Life & health

Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari Olimpiade Tokyo 2020

By : Hafizah Rana Dalilah - 2021-08-07 16:00:00 Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari Olimpiade Tokyo 2020

Olimpiade Tokyo 2020 jadi topik yang ramai diperbincangkan sejak pertandingannya dimulai. Bukan tanpa alasan, melainkan pertandingan olahraga dunia ini tak hanya menampilkan keseruan dari perlombaan para atlet, tapi juga banyak pelajaran yang bisa diambil.

Sejumlah atlet dari berbagai negara berhasil mencuri perhatian dengan keunikannya hingga keberhasilannya meraih medali emas. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari Olimpiade Tokyo 2020 dan direnungkan di kehidupan saat ini. Apa saja? berikut deretannya yang dirangkum dari Herworld Singapura.


(Baca Juga: 7 Atlet Pria Di Olimpiade Tokyo 2020 Yang Mencuri Perhatian)


1. Kesehatan mental yang utama

Dalam kasus Simone Biles, kombinasi dari masalah kesehatan mental dan kasus "twisties" membuat peraih medali Olimpiade tujuh kali itu tiba-tiba mengundurkan diri dari final senam tim putri dan tiga acara individu lainnya.

Menghadapi pengawasan media yang ketat, dia akhirnya menyelesaikan Tokyo 2020 dengan dua medali dan pola pikir yang diperbarui. Untuk menjauh dan keluar dari kompetisi untuk mengutamakan kesehatan mentalnya membutuhkan kedewasaan dan keberanian besar dari Biles, dan mungkin dalam proses ini, dia telah menemukan kembali dirinya sendiri.

Dalam sebuah wawancara dengan NBC, dia merangkum penampilannya di Olimpiade: "Saya tidak terlalu peduli dengan hasilnya," tambahnya. “Saya hanya senang bahwa saya membuat rutinitas dan bahwa saya harus bersaing sekali lagi.”


2. Jadi diri sendiri

Ketika kamera mengambil peraih medali emas Olimpiade Tom Daly dengan tenang merajut di tribun, netizen bersuara dan beri komentar. Pemandangan yang menghangatkan hati dari penyelam Inggris yang sedang merajut memberi kami semua kehangatan.

Dirinya entah bagaimana menemukan waktu antara kompetisi dan pelatihan untuk merajut, dan mengatakan "satu hal yang membuat saya tetap waras selama seluruh proses ini adalah kecintaan saya untuk merajut dan merajut dan semua hal menjahit", menurut sebuah wawancara dengan Ilustrasi olah Raga.


(Baca Juga: Ini Alasan Warna Kolam di Olimpiade Rio Berubah Hijau)


3. Lakukan dengan maksimal

Pendayung Olimpiade Joan Poh melakukan hal yang mustahil: menyulap pekerjaan sehari-harinya sebagai perawat dialisis di Rumah Sakit Tan Tock Seng dan pelatihan untuk Tokyo 2020.

Meskipun ia menempati urutan ke-28 dari 32 pesaing dalam kompetisi scull tunggal putri dengan waktu 8:21.23, pencapaiannya menunjukkan ketabahan dan tekad yang sejati. Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, dia menjelaskan dengan rendah hati: “Ketika saya di tempat kerja, saya 100 persen seorang perawat. Saat saya berlatih, saya 100 persen menjadi pendayung. Ini selalu tentang menemukan keseimbangan itu dan membuatnya bekerja.” Poh adalah pendayung Singapura kedua yang mencapai Olimpiade. Kami berharap ini bukan satu-satunya penampilannya.


4. Tidak ada salahnya bertanya

Tidak, kamu tidak hanya menonton film Hallmark, Mutaz Essa Barshim dari Qatar dan Gianmarco Tamberi dari Italia setuju untuk menjadi peraih medali emas dalam lompat tinggi Olimpiade. Setelah kompetisi dua jam yang melelahkan di mana pasangan ini mencatat jarak bebas terbaik mereka masing-masing 2,37m, duo ini memutuskan alih-alih melakukan lompatan, mereka mengajukan pertanyaan emas (permainan kata-kata): “Bisakah kita memiliki dua emas?”.

Ini menandai podium Olimpiade bersama pertama dalam atletik sejak 1912, dan contoh cemerlang tentang apa artinya memiliki sportivitas: “Saya melihat dia, dia melihat saya, dan kami tahu itu. Kami hanya saling memandang dan kami tahu, itu sudah selesai. Tidak perlu," kata Barshim kepada wartawan setelah acara tersebut, menurut Reuters.

“Dia adalah salah satu teman terbaik saya, tidak hanya di trek tapi di luar trek. Kami bekerja sama,” tambahnya. “Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Ini adalah semangat sejati, semangat olahragawan, dan kami di sini menyampaikan pesan ini.”


(Baca Juga: Selamat! Greysia Polii Dan Apriyani Rahayu Raih Medali Emas)


5. Perempuan tidak pantas dilecehkan

Tim senam putri asal Jerman memilih untuk mengenakan busana tertutup sebagai aksi penolakan pelecahan seksual yang masih sering terjadi di dunia olahraga. Pakaian mereka yang tertutup itu juga pernah dipakai saat European Artistic Gymnastics Championships pada April 2021 dan kini di Olimpiade Tokyo 2020. Biasanya mereka memakai kostum leotard yang serupa dengan baju renang, menutupi lengan, dan panjangnya hanya sampai panggul.


6. Siapapun bisa jadi yang pertama

Atlet bulu tangkis asal Indonesia, Greysia Polli dan Apriyani Rahayu berhasil meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Ini kali pertama bagi ganda putri berhasil meraih medali incaran setiap negara itu.

Namun keberhasilan ini bukanlah semata-mata hanya peraihan medali dan berdiri di atas podium pertama, melainkan pesan perjuangan yang patut direnungkan. Setiap orang bisa jadi yang pertama dan melukis sejarah. Dengan perjuangan, latihan, kegigihan dan kekompakan satu sama lain semua bisa terlalui dengan baik.


Itulah pelajaran yang bisa diambil dari Olimpiade Tokyo 2020.

Life & health