Mengikuti perubahan teknologi dan gaya hidup, tren dunia mode pun mau tak mau turut berubah. Seperti apa proyeksi tren fashion di masa mendatang? Indonesia Trend Forecasting kembali menghadirkan proyeksi tren fashion Indonesia 2019/2020 yang kali ini mengangkat tema Singularity yang terkait perubahan zaman. Tema ini mengusung gambaran keadaan yang mengindikasikan beragam pergeseran teknologi dan sikap-sikap yang menyertainya, dan gambaran masa depan yang masih diraba.
Dalam konsep Singularity tersebut terdapat unsur pertanyaan, kekhawatiran, optimisme, serta harapan akan apa yang terjadi di masa depan. Tema ini kemudian diturunkan dalam empat tren utama, yaitu Exuberant, Neo Medieval, Svarga, dan Cortex.
Keempat prediksi tren tersebut disampaikan dalam Seminar Trend Forecasting 2019/2020 yang berlangsung di Main Atrium 23Paskal Shopping Centre, Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (7/9). Seminar ini menjadi salah satu rangkaian dari pekan mode #23FashionDistrict yang diusung asosiasi desainer Indonesian Fashion Chamber (IFC), selama tiga hari berturut-turut dari 7 hingga 9 September 2018.
Proyeksi tren yang dirumuskan Indonesia Trend Forecasting dan Bekraf tersebut menghadirkan tiga pembicara, di antaranya Tri Anugrah selaku Trend Expert Indonesia Trend Forecasting, Nuniek Mawardi selaku Konsultan Indonesia Trend Forecasting dan Ketua IFC Chapter Bandung, serta Ali Charisma selaku Fashion Designer dan National Chairman IFC.
"Kita perlu sekali mempunyai Fashion Trend Forecasting sendiri dan mengikuti tren dunia yang diterjemahkan dengan budaya Indonesia," ujar Ali Charisma.
Dalam kesempatan itu, ketiga pembicara menguraikan satu persatu prediksi tren di 2019/2020 tersebut. Berikut beberapa di antaranya:
1. Exuberant, keceriaan optimisme
Exuberant, seperti disampaikan Tri Anugrah, terkait sikap positif dan antusias dalam memandang kecerdasan intelektual (AI) sekaligus perasaan santai.
Tema ini menunjukkan keceriaan dan optimisme lewat permainan warna yang colorful dengan unsur seni urban atau futuristik dan perpaduan gaya sporty yang santai dengan gaya formal yang cenderung feminin.
Neo Medieval mengusung unsur romantisme abad pertengahan yang mencerminkan sikap khawatir akan kemungkinan di masa depan yang memicu timbulnya “benteng pertahanan”.
Pandangan ini membangkitkan romantisme dalam sejarah, di mana tema abad pertengahan menyatu dengan kemajuan teknologi. Secara visual, tema ini memunculkan kesan gaya khas pejuang futuristik, kuat, tegas, dan elegan dengan palet warna yang netral dan membumi.
Svarga melihat sisi kemanusiaan dari kecerdasan buatan, yaitu jembatan dari beragam perbedaan tampilan untuk menjadi satu harmoni. Keterbukaan ini menciptakan multikulturasi.
Konsep desain dalam tema ini memperlihatkan tabrak corak yang tetap memperhatikan keseimbangan antara satu dengan yang lain.
Cortex merupakan paradoks kecerdasan buatan di era evolusi digital, ketika digitalisasi membaur dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Kecerdasan buatan dipandang dapat membantu manusia dalam proses riset desain, yang berujung pada inovasi.
Inovasi material dengan bantuan teknologi mewarnai tema ini, termasuk bentuk abstrak terstruktur, tidak terduga, fleksibel, dan dinamis dalam siluet maupun tekstur.