Life & health

Tegak Setelah Ombak, Teater Monolog Inggit Berbalut Musik

By : Her World Indonesia - 2022-05-24 13:00:02 Tegak Setelah Ombak, Teater Monolog Inggit Berbalut Musik

Kembali menampilkan monolog Inggit Garnasih, kali ini Titimangsa Foundation menciptakan atmosfer pentas monolog yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu dalam bentuk teater musikal. Pada produksinya yang ke-53, Titimangsa Foundation bekerjasama dengan Bakti Budaya Djarum dan Sleepbuddy untuk mempersembahkan teater musikal berjudul Tegak Setelah Ombak, yang terinspirasi dari sebuah buku “Kuantar Ke Gerbang” karya Ramadhan KH.

(Baca juga: Sempat Diributkan Netizen Di Twitter, Siapa Jaemin & Renjun?)

Pentas monolog yang mengisahkan perjuangan Inggit Garnasih yaitu istri kedua Presiden Soekarno, diperankan oleh Happy Salma. “Inggit adalah sosok penting dan saksi berbagai peristiwa masa perjuangan yang dilalui oleh para tokoh pendiri bangsa ini. Inggit adalah sebuah spirit tentang kejujuran dan cerminan kedalaman perasaan seorang perempuan.”, kata Happy Salma selaku produser sekaligus pemeran Inggit Garnasih.

Memang, perjalanan hidup Inggit Garnasih sebagai sosok setia dibelakang Soekarno, layak diteladani dan dikenang. Selama 20 tahun membangun rumah tangga bersama dengan Soekarno, Inggit setia berada di sisi beliau dari kelulusannya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) hingga mendukung ekonomi keluarga dengan berjualan ketika Soekarno memulai perjalanannya dalam berorganisasi. 

Kesetiaan sosok Inggit patut dipuji sebab dia terus mendampingi dan merawat Soekarno ketika ditahan di penjara Sukamiskin dan pengansingan Soekarno di Ende dan Bengkulu. Namun, perjuangan dan kesetiaan Inggit harus berakhir saat Bung Karno tiba di gerbang Istana menjelang kemerdekaan bangsa yang telah beliau perjuangkan. Menolak dimadu, Inggit mengemas barang-barangnya dan kembali ke Bandung kampung halamannya. 


(Happy Salma Sebagai Inggit Garnasih Di Atas Panggung Teater Musikal. Foto: Dok. Titimangsa Foundation)


Melahirkan sebuah karya indah seperti teater monolog Inggit ini membutuhkan tokoh-tokoh hebat yang memiliki keahlian dan berdedikasi tinggi, seperti Happy Salma (Pemain & Produser), Marsha Timothy (Ko-produser), Wawan Sofwan (Sutradara), dan Ratna Ayu Budhiarti (Penulis Naskah).

Ide teater musikal yang telah berlangsung pada 20-21 Mei 2022 ini, dicetuskan oleh Wawan Sofwan selaku sutradara pertunjukkan. Menurutnya, musikal berkaitan erat dengan tradisi Sunda dan mencurahkan perasaan dalam bentuk nyanyian akan menghidupkan kegelisahan tokoh Inggit yang dilanda kesedihan mendalam pada masanya.

Telah ditulis sejak 2017, Ratna Ayu Budhiarti mengambil penggalan-penggalan peristiwa penting dalam kehidupan Inggit semasa berada di sisi Soekarno. "Dimulai dari sejengkal jarak yang mendekatkan, diakhiri pula dengan sejengkal jarang yang menjauhkan. Namun Inggit tetap tegak setelah dihantam ombak.", ungkap penulis naskah monolog Inggit. 

Lantunan musik oleh Jakarta Concert Orchestra dan Batavia Madrigal Singers mewarnai pementasan teater musikal yang diselenggarakan di Ciputra Artpreneur Theatre, Kuningan, Jakarta. Dian HP, komposer monolog Inggit, menciptakan musik yang bergerak mengikuti ekspresi personal Inggit, disertai dengan paduan suara yang merepresentasikan suara pikiran Inggit.

