Life & health

Yuk, Belajar Bikin Kompos Bersama Sustaination

By : Rengganis Parahita - 2020-05-17 09:00:02 Yuk, Belajar Bikin Kompos Bersama Sustaination

Tren berkebun kini berbanding lurus dengan kegiatan meminimalisir sampah. Oleh sebab itu, mengompos juga jadi salah satu kegiatan yang mulai dijadikan kebiasaan oleh masyarakat urban. Namun, banyak yang belum tahu betapa mudahnya membuat kompos sendiri di rumah. Dengan alat sederhana dan proses yang jauh dari kata sulit, siapa pun pasti bisa mengubah sampah-sampah organiknya menjadi pupuk yang akan menyuburkan tanaman di teras atau pekarangan rumah. 


Nah, beberapa hari yang lalu, her world dapat kesempatan untuk live bareng di Instagram bersama Dwi Sasetyaningtyas, CEO dari gerakan sekaligus wadah cinta lingkungan bernama Sustaination (@sustaination). Serba-serbi tentang kompos, green living, sampai bicara sampah, semua kami perbincangkan hingga durasi hampir menunjukkan 50menit waktu bicara. Wow, tak terasa karena ilmunya sangat banyak dan bermanfaat. Mau tahu apa saja yang kami perbincangkan? Berikut 6 poin diantaranya.


1. Bikin kompos itu (sangat) gampang


Tak perlu bingung-bingung saat akan mulai mengompos karena kegiatan ini sangat mudah untuk dilakukan. Prosesnya jauh dari kata sulit dan alat yang diperlukan pun tidak mahal dan tidak juga susah didapat. Pertama-tama, sediakan ember khusus kompos (tersedia di situs Sustaination.id) atau ember apapun yang bagian bawahnya telah dilubangi kecil-kecil untuk memastikan kompos selalu dalam keadaan kering.


Lalu, ember juga harus memiliki tutup, ya. Setelah itu, tinggal ubah kebiasaan kita dalam membuang sampah yang pada awalnya ke tempat sampah jadi ke ember kompos yang tersedia. Ingat, harus sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya yang telah dipotong kecil-kecil agar lebih cepat terurai.


Bagaimana dengan sampah basah seperti nasi, tulang ayam atau ikan, daging, sayur sisa, dan sampah lauk-pauk yang sifatnya basah? Sebenarnya boleh saja dibuang di ember kompos. TAPI, belatung atau mikroorganisme yang muncul nanti akan lebih banyak di sampah-sampah jenis ini. Banyak sekali bahkan. Kalau kamu kuat melihatnya sih tidak jadi soal. Tapi kalau kamu orangya geli-an, lebih baik jangan buang di sini melainkan di biopori. Apa itu biopori? Nanti akan dijelaskan pada poin ketiga.


2. Bagaimana caranya?


Pertama-tama, kamu hanya perlu punya ember kompos. Bisa beli atau bikin sendiri. Setelah itu, mulailah membuang sampah organik ke dalamnya seperti layaknya membuang sampah ke tempat sampah. Di sini, hanya ada 5 hal yang harus dilakukan, yaitu:


1. Menaruh sampah organik (green material)

2. Melapisinya dengan daun kering atau kardus bekas (brown material) dengan perbandingan 2:1, yakni 2 brown : 1 green

3. Mengaduknya beberapa hari sekali

4. Membuang airnya untuk dijadikan kompos cair sekaligus mengeringkan kompos

5. Panen

Tip: agar kompos cepat jadi, semprotkanlah cairan Em4, larutan gula, atau bekas cucian beras ke dalamnya.


Oh iya, kamu pun tak perlu merasa jijik karena kompos ini tidak punya aroma menyengat sama sekali. Tidak bau sampah dan jauh dari bayanganmu akan hasil buangan yang bikin mual. Nyatanya, proses penguraian alami yang terjadi antara sampah organik, brown material, dan mikroorganisme pengurai adalah proses 'ajaib' yang akan membuatmu terkaget-kaget saat pertama kali mulai belajar. 


Bau tidak ada, bentuk sampah pun berubah total dari sisa-sisa sayur atau sampah organik lainnya, menjadi seperti tanah berwarna hitam yang tampak gembur, kering, dan siap untuk digunakan bercocok tanam. Sebuah circle of life yang nanti akan kamu ketahui sendiri saat melakukannya di rumah.


Tidak punya lahan besar untuk mengompos? Atau tidak punya halaman yang ada daun keringnya? Tenang saja, kegiatan ini sama sekali tidak memerlukan ruang yang besar karena kamu pun bisa melakukan ini dari dalam apartemen yang sempit. 


Pastikan juga kompos tetap dalam keadaan kering dengan rajin mengecek endapan air yang mungkin ada di bagian dasar ember, ya. That's why ember-ember khusus kompos selalu menyediakan kran untuk membuang liquid stuff tersebut. Tapi, cairan ini tak serta merta tak ada gunanya. Cairan ini bahkan bisa kamu gunakan sebagai kompos cair yang juga akan menyuburkan tumbuh-tumbuhan. Jadi, dalam waktu 2 minggu kamu sudah bisa panen pupuk cair, sedangkan dalam 4-6 minggu, kamu sudah dapat panen pupuk padat yang ada baiknya dijemur dulu sebelum dipindahtempatkan dan digunakan.


