A chat with

Rencana Besar Wulan Guritno

By : Yolanda Deayu - 2017-12-07 16:38:00 Rencana Besar Wulan Guritno

Dua puluh empat tahun berkecimpung dan mencintai dunia akting, Wulan Guritno, 36, nyatanya punya rencana yang jauh lebih besar.

Anda begitu jatuh hati pada dunia seni peran?

“Iya. Sejak sinetron pertama saya, Pondok Indah, yang saya bintangi pada usia 12 tahun diproduksi, saya langsung tahu bahwa saya ingin terus menjadi pemain film. Dari situ, tak lama kemudian saya dikirim ke Inggris oleh orangtua untuk sekolah. Kesempatan itu akhirnya saya gunakan untuk mengambil kelas performing art yang nyatanya sangat saya syukuri sampai sekarang.”

Wow, perjalanan Anda cukup panjang. Apa yang ingin Anda lakukan
sekarang?

“Saya ingin melakukan banyak hal. Sudah tak melulu tentang akting. Malah ingin menjadi produser film lagi, membuat buku, hingga terus menjalankan gerakan sosial yang kita sebut Gelang Harapan.”

Bagaimana Anda bisa membentuk Gelang Harapan?

“Saya dan teman-teman bekerja sama dengan Yayasan Dunia Kasih Harapan membuat gelang yang ketika dijual hasilnya akan kita sumbangkan kepada yang membutuhkan. Dulu gelang ini hanya ada satu, yaitu untuk para penderita kanker. Tetapi kini sudah ada dua keluaran baru, yaitu bracelet of peace dan bracelet of love yang masing-masing dijual seharga Rp100.000.”

Apa yang memotivasi Anda untuk melakukan hal tersebut?

“Sebenarnya semua didasari oleh rasa prihatin yang mendalam, terutama untuk bracelet of peace dan bracelet of love. Peace berangkat dari perhatian kita pada keadaan Indonesia sekarang di mana keberagaman seperti sedang ingin dipecah-belah. Sedangkan Love khusus diperuntukkan pada kecintaan atas seni dan budaya bangsa.”

Jadi justru semakin banyak kegiatan, ya?

“Begitulah. Karena usia dan pengalaman semakin bertambah, sesungguhnya kualitas spiritual kita pun sewajarnya kian menguat. Banyak hal yang terus ingin kita lakukan untuk bisa meningkatkan kualitas hidup yang tak melulu urusan materi. Apalagi saya sudah jadi ibu. Saya pun harus bertanggungjawab terhadap penanaman nilai-nilai positif bagi anak saya. Semuanya harus seimbang.”

(Teks: Rengganis Parahita)


A chat with