan didorong dukungan besar dari keluarga, langkah Kunto Aji di dunia musik pun dimulai.


“Saya sempat bernazar kalau masuk kuliah, melanjutkan ekstensi dari D3 ke S1 di UI, saya fokus [kuliah]. Namun, jika tidak lolos, saya fokus di musik,” ungkap Aji saat ditanya alasannya memilih untuk fokus bermusik. Apalagi ajaran sang ayah yang menekankan bahwa apapun pilihan hidupnya, Aji harus menjalankannya seratus persen. Itulah yang menjadi pegangan lulusan diploma akuntansi berkarya dalam rangkaian nada hingga saat ini, sekalipun situasi hidupnya tidak semudah bayangan. Kepasrahan dan keikhlasan menjadi pegangan seorang Kunto Aji. 


Terlalu Lama Sendiri lambungkan nama dan reputasinya, Kunto Aji sudah merilis dua album yang membekas dalam hati pendengarnya, ada tur dengan berbagai ide di kepala untuk menghadirkan pengalaman album Mantra Mantra. Hingga, pandemi terjadi dan mengubah banyak hal, termasuk pandangannya akan hidup. Pola yang tidak lagi asing baginya dalam berkarya, yakni merespon berbagai situasi dalam hidup dalam karya-karyanya. Namun, masa pandemi menambahkan pandangan bahwa hidup mengalir tanpa banyak berekspektasi, tetapi lebih banyak berusaha dan siap dengan kondisi apapun. 


Saat membahas masa depan, dengan sedikit mencolek proses pembuatan album terbarunya, Kunto Aji menggambarkan karya ini dengan kata tumbuh. Sebuah gambaran yang berhasil ia proyeksikan dari berbagai situasi dan pengalaman hidup yang dirasakannya. Namun, dalam hal rencana masa depan, Kunto Aji menjawabnya dengan sederhana, “Tidak muluk-muluk, saya hanya ingin menikmati hidup sambil memproyeksikannya dalam bentuk karya.”


(Oleh: Vanessa Masli)


(Baca Juga: Technogym Run, Treadmill Terbaik untuk Cardio dan Power)


9. Ari Irham, 22, Aktor


(Ari Ilham. Foto: Hadi Cahyono. Penata Gaya: Girah Ababyl M.K.)

Siapa yang menyangka, aktor muda Ari Irham ternyata dulunya sempat merintis karier di dunia musik sebagai seorang DJ? Selain cintanya pada musik, Ari Irham yang bisa menyaksikan sebanyak 15-20 film sehari ini juga memiliki kegemaran pada dunia perfilman. Hal inilah yang akhirnya membuat Ari memulai kariernya sebagai seorang aktor. 


Sejak tahun 2016 hingga saat ini, Ari telah membintangi beberapa film ternama seperti Terlalu Tampan (2019), After Met You (2019), Mencuri Raden Saleh (2022), dan Jagat Arwah (2022). Pada bulan Mei lalu, Ari baru saja merilis film terbarunya yaitu Angel: Kami Semua Punya Mimpi yang merupakan sequel dari film populer My Idiot Brother di tahun 2014. Ari mengaku dirinya sempat mengalami kesusahan. “Saya orangnya introvert. Selain susah berinteraksi dengan orang lain, saya juga merasa masih kaku untuk akting di depan kamera,” ujarnya. Namun, ia mulai memberanikan dirinya keluar dari zona nyaman. 


Berkat tekadnya untuk terus melawan ketakutan yang ia miliki, hal tersebut membuat Ari merasa bangga sudah bisa berada di posisi saat ini. Terlebih lagi, ia sudah berhasil membantu keluarganya. Ia juga terus mendukung perkembangan dunia perfilman di Indonesia. Kunci untuk mulai terjun di dunia perfilman adalah, “Jangan takut bereksperimen. Jangan takut mencoba dan berani keluar dari zona nyaman. Because you never know where you’ll end up.”


(Oleh: Natasha Fitranda Putri)

Life & health