Perjalanan panjang Oscar Lawalata yang kini dikenal sebagai Asha Darra dalam mencari Wastra Nusantara yang tersembunyi akhirnya membuahkan hasil. Perancang kelahiran 1 September 1977 ini kembali menunjukan hasil penelusurannya dalam bentuk Festival Aku dan Kain.
Bekerjasama dengan Museum Nasional, Festival AKU DAN KAIN yang diselenggarakan 10 Agustus sampai 10 September 2022 ini, akan menampilkan sederet sosok anak bangsa yang menginspirasi. Berbalut kisah dan kreasi penuh makna dan dinarasikan melalui karya indah mereka. Event ini pun turut difasilitasi oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Ditjenbud, serta Kemdibudristek.
(Pembukaan Festival Aku dan Kain. Foto: Dok. Oscar Lawalata)
"Festival AKU DAN KAIN, sebuah movement yang merayakan keanekaragaman budaya, untuk membangun rasa nasionalisme, serta mengangkat keindahan nilai nilai pluralisme. Kekayaan kain tradisional Indonesia dan keragamannya perlu dilestarikan oleh gerenasi penerus," jelas Oscar Lawalata.
Berkiprah di dunia fashion sejak 1998, Oscar Lawalata sudah menghadirkan sederet label dengan ciri khas paduan historis kain tradisional seperti Oscar Lawalata Culture, Love by Oscar Lawalata, Oscar Lawalata Uniform dan Sha House. Oscar Lawalata pun pernah meraih penghargaan internasional seperti IYCE (International Young Creative Entrepreneur) by The British Council, London dan Indonesia’s Cultural Ambassador in : Paris, Monaco, Milan, Tokyo, New York, Washington, Chile.
Dimeriahkan oleh serangkaian aktivitas seni dan budaya
Festival AKU DAN KAIN akan berlangsung selama satu bulan dengan mengangkat berbagai kegiatan di bidang seni dan budaya, antara lain pameran kain tua dari Museum Nasional seperti kulit kayu, songket, batik sulam, dan aplikasi manik dalam sebuah instalasi AKU DAN KAIN: Wonders of Weaving,dan pameran instalasi MENARA TENUN NUSANTARA yang akan memamerkan 100 kain tenun Nusantara dari Oscar Lawalata Culture, serta kegiatan workshop dan talkshow.
(Festival Aku dan Kain. Foto: Dok. Oscar Lawalata)
Festival AKU DAN KAIN yang akan diselengggarakan di Museum Nasional ini dipastikan akan memanjakan mata pengunjung. Sebagai informasi, untuk masuk ke Museum Nasional dikenakan harga tiket Rp 15 ribu dan Rp 20 ribu bagi pengunjung yang ingin masuk ke ruang temporer.
Melibatkan Seniman Ruang, pameran instalasi Wonder of Weaving akan menghadirkan pengalaman ruang imersif yang menghasilkan keindahan sederhana dalam sebuah kegelapan.
Sebagai elemen pembentuk ruang, panel lengkung hasil karya seni Byo Living (peraih Japan’s Good Design Award 2021), dirancang dari pola tenun tekstil untuk teknologi kustomisasi komputasi terbaru dan diterapkan pada mesin panel modern sebagai struktur berpola tenun.
Desain pencahayaan oleh Erreluce yang menyerupai sebuah susunan konstelasi, mengungkap jalinan dimensi waktu antara masa lalu, sekarang dan masa depan, melalui pendaran cahaya ruang negatif pada panel tenun.
Instalasi ini meredefinisikan kembali esensi sebuah keindahan yang tanpa batas waktu dengan mencerna kembali gagasan kita tentang “tua” dan “baru”, di mana kombinasi keduanya merupakan elemen penting dalam membentuk ruang hidup manusia. Dimana tradisi dan kearifan lokal dapat menjadi sebuah esensi pemersatu generasi masa kini dan masa depan.
Pameran fotografi melibatkan 100 selebritas
Selain itu, Festival AKU DAN KAIN juga mengadakan pameran fotografi yang melibatkan 100 selebritas dan influencer diantaranya Reza Rahadian, Marsha Timothy, Dian Sastro, Nirina Zubir, Angga Yunanda, Syifa Hadju, Najwa Shihab, Renata Moeloek dan dimeriahkan dalam perayaan fashion show oleh Refal Hady, Jovi Adhiguna, Ayu Ghani, Davina Veronica, Gamaliel Tapiheru, Sal Priadi, Yuki Kato dan masih banyak lagi akan menampilkan rancangan Oscar Lawalata. Tentu saja rancangan ini menggunakan kain-kain khas Nusantara.
Lahir dari filosofi keindahan kain tenun Nusantara yang dituangkan dalam pendekatan fashion dan gaya hidup, kecintaan akan keindahan dan filosofi ini pula yang menjadi akar dari Aku dan Kain: The Age of Diversity.
Proses tenun yang melambangkan persatuan, dituangkan dalam sebuah kolaborasi fotografi Aku dan Kain : The Age of Diversity, di mana team Oscar Lawalata Culture berkolaborasi dengan fotografer Vony Wong, rumah produksi fotografi HIRA imaji, studio foto Ruang HIRA, videografer Bill William Gautama dengan dukungan peralatan dari BSM Rental, Hagai Pakan sebagai Fashion Consultant, dan Yemima Cahyani Pujilestari, Shafira Rizka, dan Kevina Marcelline sebagai fashion stylist.
Kolaborasi fotografi ini mengajak 100 tokoh yang berpengaruh di era modern, ditampilkan dalam sebuah instalasi fotografi digital yang didukung oleh Epson Indonesia. Melalui Aku dan Kain: The Age of Diversity, Oscar Lawalata Culture ingin menyampaikan bahwa keindahan yang harmoni tidak perlu seragam dan serba sama, namun perbedaan sejatinya merupakan rangkulan persatuan dalam perbedaan.
"Visinya, mengangkat eksistensi kain tradisional tradisional Indonesia sebagai warisan Nusantara yang perlu dibanggakan serta dilestarikan oleh Milenial dan Gen Z. Sedangkan misinya adalah memperkenalkan ragam kain tradisional Nusantara dalam bentuk aktivasi offline maupun lewat digital platform sehingga pesan mudah tersampaikan," ungkap Oscar Lawalata. Well, salute!
(Penulis: Girah Ababyl M.K.)