Life & health

Tersihir Atraksi Gitar John Mayer

By : Dini Felicitas - 2019-04-10 12:06:00 Tersihir Atraksi Gitar John Mayer


Barangkali baru kali ini kedatangan penyanyi asing ke Tanah Air menimbulkan kekecewaan yang luar biasa bagi penggemar yang gagal mendapatkan tiket. Bahkan setelah dilakukan penambahan jumlah tiket, pada akhirnya konser John Mayer Asia Tour 2019 dinyatakan soldout.

Dan mereka yang hadir di ICE BSD City, Tangerang, Jumat (5/4) malam lalu merasa beruntung karena dapat menyaksikan konser pertama Mayer di Indonesia semenjak mulai mengeluarkan album pada 2001.

Antusiasme yang tidak terduga itu boleh dibilang dipicu oleh single 'New Light' yang dirilis awal tahun lalu. Lagunya ringan dan langsung "nempel" di telinga para pendengar baru, berkat pemutaran di radio yang begitu gencar. 


(Antusias penonton konser John Mayer di Jakarta. Foto: Dok/DiniFelicitas/HerworldIndonesia)


Maka sebagian penonton yang sudah menunggu di gate Premium sejak pukul 14:00 saat itu diduga sebagai pemuja 'New Light'. Lagu ini memang berbeda dari lagu-lagu lama John Mayer yang menghasilkan pendengar yang lebih dewasa.

(Baca juga: Prediksi 22 Lagu John Mayer Saat Konser di Jakarta) 

Namun “Generasi New Light” ini sepertinya harus bersabar, karena Mayer malam itu lebih dulu membawakan lagu-lagu dari album Room for Squares (2001), Continuum (2006), Born and Raised (2012), dan The Search for Everything (2017). Maka meluncurlah Belief, Helpless, dan Love on the Weekend, yang melodinya pasti cenderung datar bagi pendengar baru. Tetapi tentunya, tidak untuk pecinta Continuum yang langsung sing along begitu Belief dilantunkan.



( John Mayer tampil di ICE BSD City, Tangerang, Jumat (5/4) dalam rangkaian Asia Tour 2019. Foto: Dok/DiniFelicitas/HerworldIndonesia) 


Begitu pula bagi penonton yang hanya mengenal Your Body is a Wonderland yang ngepop. Mereka mungkin merasa asing dengan lagu-lagu yang dibawakan saat itu. Sebab, show yang terbagi atas dua set itu justru memamerkan hasil eksplorasi Mayer pada sound blues, jazz, soul, folk, rock, juga country. 

Namun, momen ini bisa menjadi kesempatan bagi pendengar barunya untuk mengenal betapa beragam lagu yang dikompilasi dari tujuh studio album Mayer. Dan John Mayer memang bukan sekadar New Light. Clarity (album Heavier Things), yang bernuansa pop rock, cukup asyik didengar. Terutama saat Mayer menggunakan teknik falsetto pada bagian, "Ooh... ooh.... Ooh... ooh...."

Mayer juga punya beberapa track yang sedikit jazzy, seperti If I Ever Get Around To Living, Neon, juga Stop This Train, salah satu lagu favorit sepanjang masa. Queen of California dan Dear Marie kental kesan country-nya, sedangkan Something Like Olivia dan Gravity bisa dikategorikan sebagai blues.

Lirik Kontemplatif

Peraih tujuh Grammy Awards ini juga membuktikan bahwa ia pemusik serbabisa yang mengombinasikan tipe suaranya yang mendesah (breathy) dengan kelihaiannya memainkan gitar. Permainan gitar solo ini menjadi atraksi tersendiri bagi penonton yang menyaksikan bagaimana Mayer mengganti gitar satu ke gitar lainnya untuk mendapatkan sound yang dia inginkan.

Meskipun begitu, Mayer tidak ragu memberi kesempatan anggota band-nya untuk ikut menjadi bintang. Setidaknya bagi Isaiah Sharkey, lead guitarist yang sukses memesona penonton dengan solo guitar-nya. Selain itu juga gitaris David Ryan Harris, yang ternyata punya suara emas. Lewat giant screen di kiri-kanan panggung, penonton juga bisa mengamati dengan jelas dua penyanyi latarnya, Tiffany Palmer dan Carlos Ricketts.


(John Mayer saat konser di Jakarta. Foto: Dok/Instagram/@johnmayer, foto @daniel) 


Namun daya tarik Mayer yang utama, apa lagi kalau bukan kemampuannya menulis lirik lagu yang seringkali bersifat self-reflective. Dari yang bertema kemanusiaan seperti Belief dan Waiting on the World to Change, keraguan dalam memasuki kedewasaan (Stop This Train, Changing, dan If I Ever Get Around to Living), keyakinan diri (Vultures, Guess I Just Feel Like), dan tentunya yang bertema cinta (Moving On and Getting Over, Rosie, atau You’re Gonna Live Forever in Me). 

Semua keraguan, kekhawatiran, atau kesendirian, selalu diakhirnya dengan keyakinan untuk maju. Liriknya dalam, dan penuh makna. Banyak penggemar yang merasa lagu-lagu Mayer relevan dengan pengalaman mereka.

Penonton turut tercenung ketika mendengar lagu yang bernada muram seperti Guess I Just Feel Like -single-nya setelah New Light. Begitu pula ketika Mayer memasuki set kedua dengan XO, lagu milik Beyonce yang dibawakannya pertama kali saat konser di Adelaide tahun 2014. Iringan gitar akustik dan harmonika-nya terdengar begitu menyayat.

Untunglah, beberapa lagu bertema berat atau patah hati justru memiliki nada yang lebih upbeat, memberi kesan agar kita tidak berlarut dalam keputusasaan. Sebut saja Belief atau Moving On and Getting Over.


(John Mayer saat konser di Jakarta. Foto: Dok/Instagram/@johnmayer, foto @daniel) 


Mengikuti pertunjukannya malam itu, tidak salah jika menilai semua lagu Mayer memang layak didengar. Semakin diulang, semakin terdengar asyik. Apalagi saat menangkap sound-sound baru yang tadinya luput dari perhatian. Seperti pada If I Ever Get Around for Living, yang intronya sangat melodius dan tiba-tiba memperdengarkan suara dari steel guitar yang mendayu. 

Respons penonton yang hangat dan apresiatif membuat Mayer tampil bergairah. Senyum terus mengembang di wajahnya, dan menjelang akhir pertunjukan ia bilang, “Saya merasa sudah sangat mengenal kamu, padahal kita baru ketemu dua jam ya.”

Apresiasi ini berbuah ganjaran tiga lagu encore, You’re Gonna Live Forever in Me yang dibawakannya sambil bermain piano, New Light yang ditunggu-tunggu, dan Gravity. Flashlight dari ponsel penonton mengiringi nomor klasik dari album Continuum tersebut. Ekspresi kepuasan memancar dari wajah mereka, walau seolah tak percaya konser telah berakhir. Sampai ketemu di konser selanjutnya, John! 

Life & health