Food & travel

Bermalam Di Hoshinoya, Penginapan Khas Jepang Di Tengah Ubud

By : Kiki Riama Priskila - 2022-11-18 11:00:02 Bermalam Di Hoshinoya, Penginapan Khas Jepang Di Tengah Ubud

Berkunjung ke Bali rasanya tak lengkap jika belum berwisata ke Ubud, Gianyar. Menempuh sekitar 1,5 jam perjalanan dari Canggu, saya akhirnya sampai di Hoshinoya Bali. Sesuai namanya, resor yang telah berdiri sejak 2017 ini diciptakan dengan sentuhan Jepang autentik.


Ketika masuk, rasa rindu akan Negeri Sakura pun langsung terobati. Penginapan ini sebenarnya sudah jadi favorit para turis Jepang yang ingin tetap merasakan kehangatan “rumah” selama berlibur. Kini, Hoshinoya semakin terbuka pada turis domestik yang ingin mencoba pengalaman menginap khas Jepang.


Pada pagi hari atau setelah hujan turun, kawasan resor akan diselimuti kabut putih yang cantik. Lokasinya juga terbilang sangat tersembunyi, bahkan tidak terlihat sama sekali dari jalan utama, membuat resor ini jadi salah satu hidden gem terbaik di Ubud.



(Suasana rindang. Foto: Dok. Hoshinoya)

Di area lobi, perpaduan Jepang dan tradisional Bali sungguh terasa. Uniknya, penginapan dengan 30 vila eksklusif ini dilengkapi banyak undakan tangga menyerupai desa tradisional kecil khas Jepang. Tentunya, tanpa meninggalkan kemewahan bintang lima yang nyaman dan luks.


Meski begitu, suasana Ubud tetap terasa berkat pepohonan hijau nan rindang serta bunyi aliran sungai Pakerisan di mana sungai ini dianggap suci oleh masyarakat setempat. Bagi kamu yang ingin rehat sejenak dari rutinitas penat, wajib untuk memasukkan resor ini dalam list.


Ada tiga tipe vila di sini, yaitu Bulan, Soka, dan Jalak. Kamar yang saya tempati adalah Jalak vila, tipe tertinggi yang dimiliki Hoshinoya, yakni garden pool villa dengan teras, membentuk apartemen luas dengan pemandangan yang menghadap ke lembah dan ngarai sungai.



(Area living room di kamar Jalak. Foto: Dok. Hoshinoya)

Teras kamar juga langsung terhubung dengan kolam renang. Serunya, kolam renang seluas 70 m ini terkoneksi dari satu kamar ke kamar lainnya. Jadi, kita bisa berkunjung ke kamar lain dengan berenang. Uniknya lagi, tak ada TV atau pun jam di sini. Bersiaplah untuk mendapatkan relaksasi maksimal selama menginap.



(Kolam yang saling terhubung. Foto: Dok. Hoshinoya)

Kegiatan Para Tamu Menginap

Saat menginap di Hoshinoya, tamu akan diberikan booklet berisi segala macam kegiatan yang bisa dinikmati. Beberapa yang menarik adalah Welcome Matcha, Origami Challenge, dan SAKE Bar. Namun, pada hari kedua saya mencoba spa dan kelas membatik.


Memasuki area spa, saya diminta untuk konsultasi lebih dulu demi menentukan perawatan yang diinginkan. Lalu, saya dibawa naik ke elevator terbuka dan kami pun bergerak turun. Rasanya seperti masuk jauh ke dalam hutan. Area spa memang berada di lokasi paling bawah, semakin dekat dengan sungai. Terbayang, kan, pemandangan menenangkan yang bisa dinikmati selama spa.



(Area spa yang menenangkan. Foto: Dok. Hoshinoya)

Usai perawatan selama hampir dua jam, saya mengikuti kelas membatik. Workshop singkat ini bisa dibilang sangat seru dan intim karena selain bisa mencoba langsung proses membatik, saya juga sempat mengobrol dengan seniman batik. Ia menceritakan bagaimana pandemi sangat berpengaruh pada kehidupan pariwisata di Bali. Ia juga merasa sangat senang karena beberapa bulan terakhir Bali bisa kembali ramai seperti sedia kala.



(Pemandangan cantik. Foto: Dok. Hoshinoya)

Ragam Menu Nikmat

Menjelang malam, saya bersiap untuk menikmati santapan di dining area. Di sepanjang perjalanan, saya benar-benar menikmati udara yang menyegarkan. Namun, perlu hati-hati karena banyak anak tangga yang minim lampu jalan. Malam itu, saya memesan sushi dan sashimi platter.


Bisa dibilang ini adalah menu yang wajib dicoba ketika berada di restoran Jepang. Menu andalan lainnya adalah sukiyaki. Ketika datang, presentasinya sangat cantik. Rasanya pun sesuai dengan penampilannya. Setiap gigitan sashimi terasa legit, lembut, dan nikmat.



(Breakfast Gazebo. Foto: Dok. Hoshinoya)

Hal menarik lainnya ketika menginap adalah menu breakfast. Ada tiga opsi set menu, yaitu Indonesian, Western, atau Japanese. Tentu saya memilih untuk mencoba set Japanese dulu. Saat makanan tiba, saya terkejut dengan beragam menu yang dihidangkan.


Mulai dari nasi, sup miso, salmon, tamago, acar, dan masih banyak lagi. Porsinya pun cukup banyak dan mengenyangkan. Bukan cuma itu, penampilannya juga sangat cantik. Saya bahkan sempat kebingungan harus mulai makan dari mana!


Setelah menu sarapan utama selesai, dessert mulai disajikan. Pagi itu saya mencoba awung-awung, ketan yang diisi dengan gula merah. Sungguh nikmat rasanya. Namun, menu dessert ini akan diubah setiap harinya. Tak cukup sampai di situ, saya juga sempat menyicipi secangkir wedang jahe yang bisa dinikmati setiap hari. Ada tiga jenis yang disajikan, yaitu wedang manis, wedang asam, dan wedang pedas.


Tak terasa, keesokannya saya harus menyudahi pengalaman menginap yang unik dan membuat saya merasa berada di Jepang langsung. Rasanya tak sabar untuk segera kembali.

Food & travel