Life & health

Aksi Amal SGE Live & Dian Sastrowardoyo Untuk Anak

By : Rahman Indra - 2019-11-27 09:43:00 Aksi Amal SGE Live & Dian Sastrowardoyo Untuk Anak


Bertepatan dengan peringatan Hari Anak Sedunia, yang jatuh setiap 20 November, Sorak Gemilang Entertainment (SGE Live) berkolaborasi dengan Dian Sastrowardoyo mengusung aksi peduli untuk anak. Mereka menggalang donasi yang diberikan untuk Sekolah Drisana, sekolah khusus anak dengan autisme. 

Penggalangan donasi yang diusung promotor teamLab Future Park and Animals of Flowers, Symbiotic Live' tersebut dilakukan melalui penjualan merchandise atau tanda mata edisi khusus karya Dian Sastrowardoyo, dan karya Prinka Dipa dan Nindhita, dua anak dengan autisme. 

"Lewat ajang ini, kita juga ingin menunjukkan bahwa seni sangat penting bagi tumbuh kembang anak dengan autisme," ujar Dian Sastrowardoyo saat hadir dalam peringatan Hari Anak Sedunia di teamLab Future Park di Gandaria City Mall, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. 

(Baca juga: Bermain Sambil Berburu Foto di TeamLab Future Park) 



(Dian Sastrowardoyo dalam peringatan hari anak sedunia. Foto: Dok/herworldindonesia) 


Dalam kesempatan yang sama, Dian mengungkapkan anak dengan autisme seperti halnya anak-anak normal lainnya membutuhkan kasih sayang dan dukungan dari lingkungan sekitarnya. amun, anak dengan autisme kerap dipandang sebelah mata, karena tidak dapat mengekspresikan emosinya seperti anak-anak normal. Meskipun begitu, kondisi anak dengan autisme bisa berangsur-angsur membaik jika ditangani sejak dini, salah satunya melalui terapi seni. 

"Melalui seni, anak dengan autisme dapat lebih mudah beradaptasi, berkomunikasi dengan baik, dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Oleh karena itu, saya mengajak seluruh pihak untuk mendukung program penggalangan donasi untuk Sekolah Drisana ini, dan membantu anak-anak di sana untuk memperoleh masa depan yang lebih baik," ujarnya. 

Zavnura Pingkan, pendiri Sekolah Drisana mengungkapkan sebelum bernama Drisana, Sekolah khusus anak dengan autisme yang sebagian besar muridnya berasal dari keluarga tidak mampu ini bernama Sekolah Keana. Namun, karena adanya keterbatasan biaya, sekolah mengalami penggusuran pada awal tahun 2019, dan berubah nama menjadi Sekolah Drisana. 

Saat ini, Sekolah Drisana beroperasi dengan fasilitas belajar mengajar yang sangat terbatas. Dengan sembilan orang murid dan 4 guru yang bergiliran menggunakan ruang kelas setiap harinya. 

"Kami berharap melalui hasil penggalangan donasi oleh SGE Live dan Dian Sastrowardoyo ini, kami dapat meningkatkan sarana dan prasarana belajar di Sekolah Drisana, sehingga anak-anak dapat belajar lebih nyaman dan menyenangkan," ujarnya. 

Mervi Sumali, Chief Executive Officer SGE Live mengungkapkan publik dapat berpartisipasi memberikan donasi, serta memperoleh dua tanda mata secara pre-order, dengan syarat membeli minimal dua tiket 'teamLab Future Park and Animals of Flowers, Symbiotic Lives'. Adapun merchandise ini dijual seharga Rp199.000 per buah mulai dari 20 November hingga 20 Desember mendatang. Keuntungan dari penjualannya didonasikan seluruhnya kepada Sekolah Drisana. 

Seni untuk anak dengan autisme

Menurut Data World Health Organization (WHO), dari 160 anak di dunia setidaknya terdapat 1 anak dengan autisme, atau dalam istilah medis penyintas autism spectrum disorder (ASD). ASD sendiri adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan penyintasnya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Gejala ASD mulai ditemui sejak kanak-kanak dan berlangsung hingga remaja bahkan dewasa. 

"Meskipun gejala ASD dapat ditemui pada masa kanak-kanak, hanya sebagian kecil anak dengan autisme yang dapat hidup mandiri hingga dewasa," ujar Nuryanti Yamin, Ortopedagog dan co-founder Drisana Center.

 

(Karya seni yang diluncurkan untuk aksi hari anak sedunia. Foto: Dok/herworldindonesia) 


Mayoritas anak dengan autisme, kata dia, memiliki kesulitan komunikasi dan bahasa, sehingga membutuhkan dukungan dan perawatan seumur hidup. Beberapa indikator pada anak dengan autisme adalah ekspresi wajah datar, tidak menggunakan bahasa tubuh, jarang memulai komunikasi, tidak meniru aksi atau suara, bicara sedikit atau tidak sama sekali, membeo kata, intonasi bicara aneh, tampak tidak mengerti kata, serta menggunakan kata secara terbatas. 

Oleh karenanya, lanjut Nuryanti, intervensi sejak dini sangat penting dilakukan untuk mendorong perkembangan anak dengan autisme. Salah satu cara yang terbukti efektif dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak dengan autisme adalah dengan melalui kegiatan seni. 

Setidaknya terdapat beberapa manfaat kegiatan seni bagi anak dengan autisme. Diantaranya dapat digunakan untuk membantu masalah pemrosesan sensorik, seperti peraba dan penglihatan, meningkatkan keterampilan motorik halus, sosial emosional seperti regulasi diri, memahami kapan harus bertindak atau tidak, dan kapan menuangkan ide. 

Di samping itu, lewat seni anak dengan autisme juga dapat mengungkapkan ekspresi dan menuangkan ide sesuai dengan kesukaannya, membantu anak menyelesaikan konflik yang tidak dapat diungkapkan secara verbal, meningkatkan kesadaran diri dan mengurangi stress, membantu konsentrasi dalam menuntaskan pekerjaan serta meningkatkan kemampuan untuk mengenali ekspresi wajah. 


Life & health