Life & health

Review Film: 'Bumblebee'

By : Rahman Indra - 2018-12-20 10:37:00 Review Film: 'Bumblebee'


Menjadi prekuel dari seri The Transformers (1-5), film Bumblebee secara mengejutkan memberi suguhan cerita yang asik buat ditonton. 

Autobot B-127 yang lucu menggemaskan berwarna kuning menyala itu punya kisah sendiri yang menyasar bumi setelah planet Cybertron tempatnya berdiam diserang Decepticon. Diadopsi Charlie Watson, remaja perempuan berusia 18 tahun, keduanya lalu menjalin hubungan persahabatan yang unik, sekaligus menyenangkan. 

Bumblebee jadi petualangan B127 dan Charlie yang saling 'menemukan' satu sama lain, sekaligus memerangi kejahatan dengan cara mereka sendiri. Menghibur sekaligus menarik untuk diikuti. 

(Baca juga: Review Film: The Meg)

Film Bumblebee dibuka dengan adegan serangan Decepticon di planet Cybertron, di mana Autobot berdiam. Di tengah suasana yang chaos, B-127 seperti diminta Optimus Prime menyelamatkan diri ke bumi. 

Jatuh di area latihan militer, B127 berhadapan dengan Captain Ahab (John Cena) dan juga Decepticon yang menyusulnya. Dalam keadaan sekarat, ia kehilangan memori dan suara. Namun bertahan hidup dengan mengubah diri menjadi VW Beetle. 


(Bumblebee. Foto: Dok/ParamountPictures)


B127 dalam wujud VW Beetle kemudian ditemukan dan diadopsi Charlie Watson (Hailee Steinfeld), remaja perempuan yang jago mekanik karena turunan dari hobi ayahnya. Tak lama setelah 'dihidupkan' kembali, B127 tanpa sengaja kemudian menampakkan dirinya sebagai Autobot. Berhubung suara yang ditimbulkannya seperti tawon, Charlie memanggilnya 'Bumblebee'. 

Dari hubungan yang awalnya canggung, keduanya menjalin pertemanan yang menyenangkan. Bumblee mendorong keberanian Charlie, sementara Charlie mengenalkannya pada musik dan memberinya 'suara'. 

Sementara itu, Decepticon menemukan sinyal keberadaan B127. Mereka kembali menyerang. Pertarungan antara pasukan Decepticon dan militer, membuat Charlie dan Bumblebee terdesak. Petualangan keduanya tak lagi sama, karena mesti bertahan dan menyelamatkan diri. 

(Baca juga: Review film:  Alpha)

Plot yang ditulis Christina Hodson (Unforgettable) menjadi satu kekuatan tersendiri dari film Bumblebee, terutama jika dibanding film Transformers sebelumnya. Dan ini secara mengejutkan menjadikannya berbeda dan juga unggul karena tak lagi hanya mengandalkan CGI atau efek visual akan autobot canggih yang berubah bentuk dan menunjukkan aksi mengesankan, tapi lebih dari itu.

Hubungan Charlie-Bumblebee menjadi salah satu alur cerita yang menjadikannya menarik. Mengingatkan pada pertemuan manusia-alien di E.T atau kisah-kisah lainnya yang kerap diangkat Hollywood, tapi kali ini dengan sentuhan yang berasa lebih 'real'. 


(Bumblebee. Foto: Dok/ParamountPictures)


Travis Knight, sebagai sutradara, dengan cerdas menghadirkan autobot yang berbicara dan bertindak layaknya manusia, meski kita tahu itu Autobot atau Transformers. Animator yang pernah membuat Kubo and the Two Strings (2016) ini menyuguhkan keunikan tersendiri lewat aksi menggemaskan Bumblebee. 

Di luar itu, Hailee Steinfeld menghidupkan Charlie dengan emosi yang terbangun dengan baik. Kisah hidup di sekitarnya pun menjadi yang paling ditunggu, dibanding adegan para autobot. 

Karaktenrnya dibangun dengan pasti, dari mulai remaja yang hobi musik The Smith, otomotif, dan seorang atlet loncat indah yang rapuh karena kehilangan ayahnya. Di sisi lain, ia juga seorang kakak dari adik laki-lakinya yang lugu, seorang bekerja paruh waktu, mendapatkan bully dari kelompok Mean Girls, dan dikagumi diam-diam oleh tetangganya Memo (Jorge Lendeborg Jr). 

Bumblebee kemudian menjadi film yang asik ditonton dari awal hingga akhir. Dan, aksi para autobot disini bisa jadi lebih baik dibanding the Transformers. 

Film Bumblebee tayang di bioskop mulai 19 Desember 2018. 


Life & health