A chat with

Renatta Moeloek Berbagi Cerita Tentang Dunia Chef & Mimpinya

By : Hafizah Rana Dalilah - 2021-02-19 16:26:00 Renatta Moeloek Berbagi Cerita Tentang Dunia Chef & Mimpinya

Jadi sosok yang paling dicari saat ini, Renatta Moeloek bagikan kisahnya berkarier sebagai seorang chef dan perubahan hidup setelah Masterchef.


Hai Renatta, bagaimana kabarnya setelah Masterchef?

Baik sekali, akhirnya bisa menger-jakan hal-hal kecil yang selama ini tertinggal karena shooting. 


Apakah hidup Renatta berubah setelah tampil di Masterchef?

Sangat berubah! Tidak kaget sih, tapi semakin banyak keputusan yang harus dibuat. Sebelum Masterchef, saya kerja di industri yang enggak ada kaitannya dengan entertainment. Tidak kerja di TV atau brand, lebih mengurus private dining, buat menu, fokus pada event. Sekarang, semakin banyak keputusan dan kerja sama yang harus dipilih.


Banyak yang bilang Renatta adalah pribadi yang misterius, tegas, dan judes.

Mungkin kalau dibilang tegas, masih oke. Tapi kalau judes, rasanya ini hanya karena wajah saya. Saat saya diam, beberapa teman pernah bertanya, “Rena kenapa? Lagi sedih, ya?” Pada-hal saya enggak merasakan apa-apa, hanya lagi bingung mau makan malam apa. Tapi setelah menonton adegan audisi Master-chef musim 5, saya sadar, “I look depressed." Jadi setelah itu, saya berusaha untuk lebih senyum. 



(Je Suis Flirt)


Tapi di Twitter, Renatta justru terlihat sangat lucu.

Karena di Twitter, teman saya hanya Arnold saja yang sering bercanda. I don’t have many friends on Twitter. Lagipula sampai sekarang saya belum terlalu lancar bermain Twitter. Bahkan, saya enggak tahu perbedaan reply dan retweet.


Renatta sempat sekolah di Le Cordon Bleu di Prancis dan bisa menyelesaikan course-nya hanya dalam delapan bulan.

Mereka punya program intensif. Jadi, daripada menghabiskan dua tahun, saya bisa menyelesaikan materi yang sama dalam delapan bulan. Masuk enam hari seminggu dari jam 09.00 sampai 21.00 Dibilang capek, enggak juga. Saat kita produktif, kita enggak merasa capek. 


Waktu remaja, bagaimana cara Renatta menemukan passion sebagai chef. Apalagi dulu profesi ini belum hits. 

Sejujurnya saya enggak pernah punya pikiran untuk jadi chef. Yang pasti, apa pun yang saya lakukan nanti, pasti enggak akan jauh dari makanan atau F&B. Mungkin karena dari kecil memang sudah hobi baking. Waktu SMP, saat teman-teman lain sering jajan, justru saya menghabiskan uang untuk membeli beragam bahan-bahan aneh untuk dimasak. Saat itulah saya merasa bahwa ini lebih dari sekadar hobi.



(Terusan Satin Pink,Fendi)


Kebanyakan chef digambarkan dengan sosok laki-laki. Kenapa perempuan jarang digambarkan sebagai seorang chef?

Mungkin memang pekerjaannya adalah pekerjaan fisik, seperti tukang. Kita bisa kerja lebih dari 12 jam sehari. Rekor saya adalah 19 jam dalam satu hari. Saat dulu di Paris juga bisa sekitar 16 jam. Tapi sekarang sudah semakin banyak chef perempuan yang terkenal juga.


Apa sih sebenarnya kriteria yang dibutuhkan untuk jadi seorang top chef?

