Life & health

10 Sosok 'Women Of The Year 2019' HerWorld Indonesia

By : Rahman Indra - 2019-10-19 14:10:00 10 Sosok 'Women Of The Year 2019' HerWorld Indonesia


Tahun ini, herworld Indonesia kembali mengusung program 'Women of the Year 2019' yang memilih tokoh perempuan sukses dan berprestasi yang tak henti menginspirasi. Capaian yang diraih tak hanya untuk diri sendiri, tapi juga memberi manfaat lebih buat orang lain dan sekitarnya. 

Terdapat 10 perempuan dengan latar belakang berbeda yang masuk dalam daftar penerima penghargaan 'Women of the Year 2019'. 

Masing-masing berasal dari berbagai bidang, diantaranya teknologi, bisnis, budaya, digital, content creator, pemerhati kesetaraan gender, hingga industri kreatif. Beberapa di antaranya juga menunjukkan kepedulian yang besar terhadap kemajuan kaum perempuan lainnya. 

Siapa saja mereka? 

(Baca juga: 13 Sosok 'Women of the Year 2018' herworld Indonesia) 


1. Alti Firmanyah, 36, Komikus


Punya hobi menggambar sejak kecil nyatanya berhasil mengantarkan perempuan lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini pada salah satu pencapaian terbesarnya yaitu menjadi Line Artist bagi Marvel Comics. Sejauh ini, sudah 18 nomor yang ia gambar. Mulai dari seri Star Lord and Kitty Pryde, X-Men ‘92, Gwenpool, Thor vs Hulk, hingga The Unstoppable Wasp, semua dikerjakannya sejak tahun 2015 sesaat setelah talentanya ditemukan oleh C.B. Cebulski yang pada saat itu masih bekerja sebagai Marvel Talent Scout di wilayah Asia Tenggara. 


2. Wida Winarno, 53, Founder Indonesian Tempe Movement



Ingin mempromosikan Indonesia lewat makanan membuat Wida, ayahnya, dan anaknya mendirikan Indonesian Tempe Movement, sebuah gerakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan tempe dan khasiatnya. Punya latar belakang di bidang food and bio technology membuat Wida sangat tertarik dengan tempe karena makanan asli Indonesia ini adalah makanan non-daging satu-satunya yang mengandung vitamin B12.  


3. Nury Sybli, 41, Penggerak Literasi


Bak pahlawan tanpa tanda jasa, perempuan asal Banten ini berhasil kenalkan aksara dan bawa perubahan besar pada kehidupan masyarakat Baduy. Mulai efektif keluar masuk Kampung Balimbing dan mengajar pada tahun 1999, Nury berlakukan metode pengajaran berbeda yang tak diajarkan di sekolah formal. Tak disangka, repson mereka amat postif. Berawal dari dua anak hingga tak terhitung jumlahnya, ia bahkan sempat kewalahan karena keingintahuan mereka amat besar. 


4. Andra Alodita, 33, Content Creator 



Berawal dari profesinya sebagai fotografer dan blogger, Andra kini memiliki 252.000 followers di Instagram. Namun, peluang dan networking sebagai content creator yang luas ini nyatanya belum bisa mengisi kekosongan hatinya. Andra pun memutuskan untuk membuat konten yang berguna bagi orang banyak, seperti kisahnya sebagai IVF survivor yang sempat dibagikan dulu. 


5. Veronika Linardi, 37, Founder & CEO Qerja.com, Jobs.id, dan Karir.com


Berangkat dari relasi dan kepercayaan yang baik antara teman dan klien, perempuan yang sempat bekerja di CNN New York City sebagai Media Engineer ini akhirnya berhasil membuka situs Qerja.com setelah sukses di perusahaan yang juga dibuatnya sendiri, yaitu Linardi Associate. “Ketika tawaran investasi datang, mereka langsung minta saya untuk bikin digital platform. Karena perusahaan saya berbasis offline dan mereka mau menanamkan modal secara online, jadi kita sepakat untuk merealisasi ide tersebut di tahun 2014 dengan saya sebagai CEO dan founder-nya. Ternyata respon masyarakat sangat baik!”



(Women of the Year 2019. Foto: Dok/herworldindonesia) 


6. Tety Sianipar, 32, Co-Founder & Chief Technology Officer Kerjabilitas.com


Berdiri pada 2014, Kerjabilitas adalah wadah bagi pencari kerja disabilitas. Tety mengaku ide ini justru datang dari Rubby Emir selaku CEO dan keduanya pun memutuskan untuk membangun Kerjabilitas. Ketertarikan Tety pada disabilitas berawal sejak dirinya terlibat dengan program pemberdayaan pada 2012. 


7. Hannah Al Rashid, 33, Aktris & Penggerak Perubahan




Meski mengaku pengetahuan dan perjuangannya masih sangat dini dibandingkan teman-teman aktivis lain tentang feminisme, namun Hannah tetap menjalankan niatnya dengan serius. Panggilan ini pun sudah dirasakannya sejak kecil di mana ia merasa punya ‘a very high sense ofawareness’ terhadap ketidakadilan terutama yang berhubungan dengan ketimpangan gender. Menghabiskan masa kecil di Inggris dan kembali ke Indonesia saat mulai dewasa, yang ia temukan justru kasus-kasus pelecehan terhadap perempuan yang jauh lebih parah. Ia sendiri pun sempat menjadi korban perlakuan kurang menyenangkan di ruang publik. Sejak itu lah ia merasa harus melantangkan perlawanan dan ketidaknyamanannya. 


8. Hana Madness, 27, Seniman/Visual Artist


Divonis memiliki gangguan mental Bipolar tipe 1 pada tahun 2013 dan sempat dianggap mengidap Schizophrenia di masa awal kuliah, nyatanya tak membuat perempuan bernama asli Hana Alfikih ini tenggelam pada stigma. Ia justru berhasil menghantam dan meruntuhkan semua tuduhan ‘gila’ yang pernah dilayangkan pada dirinya bahkan dari keluarganya sendiri. 



9. Chitra Subijakto, 46, Founder & Creative Director Sejauh Mata Memandang



Terinspirasi dari pakaian khas Indonesia seperti kebaya dan baju bodo, Chitra mendirikan Sejauh Mata Memandang, sebuah karya fashion yang timeless dengan harapan untuk bisa diturunkan ke anak-cucu nanti. Setiap desainnya yang unik nyatanya terinspirasi dari hal-hal kecil di sekitar Chitra, baik dari alam mau pun makanan. 



10. Naila Novaranti, 38, Atlet & Instruktur Sky-Diving


Berawal saat menjadi seorang sekretaris di sebuah perusahaan parasut Amerika, Naila tertarik untuk mencoba terjun payung atau sky-diving. Tak ada yang menyangka bahwa rasa ingin tahu dan kegigihannya kala itu sukses membawanya ke enam benua di dunia untuk melancarkan aksinya. Kini, ia tengah bersiap untuk terjun di benua Antartika pada akhir tahun ini. Jika misinya ini berhasil, ia akan menjadi orang Indonesia pertama yang sukses menaklukkan tujuh benua.

Life & health