Life & health

Review Film: Johnny English Strikes Again

By : Rahman Indra - 2018-09-23 18:12:00 Review Film: Johnny English Strikes Again


Sukses Johnny English (2003) dan Johnny English Reborn (2011) dalam hal komersil, dan masih ramainya tren film spionase seperti Spy dan Kingsman, membuat Rowan Atkinson kembali lagi lewat Johnny English Strikes Again. 

Masih dengan gaya slapstik dan ekspresi wajahnya yang menggemaskan, Atkinson (yang mungkin akan lebih mengingatkan pada sosok Mr Bean) berhasil membuat senyum simpul, atau tertawa di beberapa adegan. Namun, lebih banyaknya garing, karena mudah ditebak dan begitu-begitu saja. 

Meski dengan alur yang lebih berisi, penggarapan Johnny English Strikes Again masih tak lebih baik dari dua film sebelumnya. Buat menghibur dan nostalgia dengan Mr Bean bisa jadi alasan untuk menonton film ini. 

(Baca juga: Review Film: Crazy Rich Asians)

Johnny English Strikes Again dibuka dengan persoalan terbongkarnya identitas semua agen spionase Inggris karena serangan cyber. Sementara, lima hari menjelang pertemuan G12, Perdana Menteri Inggris (Emma Thompson) mau tak mau meminta pertolongan agen lama yang masih hidup dan bisa mengungkap kasus ini, dan kalau bisa menangkap penjahatnya.

Pilihan jatuh pada Johnny English (Rowan Atkinson). Adegan pemilihan dan keberuntungan yang tak sengaja yang dialami Johnny menjadi salah satu adegan yang menarik, karena berhasil membuat 'ooh'. 


(Johnny English Strikes Again. Foto: Dok/UniversalPictures)

Dalam menjalankan misinya Johnny meminta kembalinya rekan atau partner kerjanya Dough (Ben Miller, yang absen di sekual Johnny English Reborn). Berdua mereka memilih perlatan canggih (era dulu, yang analog belum digital) dari mulai mobil klasik, no smartphone (supaya tak dilacak), dan aneka peralatan lain yang canggih di era 15 tahun lalu tapi tak kekinian. 

Perjalanan misi mereka mempertemukan Johnny-Dough dengan Ophelia (Olga Kurylenko), mata-mata Rusia yang juga sedang dalam misi khusus. 

Sementara, di satu sisi PM Inggris mengajukan penawaran kerjasama dengan tech billionaire Volta (Jake Lacey) dengan anggapan menyelesaikan persoalan cyber tech yang dihadapinya. Namun, seperti diduga ialah dalang dari semua persoalan. 

Semua berujung ke Volta. Namun, bagaimana penyelesaiannya? Lagi-lagi, keberuntungan tak sengaja Johnny English akan membuat dahi berkerut sekaligus tawa. Adegan penyelesaian yang tak masuk akal tapi tepat ini adalah permainan humor ala Johnny English yang 'ya, begitulah', dan film selesai. 

(Baca juga: Review Film: The Nun)

Disutradarai David Kerr, seketika film ini usai, rasanya baru saja bertemu Mr. Bean namun dalam wujud Johnny English. Rowan Atkinson bagaimanapun lebih melekat sebagai sosok komedian lucu menggemaskan itu daripada sosok mata-mata lihainya. 


(Johnny English Strikes Again. Foto: Dok/UniversalPictures)

Konsep analog versus digitalnya kurang greget. Beberapa adegan juga terasa pengulangan, seperti adegan Johnny menyamar sebagai waiter atau saat ia memilih menari di lantai dansa karena pengaruh obat. 

Yang menyelamatkan bisa jadi adegan saat Johnny English mengenakan virtual reality yang berasa nyata lalu menyerang orang-orang di sekitarnya. Ini penuh humor, dan penulis skenario William Davies patut mendapat apresiasi untuk yang ini.

Dari segi jajaran pemeran, Rowan Atkinson yang kini berusia 63 tahun masih tampil menggemaskan, atau setidaknya membuat rindu andai ia kembali membuat Mr.Bean sekuel. Ialah magnet dari film ini dari awal hingga akhir. 

Emma Thompson sepetri biasa asik sebagai Perdana Menteri. Sementara, Olga Kurylenko dan Ben MIller tak begitu menonjol. Ada saja yang berasa kurang, dan janggal. 

Film Johnny English Strikes Again secara keseluruhan, masih tak lebih baik dari film pertamanya 15 tahun lalu. Namun, jika ingin kembali menyaksikan aksi si Mr.Bean sebagai spionase ceroboh yang anti-Bond, kenapa tidak?Setidaknya ada yang menghibur dan membuat tawa. 

Life & health