Life & health

Meski Susah, Begini Cara Belajar Untuk Memberi Dan Menerima

By : Kiki Riama Priskila - 2021-05-28 17:00:02 Meski Susah, Begini Cara Belajar Untuk Memberi Dan Menerima

Ada filosofi Afrika yang disebut "ubuntu". Diterjemahkan langsung dari Bahasa Zulu, yang artinya adalah "kemanusiaan". Diartikan lebih dalam lagi "Keberadaan saya adalah karena keberadaan kamu." —sebuah keyakinan hidup bahwa kita sebagai manusia dinilai dari welas asih dan kebaikan kita terhadap orang lain. Bahwa kesejahteraan kita sendiri sangat terkait dengan kesejahteraan orang lain.


Kehadiran “ubuntu” ini telah terlihat di seluruh dunia, dan kita lebih awam mengenalnya sebagai praktik give and take atau memberi dan menerima.


Jadi apa itu "give and take"?

Memberi dan menerima pada dasarnya adalah sebuah investasi atau sistem yang mirip dengan rekening bank emosional di mana kedua belah pihak dapat melakukan penyetoran dan penarikan. Bilamana dihadapkan dengan keseimbangan positif atau negatif, keseimbangan itu menjadi lebih kompleks, misalnya saat seseorang hanya memberi atau hanya sering mengambil saja, sehingga bisa menimbulkan potensi "utang".


(Baca Juga: Ciri-Ciri Fake Friends Atau Teman Palsu Yang Harus Dihindari)


Ini juga dapat dipengaruhi oleh tindakan memberi yang tidak ikhlas, karena dipaksakan atau diberikan dengan berat hati atau memberi dengan adanya tujuan tertentu, atau juga ketika seseorang tidak berterima kasih atau tidak mau menerima.


Kebanyakan orang memang sudah terbiasa membalas budi dan perbuatan baik, tetapi menariknya, banyak juga orang yang kurang mengerti dengan arti dan cara balas budi yang sebenarnya — terutama jika ini menyangkut perbuatan kita ke orang yang kita sayangi.



\(Berusaha membiasakan sikap memberi dan menerima yang seimbang. Foto: Dok. Anna Shvets/Pexels)

Memberi dan menerima adalah mekanisme penting yang mendasari semua jenis hubungan untuk memelihara dan menumbuhkan rasa percaya, kerja sama, penghargaan, dan harga diri.


Hal yang harus diperhatikan adalah sisi negatif yang bisa menyebabkan kepicikan. Salah satu dari kamu mungkin bisa lebih kalkulatif daripada yang lain, merekam dan menghitung hal-hal yang telah mereka lakukan untuk orang lain, dan menjadi kesal atau menderita ketika upaya tidak dibalas dengan semestinya. Ini lebih merupakan masalah kesadaran dan refleksi diri.


(Baca Juga: 5 Tanda Kamu Sedang Jenuh Dan Cara Mengatasinya)


Seseorang perlu menilai kembali dari mana perasaan perlakuan tidak adil ini berasal, daripada memproyeksikan atau membebani pasangan atau sahabat dengan harapan seperti itu. Tidak ada seorangpun yang bisa membaca pikiranmu kecuali kamu sendiri, ingatlah itu. Aturan emasnya adalah selalu lakukan kepada orang lain apa yang kita ingin orang lain lakukan kepada kita.


9 cara untuk "memberi dan menerima":

1. Fokus pada percakapan terbuka dua arah


(Berusaha mendengarkan. Foto: Dok. Liza Summer/Pexels)

Berdiskusi dengan teman atau kerabat bukan hanya tentang bertukar informasi. Kita berbicara antar satu sama lain untuk berbagi perasaan, mendapatkan kelegaan, dan meyakinkan kembali diri sendiri ketika kita menghadapi masalah.

Kesalahan umum yang cenderung dilakukan adalah saat kita membicarakan tentang diri sendiri dan tidak menjadi pendengar yang aktif — jadi berhati-hatilah ketika mendengar apa yang dikatakan orang lain, dengarkan seperti kita memang benar-benar peduli dan khawatir.

