Life & health

Peringati Hari Perempuan Internasional Dengan Memakai Wastra

By : Her World Indonesia - 2022-03-08 12:00:02 Peringati Hari Perempuan Internasional Dengan Memakai Wastra

Hari Perempuan Internasional atau International Women Day (IWD) diperingati setiap tanggal 8 Maret sejak tahun 1911 yang didedikasikan secara global untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, dan politik wanita. Selain itu momen ini menjadi hal penting untuk mendorong kesetaraan gender.


Hari Perempuan Internasional atau IWD ini juga menjadi titik fokus dalam pergerakan hak-hak setiap wanita di seluruh dunia yang membawa perhatian pada isu-isu gender, hak-hak reproduksi dan kekerasan seksual terhadap perempuan.


Tahun ini tema global yang diangkat pada 8 Maret mendatang adalah “gender equality today for a sustainable tomorrow” yang berarti kesetaraan gender hari ini untuk keberlanjutan kita (perempuan) di masa depan. Tema ini juga sekaligus merefleksikan bahwa betapa gentingnya kondisi bumi kita saat ini, dengan perubahan cuaca yang drastis, bencana alam, pandemi COVID-19 yang tak kunjung berakhir, dan yang lainnya. Dimana semua hal tersebut berdampak besar bagi keberlangsungan kehidupan manusia, terutama bagi perempuan. 


Menanggapi hal tersebut, Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah (IKALUIN) Jakarta bersama Jaringan Aktivis Perempuan memperingati Hari Perempuan Internasional dengan berkain atau memakai wastra (kain-kain tradisi) dilengkapi dengan tudung kepala yang berasal dari penjuru nusantara. Tujuannya adalah agar para perempuan di belahan dunia juga ikut melestarikan kain-kain tradisi yang dibuat oleh tangan-tangan perempuan yang prosesnya menggunakan bahan-bahan dari alam. 


(Baca Juga: Peran Perempuan Membantu Ekonomi Keluarga)


“Bagi perempuan, wastra sarat makna. Bukan hanya merawat kehidupan manusia dari sejak bayi tapi juga memberi rasa aman dan nyaman. Wastra yang berupa tenun, songket, ikat, pahikung, dan batik juga merupakan simbol budaya yang membawa do’a dan harapan untuk kesejahteraan, ketenangan jiwa, pemulihan sampai pada alat perdamaian,“ ujar Yuniyanti Chuzaifah, Ketua Dep.Perempuan IKALUIN Jakarta.



(Hari Perempuan Internasional 2022 mengangkat tema “gender equality today for a sustainable tomorrow”. Foto: Dok.Wastra Nusantara) 


Tidak hanya itu saja, ada banyak pesan dan simbol yang bisa dipelajari dari setiap lembar kain yang dibuat para leluhur. Mereka ingin seluruh dunia untuk saling menghormati, saling menjaga dan hidup lestari satu sama lain, baik sesama manusia maupun dengan hewan atau tumbuhan.


“Seperti pada motif sarung pahikung dari pulau Sumba NTT, ada motif MAMULI yang berbentuk seperti kelamin perempuan dimaknai sebagai simbol kesuburan dari kelahiran manusia,” kata Nury Sybli, Praktisi Wastra Nusantara yang juga penggagas acara “Aktivis Perempuan Berkain” sekaligus salah satu penerima penghargaan Her World's Women of the Year 2019.


Melalui kegiatan berkain ini, Nury juga menjelaskan agar para wanita bisa lebih mengenal dan memahami tentang kain-kain tradisi seperti tenun ikat, songket, pahikung, batik, sulam, dan keragaman tutup kepala atau tudung yang diwariskan leluhur. Hal ini berdasarkan penelusuran Nury selama bertahun-tahun yang menjajaki beberapa provinsi.


Hampir semua daerah tersebut memiliki model tutup kepala (tudung) dengan makna dan filosofi yang indah. Menurut Nury, tudung digunakan oleh perempuan untuk bekerja di kebun, membantu masyarakat, atau pergi ke pernikahan yang merupakan bentuk dari kesahajaan dan juga kedaulatan. 



(Dengan menggunakan wastra, perempuan diharapkan bisa lebih mengenali kain tradisi. Foto: Dok. Wastra Nusantara)

Dalam kebudayaan masyarakat Nusantara, penutup kepala memiliki ragam bentuk dan nama serta cara pemakainnya. Kerudung, kudung, tudung, tengkuluk, kuluk, tingkuluak, saong, bulang, passapu, tukus, pote, pa’lullung, tatupung dan jong adalah nama-nama penutup kepala para perempuan di sini.


Sejarah mencatat bahwa Tengkuluk atau Kuluk di Jambi sudah ada sejak abad ketujuh atau sejak kerajaan Melayu. Namun dalam budaya Minangkabau, penutup kepala disebut ‘tikuluak’ atau ‘tingkuluak’ dengan beragam bentuk dan gaya penggunaan sesuai daerahnya. Bukan hanya sebagai busana, di ranah Minang ada makna kuasa perempuan yang disampaikan secara simbolis dari penutup kepala mereka.


(Baca Juga: Maudy Ayunda Peduli Perempuan Garda Depan Pandemi Corona)


Pada perayaan IWD2022 yang diselenggarakan oleh IKALUIN Jakarta ini, para aktivis perempuan menggunakan aneka ragam busana daerah dengan tutup kepala nusantara seperti nama-nama diatas, misalnya kuluk, saong, dll. Sedangkan untuk kain yang digunakan berasal dari Sumba, Bima, Flores, Maluku, Nias, Karo, Toraja, Jawa, Jambi, Belitung, hingga Papua.


“Kain-kain ini menjadi ruang perjumpaan keragaman. Ini refleksi sesungguhnya Indonesia. Bukan hanya kain yang berwarna, tetapi kami yang hadir pada Hari Perempuan Internasional ini juga ada sahabat-sahabat dari lintas agama, lintas komunitas, lintas profesi. Tampilan kita hari ini adalah bentuk wajah Islam yang inklusif, yang mampu menghormati keragaman dan kekayaan tradisi,” papar Yuniyanti Chuzaifah, Ketua Komnas Perempuan periode 2010-2014.


“Karena perempuan adalah garda terdepan penjaga tradisi, akar dari peradaban,” ujar Nury.


Selain warna-warna yang beragam, pada wastra juga bisa belajar tentang keberlanjutan kehidupan di masa depan, komitmen merawat alam, ketekunan dan keteladanan. Dari sejarahnya tenun dibuat dari benang kapas, pewarnaan dari bahan-bahan alam seperti kulit akar mengkudu, serbuk kayu nangka, daun nila, kulit kelapa, daun mangga, kunyit, cabe, dan banyak lagi tanaman yang memberikan warna yang indah pada setiap lembar kain.


Wah, sangat menarik sekali ya! Ternyata tradisi Indonesia sudah mulai bisa dikenal dunia. Selamat memperingati Hari Perempuan Internasional!


(Penulis: Tiara Kandida E)

Life & health