Siapa yang tidak kenal dengan kisah seorang anak perempuan bernama Alice yang berpetualang di negeri ajaib 'Wonderland' karya Lewis Caroll? Cerita ikonis ini pun dikembangkan oleh Australian Centre for the Moving Image (ACMI) menjadi ekshibisi penuh inovasi yang akan diselenggarakan di Museum ArtScience, Singapura, pada 13 April hingga 22 September 2019.
Ekshibisi yang mengangkat tema 'Wonderland' ini mengambil inspirasi dari sejumlah cerita karya Lewis Carroll, seperti Alice Adventures in Wonderland dan Alice Through the Looking Glass yang telah diadaptasi puluhan kali untuk keperluan layar lebar dalam kurun waktu lebih dari satu abad. Hal ini membuat Alice in Wonderland dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam melacak sejarah gambar bergerak melalui tampilan pameran yang memetakan pergeseran budaya, teknologi, dan sosial dari masing-masing interpretasi visual para pembuat film tentang Alice dan petualangannya.
(Baca juga artikel: Pop Up Booth Spring Summer 2019 Kate Spade di Singapura)
Mulai dari adaptasi layar perdananya di tahun 1903 oleh Cecil M. Hepworth hingga film blockbuster kontemporer yang diluncurkan pada tahun 2000-an, ekshibisi 'Wonderland' juga menampilkan perkembangan dalam efek khusus dari hiburan pra-sinematik pada film bisu, animasi untuk boneka, film live-action, CGI, 3D dan lainnya. Film seperti Alice Au Pays des Merveilles karya Lou Bunin (1949), Alice karya Jan Svankmajer (1988), Alice in Not So Wonderland karya Quay Bersaudara (2007), dan versi televisi oleh penyiar BBC dan NBC juga akan ditampilkan di pameran ini.
“Pengunjung disarankan untuk hadir dan mengalami sendiri keajaiban 'Wonderland'. Hal ini sama fantastisnya dengan teks asli karya Lewis Carroll yang telah memikat dan menginspirasi lintas generasi pembaca sejak pertama kali diterbitkan pada lebih dari 150 tahun silam. 'Wonderland' akan membawa pengunjung masuk ke lanskap imajinasi Alice, bertemu para makhluk yang terkenal dalam kisah-kisahnya dan menjelajahi dunianya dengan suguhan yang kreatif dan membuat penasaran. Ada pun pintu rahasia yang wajib ditemukan, laci misterius untuk digeledah dan koridor berliku untuk menavigasi yang disertai dengan alat peraga yang unik dan pengalaman digital yang luar biasa dengan menampilkan kisah Alice menjadi nyata. Di 'Wonderland', realita sungguh ditangguhkan. Semakin penasaran Anda, semakin banyak yang akan Anda temukan," kata Honor Harger selaku Direktur Eksekutif Museum ArtScience.
Di ekshibisi ini, para pengunjung dapat memasuki dunia ajaib dengan elemen latar teatrikal yang interaktif, dilengkapi dengan alat peraga unik serta karya seni audiovisual yang menakjubkan. Ekshibisi ini mengungkap bagaimana para seniman dan pembuat film menuangkan Alice dan kisahnya selama lebih dari seabad. Sejak penampilan pertamanya pada tahun 1865, Alice telah menghibur penonton di lebih dari 40 film dan 30 program televisi, serta menjadi ikon subkultur melalui kehadirannya di beberapa video musik, video game, high fashion, iklan dan masih banyak lagi.
Pameran ini mencakup lebih dari 300 artefak dan benda lainnya, termasuk koleksi buku edisi pertama, gambar, kostum asli, film, proyektor lentera ajaib, animasi, boneka, hingga karya asli desainer teater Anna Tregloan, dan studio digital kreatif, seperti Sandpit, Grumpy Sailor dan Mosster Studio.
(Baca juga artikel: 8 Tempat Makan Wajib Coba di Singapura)
“Pameran yang dikemas oleh ACMI ini menampilkan adaptasi gambar bergerak dari mainan optik edisi awal hingga serangkaian teknologi baru yang digunakan dalam pembuatan film karya Carroll. Melalui 'Wonderland', pameran interaktif ACMI memungkinkan para pengunjungnya untuk dapat menjelajahi keajaiban kerajinan film yang mampu menanamkan cerita dalam imajinasi kita bahkan hingga lintas generasi. Kami sangat senang melihat pameran ini menjadi nyata untuk pertama kalinya di Museum ArtScience,” ungkap CEO dan Direktur ACMI, Katrina Sedgwick.
Tiket masuk akan mulai dijual pada 1 April 2019 di pintu masuk dan situs Marina Bay Sands.