Life & health

Ask Manalyst with Mikael Jasin: Seputar Dunia Pria

By : Rahman Indra - 2019-01-31 15:18:00 Ask Manalyst with Mikael Jasin: Seputar Dunia Pria


Dulu saya hampir menikah dengan seorang pria yang sudah saya kencani selama delapan tahun. Namun karena satu dan lain hal, akhirnya semua batal. Lima tahun berselang, ia kini telah menikah. Namun, belakangan ia kerap menghubungi saya dan menyatakan bahwa ia rindu ingin bertemu sambil menyelipkan kalimat ‘I still love you’ di pesan singkatnya. Saya pun langsung menghindar dan memutus semua koneksi dengannya. Pertanyaannya, mengapa ia seperti itu padahal dulu ketika saya memintanya untuk kembali berbaikan ia bahkan tak mau?


Just stay away from him. Dari perspektif saya sebagai seorang pria, sepertinya ia sedang bosan dengan kehidupan yang kini sedang dijalaninya sehingga mulai teringat-ingat momen kebersamaannya dengan Anda di masa lalu. Perlu diingat, seseorang selalu tertarik dengan sesuatu yang tak bisa mereka miliki.


Sebagai perempuan, saya sering merasa tak percaya diri dengan bentuk tubuh, terlebih jika sudah menyangkut urusan pasangan. Saya selalu merasa insecure padahal pasangan saya tak pernah mempermasalahkannya. Saya saja yang sering iri ketika tahu mantan-mantan pacarnya teramat seksi. Bagaimana saya bisa membangkitkan rasa percaya diri di tengah insekuritas itu?


Be yourself. Toh pasangan Anda memilih untuk bersama Anda dengan pertimbangan tertentu, kan. Jadi rasanya hal tersebut sudah cukup jadi alasan untuk bisa berdamai dengan diri sendiri. Beauty is not only skin deep. Bahkan bicara dari pengalaman pribadi, daya tarik fisik sifatnya tak bertahan lama. True beauty lies in confidence. Tak hanya itu, keterikatan hubungan yang baik satu sama lain dan kemampuan Anda untuk selalu bisa menciptakan perbincangan penuh makna juga merupakan definisi cantik yang sesungguhnya. Attraction comes from within.


Selama 3 tahun ini saya sedang menjalin hubungan dengan seorang pria. Kami merasa sangat cocok hingga rasanya tak ada yang mampu memisahkan. Semua berjalan baik dan hampir mencapai titik keseriusan. Saya sudah kenal dengan keluarganya dan diterima dengan sangat baik. Permasalahannya, kami berbeda keyakinan. Sampai saat ini, saya masih belum berani menyatakan pada orangtua saya. Masih backstreet. Egoiskah itu? Apa jalan terbaik yang harus saya ambil? 


Kita sedang hidup dalam satu persimpangan waktu di mana budaya lama dan budaya baru bertemu. Sebagai seseorang yang dibesarkan di lingkar kultur yang sama, yaitu Asia, saya bisa mengerti kekhawatiran Anda. Maka untuk menjawabnya, saya rasa Anda sudah cukup dewasa untuk bisa memutuskan yang terbaik. Jika permasalahannya adalah keluarga, toh nantinya dalam hubungan ini Anda juga akan membentuk keluarga baru. Artinya, jika memang itu yang Anda inginkan, you should fight for it. Karena, having different religion do not mean that you cannot start a family together. Selama Anda berdua punya pandangan dan nilai hidup yang sama, maka semua akan baik-baik saja. Untuk masalah orangtua, jika mereka menyayangi Anda, pasti mereka akan menerima keputusan itu. Memang butuh waktu, namun time heals everything.


(Teks: Rengganis Parahita. Foto: Hanafi)

Life & health