3. Apa itu biopori?


Berbeda dengan kompos yang tadi, biopori adalah salah satu proses pengomposan yang dilakukan langsung di dalam tanah. Jadi jika ember kompos hanya digunakan untuk mengurai sampah sayuran kering, biopori dapat digunakan untuk membuang tulang ayam dan duri ikan, buah-buahan busuk, nasi basi, atau sampah basah organik lainnya.


Cara membuatnya pun mudah. Tinggal lubangi tanah dengan diameter 10-15 cm dan kedalaman 1-2 m, buang sampah ke dalamnya, lalu tutup dengan tutup biopori yang banyak dijual di pasaran. Selesai. Kamu tak harus melihat-lihat lagi prosesnya dan mengaduk-aduk apa yang ada di dalamnya karena apa yang telah terurai nanti akan langsung menyatu dengan tanah. Jika pun ada belatung, cacing, atau mikroorganisme lain yang muncul, kamu tak akan jadi saksi mata karena keberadaannya jauh di dalam sana. Mudah sekali, kan?


4. Keuntungan mengompos


Banyak sekali manfaat yang ditimbulkan dari kebiasaan ini. Pertama adalah rumah jadi lebih bersih dan bebas dari bau sampah yang biasanya hanya terbengkalai berhari-hari di dalam tong. Kedua, dengan mengompos artinya kita turut membantu alam untuk bekerja sebagaimana mestinya. Sesuatu yang berasal dari tanah harus kembali ke tanah dan sesuatu yang diambil dari alam ada baiknya harus kembali ke alam untuk jadi kebaikan bagi makhluk hidup lainnya. Maksudnya? Ya, sampah-sampah organik yang kita komposkan tak hanya akan kembali jadi manfaat bagi tanaman yang sedang tumbuh di atasnya melainkan juga jadi makanan bagi para mikroorganisme yang juga hidup sehari-hari di luar pandangan kita.


Di sini, artinya kita turut melestarikan konsep rantai makanan dan sirkulasi kehidupan yang harusnya memang bisa terus berjalan untuk meminimalisir perncemaran, terutama yang berhubungan dengan sampah rumah tangga.


Ketiga, adalah untuk menyuburkan segala tanaman yang ada di pekarangan rumah kita. Baik tanaman pangan, tanaman buah, herbal, pepohonan hias, sampai tanaman bumbu dapur sekali pun, semua bisa tumbuh subur dengan diberikan pupuk kompos buatan kita sendiri. Apa yang kita buang malah jadi bumerang positif yang benefisial di kemudian hari.


5. Siapa pun bisa melakukannya termasuk para pemalas


Kemarin, Tyas, CEO Sustainaton, berkali-kali mengatakan bahwa ia adalah orang yang terbilang pemalas untuk melakukan sesuatu yang prosesnya merepotkan. Nyatanya, mengomposkan sampah rumah tangga adalah satu hal yang jauh dari kata riweuh untuk dirinya. Karena hanya tinggal buang sampah ke ember kompos, taruh daun, aduk, sudah. Begitu saja. Tak ada sulitnya sama sekali. Jadi kalau kamu merasa kaum rebahan yang masuk dalam 'anti ribet-ribet club', kamu pasti tetap bisa melakukan kegiatan penuh manfaat ini terutama saat sedang PSBB dan WFH seperti sekarang ini.


6. Kompos BUKAN solusi membuang makanan


Poin terakhir yang tak kalah penting. Yaitu, bukan berarti dengan bisa membuang sampah organik ke komposter atau biopori malah menjadikan kamu semakin sering membuang makanan ke dalamnya. Tidak begitu! Karena pada dasarnya, kegiatan mengompos ini adalah salah satu pendukung gerakan zero waste yang tetap mengutamakan konsep nol sampah yang jika bisa diterapkan, kenapa tidak. Semakin minim sampah yang kita hasilkan, maka akan semakin baik kontribusi kita pada bumi dalam urusan penyelamatan ekologi dan mewujudkan cita-cita green living yang sedang digembar-gemborkan dunia beberapa tahun belakangan.


Oleh sebab itu, ada baiknya kita tidak membuang-buang makanan karena biar bagaimana pun yang namanya sampah akan tetap jadi sampah. Nah, kalau kita menghasilkan food waste yang banyak, kita seperti tidak menghargai kehidupan dengan menyia-nyiakan makanan yang terhidang di meja makan. Tak hanya itu, lubang biopori pun kapasitasnya bukan untuk membuang makanan-makanan sisa yang keburu ingin kamu buang dalam jumlah banyak.


Kalau sudah begini, ujung-ujungnya kamu pasti akan membuang ke tempat sampah yang akan berakhir di TPA dan menumpuk sehingga mengeluarkan gas metan yang sangat beracun. Selain berbahaya bagi lingkungan, gas metan juga bisa merugikan para tukang sampah yang bekerja di sekitarnya. Berakibat buruk bagi kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian.


Jadi, tetap jaga porsi makananmu setiap hari. Beli, masak, dan makanlah secukupnya agar makanan bisa tetap punya fungsi sebagai sumber energi, nutrisi, dan kehidupan. Bukan malah jadi sumber pencemaran saat telah jadi sampah.


Terima kasih Sustaination karena telah mau berbagi informasi dan solusi terhadap urusan kompos-mengompos. Stay kind and humble to the earth so that the earth will do the same to you.

Life & health