Saat kamu berbicara tentang masalahmu, tawarkan juga kesempatan kepada orang lain untuk berbicara — mungkin mereka mencoba berempati atau memiliki solusi yang berguna untuk kamu — daripada memotong pembicaraan dan langsung berfokus kembali pada apa yang ingin kamu katakan.


(Baca Juga: Tips Berkomunikasi Lebih Baik Dengan Pasangan)


2. Balas budi

Ada orang yang merupakan pemberi secara natural yang selalu menemukan kebahagiaan dan kepuasaan saat memberikan waktu, tenaga, dan bahkan bantuan secara fisik kepada orang lain. Meskipun ini mungkin bukan pemberian yang tidak kamu harapkan atau minta, dan bahkan jika kamu bukan tipe yang suka memberi, ada baiknya untuk secara sadar menerima dan menghargai kebaikan itu, dan membalasnya kapanpun kamu bisa.

Persahabatan, hubungan atau kemitraan bekerja akan berjalan baik ketika usaha itu saling menguntungkan. Bila pemberian itu hanya sepihak, di mana satu membuat semua upaya dan yang lain hanya mengambil, hubungan akan menjadi tidak stabil, tidak seimbang dan tidak memuaskan.


3. Pujian positif


(Saling memuji. Foto: Dok. KoolShooters/Pexels)

Puji satu sama lain secara aktif. Yang terpenting di sini, berikan penghargaan kapanpun saat diperlukan. Dalam ilmu psikologi, terdapat studi tentang motivasi dalam perilaku manusia yang disebut hierarki kebutuhan Maslow. Di puncak piramida 5 tingkat kebutuhan manusia ini adalah aktualisasi diri, di mana seseorang berusaha untuk mencapai potensi penuh mereka, untuk menjadi yang terbaik yang mereka bisa. Dan sering kali, orang bisa berkembang karena diperhatikan, dipuji, dan didorong.

Jadi, jika temanmu melakukan sesuatu yang baik, pujilah. Jika mereka tidak melakukan sebaik yang diharapkan, puji upaya dan pencapaian mereka sejauh ini — ini akan mendorong mereka untuk tidak menyerah dan berusaha lebih keras lagi.


(Baca Juga: 5 Jenis Pujian Terbaik Untuk Si Dia)


4. Terima kekurangannya

Tidak ada orang yang sempurna, itu pasti. Tetapi beberapa orang dapat bereaksi sangat negatif terhadap kesalahan teman daripada yang lain. Ini bisa berasal dari masalah pribadi yang lebih mendalam, tidak bisa mengendalikan amarah, atau ekspektasi diri yang diproyeksikan kepada orang lain.

Ketika kamu marah karena pasangan atau sahabatmu meninggalkanmu dalam keadaan kacau balau, pikirkanlah di posisi sebaliknya, mungkin kamu juga tidak memenuhi harapan mereka. Jadi, apakah pertengkaran itu patut terjadi? Kebanyakan jawabannya tidak.


5. Saling memberi ruang

Berada dalam sebuah hubungan (baik asmara atau tidak), bukan berarti harus bersama selama 24 jam. Bahkan pasangan yang sudah menikah lama membutuhkan ruang dan waktu untuk diri sendiri. Kita tidak boleh memaksa bersama pasangan terus-menerus melainkan fokuslah pada waktu yang berkualitas, daripada kuantitas — dan memahami bahwa orang bisa menyukai hal yang berbeda dan mereka juga boleh menikmati dan menjalani hobi yang berbeda dengan orang lain.

Kamu tidak harus selalu melakukan sesuatu bersama-sama, bahkan ketika di rumah, tidak ada yang salahnya dengan bersantai sambil menonton film favorit. Ini jelas akan membantu hubunganmu.