Basic-nya adalah pengalaman. Saya setuju kalau ada yang bilang bahwa untuk jadi seorang chef, Anda harus bekerja dari bawah, sehingga mengerti situasi di setiap station seperti apa. Mulai dari cuci piring, memotong bahan makanan, belajar penyimpanan bahan. Jadi menurut saya, seorang chef bukan hanya pintar masak, it’s way bigger than that. Harus punya leadership skill juga. Intinya, kalau ingin bekerja di dapur dan tidak ingin menderita, harus menyukainya. Bayangkan saja, bekerja di depan api dan asap selama 12-16 jam sehari, kalau kita tidak suka, pasti akan sulit.


Jenis makanan apa yang paling Anda suka masak?

Cuisine. Kalau pastry mungkin memerlukan detail tinggi dan appearance yang cantik. Selain itu, saya sendiri enggak terlalu suka makanan yang manis.



(Terusan Multicolor Twill, tas Peekaboo dan sepatu ankle boots promenade, Fendi)


Kalau untuk diri sendiri, Renatta paling sering masak apa?

Buat diri sendiri, saya lebih suka masak yang simpel. Masak ayam dengan thyme, garlic dan salt. Semuanya tinggal dipotong asal, simple seasoning, langsung masak saja. Di luar sudah masak berat, jadi sampai rumah inginnya yang gampang-gampang.


Lalu, apakah Renatta punya ambisi? Mungkin ingin jadi chef terbaik atau punya restaurant chain yang besar?

Sebenarnya ambisi saya lebih pada kebahagiaan. Bagi saya, orang yang sukses adalah orang yang bahagia. Ia bahagia dengan situasi dalam hidupnya, pekerjaannya, pendapatannya, rumahnya, dan pasangannya. Tapi tentunya setiap orang punya ambisi yang berbeda. Hal yang membuat saya senang, belum tentu membuat orang lain senang.


“Orang yang sukses adalah orang yang bahagia dengan situasi dalam hidupnya”




(Kemeja Game On Sharp Monogram Flower Silk, Louis Vuitton)


Bagi seorang perempuan, Renatta adalah sosok yang firm. Pernah merasa enggak yakin dalam menjalankan suatu hal?

Pernah banget, khususnya saat awal-awal mau ikut Masterchef. Saat itu saya tidak yakin mau jadi celebrity chef, mungkin karena pribadi saya yang introver, jadi tidak pernah terpikir untuk tampil di TV karena pasti akan ada aftermath-nya.


Lalu, bagaimana Anda bisa meyakinkan diri?

Dengan berbicara pada beberapa teman dekat dan seperjuangan yang bekerja di industri F&B. Selain itu, saya juga ngobrol dengan teman-teman pebisnis yang memang business-minded. Jadi saya mendapat dua perspektif yang berbeda. Ujung-ujungnya memang keputusan ada pada saya. Yang pasti, akan terasa lebih mudah kalau kita sudah punya tujuan hidup.


Terakhir, bagaimana menetapkan tujuan hidup?

Banyak sekali orang yang enggak punya tujuan. Tapi untuk bisa menetapkannya, kita harus tahu dulu apa yang kita inginkan. Dan untuk bisa mengetahui itu, kita harus bisa mengenal diri sendiri. Terkadang saya merasa, apalagi dengan adanya media sosial, semua orang terlalu sibuk melihat kehidupan orang lain sehingga akhirnya memengaruhi standar hidup mereka. Jadi ada sedikit self-identity crisis. Intinya adalah kenali diri sendiri, bukan apa yang orang lain inginkan.


“Kenali diri sendiri, bukan apa yang orang lain inginkan”


(Tulisan ini adalah hasil obrolan Iwet Ramadhan -kontributor- dalam sesi "A Chat With" yang telah tayang di channel Youtube Her World Indonesia dan ditulis oleh Kiki Riama Priskila)


Foto Agus Santoso Yang (@agussantosoyang/087855608055)

Pengarah Gaya Bimo Permadi

Asisten Pengarah Gaya Regina Yohana

Tata Rias Wajah Bubah Alfian (@bubahalfian)

Tata Rias Rambut Rangga Yusuf (@hairbyranggayusuf/08568072548)

A chat with