Life & health

Tes Deteksi Covid-19 Mana yang Terbaik?

By : Shantica Warman - 2020-12-26 08:38:00 Tes Deteksi Covid-19 Mana yang Terbaik?


Pandemi sudah berlangsung lebih dari sepuluh bulan di Indonesia. Walau belum berakhir, kehidupan normal baru sudah mulai dijalankan oleh sebagian besar masyarakat. Yang bekerja ke kantor, membuka toko, ke pasar, kegiatan belajar mengajar, atau berbelanja kebutuhan pokok. Belakangan ini, malah sering terlihat beberapa kelompok sahabat berkumpul sekadar melepas kangen sambil ngopi di kafe. Bersepeda dan hiking, juga jadi kegiatan seru lain yang kerap dijalani kaum urban untuk meningkatkan aktivitas fisik dan menghirup udara segar. Untuk yang memiliki keberanian lebih, dengan berbekal surat pernyataan ‘negatif – atau non-reaktif’ malah sudah melakukan perjalanan ke luar kota, baik jalur darat maupun udara.

Disamping mematuhi (tanpa kompromi) protokol kesehatan 3M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, ada hal lain yang juga penting dilakukan yaitu tes screening. Keberadaan tes untuk mendeteksi apakah kita terinfeksi atau tidak, menjadi sangat krusial terutama bagi yang sudah berkegiatan (hampir) normal. Mengapa? Karena kelompok ini otomatis memiliki tingkat paparan lebih tinggi ketimbang yang berdiam di rumah.  


(Baca Juga: Kenali Penyebab, Gejala Dan Cara Mencegah Virus Corona)


Tes Screening & Diagnosa


Tes Antibodi

Tes antibodi adalah yang mengandalkan terbentuknya antibodi terhadap virus/bakteri patogen yang masuk ke tubuh. Tes ini dilakukan dengan cara pengambilan darah. Tes antibodi yang kita kenal ada dua jenis, yaitu rapid test dan tes serologi. 


Rapid test

Jenis pertama ini dilakukan dengan pengambilan darah melalui ujung jari. Sesuai namanya, rapid test bisa dilihat hasilnya segera dalam 5-10 menit dan dapat dilakukan secara mandiri dengan alat yang saat ini telah dijual bebas di pasaran. 


Serologi

Darah diambil melalui vena, tes ini tidak bisa dilakukan mandiri, melainkan harus di laboratorium karena memerlukan perlengkapan dan alat yang lebih kompleks. Hasilnya pun lebih lama (sekitar 1-2 jam), namun tes ini memiliki sensitivitas yang lebih tinggi ketimbang rapid test biasa. 

Kedua tes antibodi di atas hanya bisa mendeteksi keberadaan virus jika sudah terbentuk antibodi yaitu sekitar 7-21 hari dari terpapar virus. Rentang waktu yang panjang membuat tes antibodi seringkali mengecohkan. Ada istilah ‘negatif palsu’ (false negative) yang artinya seseorang telah terinfeksi namun belum terbentuk antibodi di dalam tubuhnya, sehingga hasil tes menunjukkan negatif. Padahal orang ini sudah berstatus carrier dan berpotensi menularkan. 

Karena tingkat akurasinya paling rendah dibanding tes yang lain, rapid test ada kemungkinan tidak dipakai lagi sebagai salah satu metode screening kasus Covid-19.


(Baca Juga: Tips Aman Belanja Ke Supermarket Di Tengah Pandemi Corona)


Tes Rapid Antigen

Tes ini dilakukan bukan melalui pengambilan darah, melainkan lendir di hidung (saluran peranpasan) guna mendapatkan sampel yang mengandung protein dari lapisan luar virus Covid-19. Tingkat akurasinya jauh di atas test rapid antibodi, yaitu bisa mencapai 90%. Tes ini dapat mendeteksi adanya virus sejak 2-3 hari orang yang bersangkutan terpapar. Hasil yang reaktif tetap harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan lanjutan, yaitu PCR test.

Drg. Irene Kusumo, co-founder Medizen Clinic merekomendasikan tes rapid antigen ini daripada tes antibodi. Selain akurat, tes ini juga bisa cepat diketahui hasilnya, yaitu 10 menit saja. “Jika hasil dari tes antigen positif atau negatif tetapi mengalami gejala, pasien yang bersangkutan harus menjalani tes PCR untuk mengkonfirmasi,” tuturnya menegaskan.  


Tes PCR (Polymerase Chain Reaction)

Tes DNA yang dilakukan dengan mengusap (swab) area hidung dan tenggorokan ini merupakan tes untuk mendiagnosa apakah seseorang terinfeksi virus Covid-19. Prosedur tes dilakukan melalui laboratorium dengan alat khusus dan tingkat akurasinya hingga 99%. Hasil dari tes PCR dapat diketahui minimal 6 – 12 jam. 


Untuk melakukan berbagai tes di atas, disarankan untuk konsultasi dahulu dengan dokter. “Kebutuhan tiaporang berbeda, tergantung dengan tingkat keterpaparan masing-masing. Bagi yang sudah menjalani aktivitas new normal, yaitu sudah bekerja dan keluar rumah, disaraknkan untuk melakukan tes screening dengan antigen sebanyak sekali seminggu,” saran drg. Irene. Hal ini bisa berubah menjadi lebih sering jika yang bersangkutan terpapar dengan orang terinfeksi Covid-19. “Jadi, walaupun sudah tes, tapi jika terpapar dengan orang terinfeksi, maka disarankan memeriksakan kembali 2-3 hari setelahnya.” Penting diingat bahwa semua orang punya kemungkinan terpapar, tapi tidak semua pasti terinfeksi, tergantung dari kekebalan tubuh masing-masing.


(Baca Juga: Selain Dokter, 5 Profesi Ini Jadi Garda Depan Lawan Corona)


Vaksin untuk Pencegahan

 Mengingat vaksin khusus Covid-19 belum bisa didapat saat ini, maka yang bisa dilakukan adalah mendapatkan vaksin yang bisa mencegah kita terinfeksi. Dua di antaranya adalah vaksin flu dan vaksin pneumonia. “Tubuh kita akan mengalami penurunan imunitas jika kita terkena flu, yang dipengaruhi cuaca, dan kelelahan. Oleh karenanya, penting untuk rutin melakukan vaksinasi flu, minimal setahun sekali.”

 Untuk vaksin pneumonia, diutamakan untuk mereka yang berusia di atas 50 tahun. Covid-19 menyerang organ pernapasan, yaitu paru-paru. Vaksin pneumonia dapat mencegah terjadinya dampak terlalu parah infeksi paru-paru.


Tentang Medizen Clinic

Medizen Clinic adalah one stop clinic yang didirikan oleh drg. Irene Kusumo dan dr. Bryan John Junior. Klinik yang terletak di Menara Standard Chartered Lantai 2 Podium, Jakarta ini selain terdiri dari klinik dokter umum dan dokter gigi, juga melayani beragam vaksinasi dan tes untuk Covid-19 yang resmi dengan izin Dinas Kesehatan maupun Kementerian Kesehatan. Medizen Clinic juga melayani tes ke rumah atau kantor, dengan jumlah pasien minimum 3 orang dan dengan perjanjian. Buka dari jam 9.30 pagi hingga jam 5.30 sore.


(tulisan berdasarkan wawancara IG Live dengan dr. Irene Kusumo)


Life & health