A chat with

Putri Marino: Dari Pegawai Kantoran Jadi Bintang Film

By : Yolanda Deayu - 2018-04-02 16:08:00 Putri Marino: Dari Pegawai Kantoran Jadi Bintang Film

Setelah melepas status sebagai pekerja kantoran, karier Putri Marino, 24, kian gemilang.

Ada apa dengan menjadi '9 to 5 person'?

“Saya adalah orang yang sangat outgoing. Dengan hanya bekerja di kantor satu hari penuh, saya jadi lekas bosan. Oleh sebab itu saya kesulitan betah di kantor. Akhirnya suatu hari, tawaran ikut casting program jalan-jalan di salah satu stasiun televisi datang dari seorang teman. Siapa sangka saya malah diterima.”

(Baca juga artikel: Kehamilan Menyenangkan Putri Marino)

Oh, jadi awal karier Anda dimulai dari situ, ya?

“Di dunia hiburan, iya. Saat mulai hosting, saya langsung meninggalkan pekerjaan di Bali. Di tengah-tengah proses itu, saya ditawari lagi untuk ikut casting film Posesif. Ternyata saya lolos. Sejak itu lah kecintaan pada dunia seni peran mulai tumbuh.”

Apa yang membuat Anda begitu menyenanginya?

“Saat memerankan sebuah karakter, saya harus senantiasa memanusiakan karakter itu sehingga menjadi benar-benar hidup dalam diri saya. Sosok yang ada dalam imajinasi penulis wajib terjelma dengan sempurna agar nyawa dari tokoh tersebut benar-benar nyata. Ini adalah tahap tersulit sekaligus paling menyenangkan yang selalu membuat saya merasa tertantang. Panjang, melelahkan, namun berujung kepuasan.”

Jadi Anda akan terus menjadi seorang bintang film?

“Sebenarnya tidak juga. Sebab sesungguhnya saya bercita-cita ingin jadi penulis atau pekerja di balik layar. I like to create something! Terutama segala hal yang berhubungan dengan tulis menulis serta fashion designing. Harapannya, satu saat saya bisa menulis novel yang dikembangkan dari kumpulan puisi yang saya buat sendiri dan membuka bisnis label busana rancangan 'Putri Marino'.”

Wait, anda suka menulis puisi?

“Sangat! Dua tahun belakangan, entah kenapa tiba-tiba kegemaran itu mulai muncul terlebih saat sedang menikmati keindahan alam dan waktu mencium aroma kopi. Sederhana, kan? Apalagi saya termasuk orang yang sangat melankolis. Dengan begitu, sedikit saja merasa tersentuh, rangkaian kata sudah bisa terjalin di kepala.”

Anda juga pernah tinggal di Italia. Kesan apa yang paling membekas?

“Waktu kuliah, saya tinggal di kota Bolzano. Lokasinya di Italia Utara yang mana langsung berbatasan dengan negara Austria. Kotanya cantik! Setiap sore pada musim gugur, mereka selalu punya kebiasaan membuat festival minum anggur sambil makan kue-kue tradisional yang lezat. Penyajian wine-nya pun berbeda, yaitu dihangatkan terlebih dahulu, diberi kayu manis, lalu ditambahkan sedikit kulit jeruk. Jadi, di lingkungan tempat tinggal saya, aroma itu selalu merebak sepanjang fall season sambil diiringi dedaunan cokelat kekuningan yang gugur. Nah kalau pagi, yang tercium adalah aroma kopi. Kemanapun saya berjalan, aroma kopi akan ada di mana-mana. Ah! Bikin rindu!”

(Teks: Rengganis Parahita)

A chat with