Bukan sembarang musik, Avip Priatna selaku konduktor sekaligus pimpinan Jakarta Concert Orchestra menyampaikan keindahan musik karya Dian HP untuk menciptakan monolog yang lebih ‘bernyawa’. Bersama dengan Happy Salma, Avip Priatna dengan Jakarta Concert Orchestra berupaya menampilkan alunan musik dengan menjiwai makna kata-kata yang lebih dalam. Musik yang tidak hanya indah, namun ekspresif dipersembahkan oleh Jakarta Concerr Orcehstra kepada segenap penonton.



(Monolog Inggit Garnasih Diiringi Musik Jakarta Concert Orchestra. Foto: Dok. Titimangsa Foundation)


Tak tampil sendirian di atas panggung, Happy Salma ditemani oleh beberapa pemeran pendukung yaitu Ati Sriati (Ibu Amsi), Jessica Januar (Ratna Djuami), dan Desak Putu Pandara Btari Patavika (Kartika). Pementasan monolog Inggit juga tak utuh tanpa kehadiran orang-orang hebat lainnya seperti Iskandar Loedin (Pimpinan Artistik), Biyan dan Tenun Baron (Busana), Hagai Pakan (Penata Busana), Rudy Dodo (Konsultan Desain Interior), Bayu Wardhana (Pelukis), serta Agus Noor (Kurator Pameran Lukisan).

(Baca juga: 'I La Galigo': Pertunjukan Seni yang Magis dan Sensual)

Sempat tertunda selama dua tahun akibat pandemi COVID-19, Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, berharap pementasan monolog Inggit dapat mengobati kerinduan para penikmat seni yang telah menanti untuk menyaksikan pertunjukan secara langsung, serta menjadi sarana bagi para pekerja seni untuk menyalurkan ide dan ekspresi cinta mereka di atas panggung.



(Teater Musikal Mengisahkan Perjuangan Hidup Seorang Inggit Garnasih. Foto: Dok. Titimangsa Foundation)


Kerinduan para penikmat seni Indonesia untuk menyaksikan pementasan monolog Inggit terbukti melalui tiket pertunjukan yang telah habis terjual. Keberhasilan pertunjukan ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi teater lainnya untuk kembali berkarya. Selain itu, kiranya pementasan monolog Inggit dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekosistem teater Indonesia yang lebih maju dan berkelanjutan.

“Monolog Inggit persembahan Titimangsa adalah pentas yang harus disaksikan oleh banyak orang, tidak hanya karena jalan ceritanya, tapi juga karena pementasan kali ini hadir dalam bentuk teater musikal, terlebih naskahnya digarap oleh seorang perempuan. Ini akan menjadi sebuah suguhan yang menarik dan bagaimana pentas ini menemukan jodohnya untuk hadir saat ini adalah proses yang sangat saya syukuri. Saya belajar banyak dari proses ini semua.”, ungkap Marsha Timothy.



(Bayu Wardhana Mengabadikan Momen Inggit Dalam Sebuah Lukisan. Foto: Dok. Titimangsa Foundation)


Bukan hanya pementasan teater musikal, live painting dan Pameran Lukisan “Merekam Inggit” juga akan dilaksanakan beriringan. Berbagai lukisan oleh Bayu Wardhana dengan Agus Noor sebagai kurator, memberikan gambaran perjalanan hidup dan batin dari Inggit Garnasih saat menyertai Sukarno. Lukisan yang dibuat merupakan respon dari pementasan dan akan dilelang sebagai bentuk partisipasi untuk menciptakan Museum Inggit. Dengan keahliannya, Bayu Wardhana mengabadikan emosi dan karakter Inggit di atas panggung teater ke dalam sebuah kanvas. Agus Noor mengungkapkan bahwa lukisan “Merekam Inggit” bukan sekedar menggambarkan apa yang terjadi selama pementasan, namun juga merepresentasikan pergulatan batin sosok Inggit Garnasih. Kegiatan lelang lukisan masih berlangsung, dari 19-31 Mei 2022.

(Baca juga: Mengintip Seni Teater Anak Bangsa)

Kiranya dengan kehadiran teater monolog Inggit oleh Titimangsa Foundation, industri teater Indonesia dapat kembali bangkit. Semangat berkarya seniman-seniman hebat Indonesia!

(Penulis: Audrey Josephine)

Life & health