6. Memahami bahasa cinta


(Pahami bahasa cinta dari pasangan. Foto: Dok. EKATERINA BOLOVTSOVA/Pexels)

Kita mengharapkan pasangan atau sahabat untuk mencintai kita dengan cara yang sama kita mencintai mereka. Hal ini membuahkan harapan yang tidak realistis yang pasti membuat kita akan selalu merasa tidak puas atau tidak terpenuhi. Seringkali, kita secara tidak sadar memproyeksikan kebutuhan kita yang tidak terpenuhi kepada orang lain, memaksakan ekspektasi atau rasa bersalah kita sendiri. Kita cenderung bereaksi terhadap masalah dan emosi kita sendiri daripada melihat upaya tulus dari orang lain yang mengekspresikan kasih sayang dengan cara mereka sendiri.

Ketika memberi, ingatlah untuk memberikan dengan cara yang dibutuhkan orang tersebut bukan mengenai caranya kita sendiri. Oleh karena itu, kita perlu mengambil langkah pertama untuk mengidentifikasi bahasa cinta kita, dan melakukan upaya sadar untuk memberi dan menerima dengan yang setara.


(Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Pahami Bahasa Cinta Berikut)


7. Berpikir (T.H.I.N.K) sebelum bertindak

Perkataan kamu harus memiliki arti, seperti halnya janji harus ditepati, dan permintaan maaf harus diungkapkan dengan tulus dari hati — dengan maksud untuk menebus kesalahan dan perubahan untuk menjadi lebih baik. Jadi sebelum berbicara, dalam situasi apa pun, tanyakan pada dirimu:

Apakah ini benar? Apakah ini bermanfaat? Apakah saya akan menginspirasi? Apakah ini perlu? Apakah saya bersikap baik?

Strategi T.H.I.N.K ini bekerja dengan sangat baik ketika kamu dihadapkan dengan keraguan, kelelahan dalam mengambil keputusan, perasaan tidak pasti, tidak yakin harus mengambil jalan yang mana. Contohnya saat kamu melihat atau mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dan merasa perlu berkomen di media sosial.

Mengunggah sesuatu online adalah pemuas semu yang bisa melampiaskan frustrasimu, padahal sebenarnya, dapat memperburuk keadaan dan tidak mengurangi sama sekali beban emosional yang sudah ada.


8. Perlakukan satu sama lain dengan hormat 


(Hormat pada teman atau kerabat. Foto: Dok. Mikhail Nilov/Pexels)

Ini adalah hal yang mendasar, tetapi kita perlu sering-sering diingatkan. Rasa hormat dan kebaikan merupakan pondasi dari hubungan yang kuat dengan penuh pengertian sehingga menawarkan kedua belah pihak kesempatan yang sama untuk melepaskan ego masing-masing. Hubungan harus membuat kita merasa didukung, dihargai dan dicintai, dan tidak melelahkan secara emosional, fisik atau mental. Dengan menciptakan ruang yang aman untuk pasangan, nantinya kamu menciptakan ruang yang aman untuk diri sendiri.


(Baca Juga: Inilah Pentingnya Wanita Jadi Pribadi Yang Mandiri)


9. Belajar untuk membantu diri sendiri

Kamu tidak dapat membantu orang lain jika tidak bisa membantu diri sendiri. Kuncinya adalah dengan mengidentifikasi rasa sakit atau kekecewaan yang menjadi penyebab rasa sakit hati. Dengan begitu, kamu bisa menemukan cara untuk menangani dan menyembuhkan dari respons emosional ini. Akui bahwa perasaan kamu valid dan lakukan hal yang sama untuk perasaan pasangan.


(Penulis: Rany Moran)


Rany Moran



Seorang pebisnis, international life coach terakreditasi, konselor terlatih, strategi korporasi, dan ahli Pembina keluarga. Rany Moran juga membuka sesi bimbingan one-on-one atau grup untuk kebutuhan konseling keluarga, perusahaan, dan terlibat sebagai motivational speaker di seluruh Asia-Pasifik.

Life & health