Fashion

POWER DRESSING DRAMA

By : Maureen Lim - 2013-11-11 11:23:12 POWER DRESSING DRAMA

Kemewahan megah gemerlap menyelimuti kota Paris di era awal tahun 1910an. Kota ini tak pernah tidur, gaya hidup dan dekadensi merebak sampai ke titik yang paling maksimal. Masa yang disebut sebagai Belle Epoque dan juga Golden Age ini adalah masa puncak kemeriahan seni, literatur, musik, teater, dan seni rupa yang melanda kaum borjuis, kalangan yang disebut juga dengan Tout-Paris (All of Paris). Dinamika hidup mewah ini tentu diikuti dengan cara berpakaian warga kota terutama kaum perempuannya. Rumah-rumah mode bermunculan untuk memenuhi kebutuhan tampil fashionable yang membludak. Rumah mode Callot Seurs, Chanel, Madeleine Vionnet, Maison Grampayre, dan Paul Poiret, menciptakan gaun-gaun yang sangat mengandalkan penggunaan kain-kain mewah dan glamor, demi mengimbangi pesta-pesta di kota Paris yang semakin malam semakin bertabur keriaan.

            Di masa ini muncul istilah haute couture, suatu proses pembuatan pakaian secara inggil dan hanya dibuat satu saja. Masih belum cukup, haute couture melebar ke permintaan atas penggunaan feathers dan furs dari hewan-hewan perburuan yang mahal. Café Maxim, restoran paling glamor di Paris, Café de Paris, dan tempat cabaret Moulin Rouge, padat dipenuhi pebisnis sukses, orang kaya baru (nouveau-riches), expatriate, yang necis dan perempuan-perempuan berbalut haute couture.

            Di tengah-tengah kemeriahan tersebut tiba-tiba, tanggal 3 Agustus 1914, Jerman mendeklarasikan perang terhadap Prancis. Tentara-tentara Hitler masuk Paris, tank-tank berat melindas apa saja sesuka hati, pesawat-pesawat pembom berterbangan mengintai titik-titik penting kota. Semua orang tersentak dari kemewahan yang selama ini sudah mendarah daging. Orang-orang kaya dari berbagai negara atau yang menetap di Paris yang setiap hari menikmati Joie de vivre (joy of living) langsung hengkang meninggalkan Paris tanpa keinginan untuk kembali lagi. Pesta-pesta mendadak lenyap.

Perputaran ekonomi melemah, warga Paris berpikir ratusan kali untuk mengeluarkan uang untuk pesta dan gaya hidup, apalagi untuk membeli baju-baju mewah, hal-hal boros harus segera dihindari. Pemandangan sehari-hari lebih banyak didominasi rombongan tentara Jerman yang hilir mudik dengan senjata, dan tentu saja suara-suara ledakan dari muntahan pesawat-pesawat pembom yang membuat ciut siapa pun.

Fashion