A chat with

A Chat with Maudy Ayunda: 'Story of the Storyteller'

By : Rahman Indra - 2019-02-26 14:05:00 A Chat with Maudy Ayunda: 'Story of the Storyteller'


Maudy Ayunda (24) memulai tahun dengan kegiatan baru. Mulai dari program edukasi, proyek buku hingga perawatan rambut. 

Simak wawancara eksklusifnya dengan herworld Indonesia, untuk edisi khusus di mana ia menjadi model sampul edisi Februari 2019. 


Selamat atas peluncuran buku cerita anak karangan Maudy! Bisa ceritakan ide awal pembuatannya?

Saya sudah menulis cerita sejak berumur 10 tahun dan untungnya masih menyimpan tulisannya di archive. Saat itu penerbit buku saya, Bentang Pustaka, mencetuskan ide untuk menerbitkan cerita-cerita ini dalam sebuah buku anak. Setelah mengkurasi sekitar tujuh cerita, ada empat cerita yang diterbitkan. Buku ini ditujukan untuk anak-anak umur 3-8 tahun. Ceritanya dibuat berdasarkan pengalaman anak berusia 10 tahun seperti boneka kesayangan, teman baik, keinginan untuk punya hewan peliharaan. Proses pembuatannya sendiri memakan waktu selama enam bulan.


Bagaimana dengan pemilihan ilustrasinya?

Bicara soal buku anak, gambar memegang peranan yang sangat penting. Saya pun memilih langsung ilustratornya karena ingin karakter Kina benar-benar terpancar. 


Apa kesulitan yang paling dirasakan?

Ternyata menulis buku anak-anak berbeda dengan menulis untuk orang dewasa atau remaja. Pemahaman anak-anak kebanyakan didapat dari alam bawah sadar jadi banyak hal yang harus dipikirkan dengan matang. Saya harus bisa menyampaikan pesan secara cepat dengan pilihan kata yang terbatas. Jadi lebih sulit proses memilihnya, mana kata yang mengulang, mana yang penting, atau justru mana yang harus diulang terus.


Apa yang berbeda dari buku cerita anak lainnya?

Secara teknis, ‘penulis’ buku ini adalah anak 10 tahun. Buku ini juga menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia agar bisa membantu mereka belajar kosakata dalam dua bahasa tersebut. 


Pesan moral apa yang ingin disampaikan lewat buku ini?

Setiap buku memiliki cerita yang berbeda sehingga pesan moral yang ingin disampaikan juga beragam. Ada yang tentang cara merawat barang-barang kesayangan, membentuk mindset untuk memperbaiki bukan mengganti. Ada juga soal pertemanan bukanlah sesuatu yang eksklusif. 


Maudy juga terlibat dalam Maudy Ayunda Foundation. Bisa ceritakan proses berdirinya?

Ini adalah sebuah program yang sudah saya pikirkan dari tahun lalu. Saya ingin membuat sebuah komunitas di mana saya bisa mentoring anak-anak di semester pertama kuliah selama tahun. It’s a personal thing, personally initiated, personally funded. Bahkan saya membaca setiap esai dari ribuan aplikasi yang dikirimkan ke kami. Setelah melalui proses wawancara, terpilihlah 34 orang yang akan mengikuti kelas mentoring ini.



(Foto Glenn Prasetya. Pengarah Gaya Bimo Permadi. Asisten Pengarah Gaya Yolanda Deayu. Tata Rias Wajah Philipe Karunia. Tata Rambut Jeffry Welly. Busana Bcbg Max Azria. Aksesori Alenka & Margo. Digital Imaging Nugroho Adi Santoso Studio 47)


Program apa saja yang sudah diadakan?

Sejauh ini masih tentang program mentorship dan beasiswa karena jujur masih terbatas pada waktu. Mungkin karena semuanya masih dilakukan sendiri. Intinya dalam program mentorship ini saya mengkurasi kurikulum selama setahun yang bisa membantu mereka dalam belajar, mengadakan sharing session dan workshop. Saya juga mengajak mereka mengikuti kegiatan saya seperti seminar atau talkshow. Salah satunya di Indonesia Millennial Summit 2019 di mana saya membahas seputar etika anak muda dalam bersosial media. Karena sebagian besar peserta datang dari luar kota Jakarta, kami memaksimalkan fasilitas yang ada seperti Skype.


Aktif di berbagai kesibukan, bagaimana cara Maudy menjaga kesehatan?

Dengan memiliki waktu tidur yang cukup, berolahraga, dan menjaga makanan. Saya juga tidak berani jajan sembarangan. Saya sangat suka buah. Sekarang saya juga senang mengikuti kelas seperti barre fitness. Tapi saya selalu berusaha memadukan semua jenis olahraga.


Maudy identik dengan rambut panjang. Punya perawatan rambut khusus?

Jujur, saya tak punya banyak waktu untuk melakukan perawatan spesial pada rambut. Saya lebih percaya bahwa what’s best for your hair is what your hair gets every day, jadi bukan yang hanya dilakukan sesekali saja. I always invest on good shampoo and conditioner.


Pernah mengalami momen tak terlupakan yang membuat gaya rambut awut-awutan?

Pernah! Saat saya harus promo ke radio, di mana biasanya jadwal radio harus on-time, saya justru terjebak dalam situasi macet yang parah. Akhirnya, saya memutuskan untuk turun dari mobil dan menggunakan ojek online. Karena harus mengenakan helm, otomatis rambut saya langsung awut-awutan sesampainya di lokasi. Untungnya saya selalu membawa Pantene Perfec+ON. Jadi cukup diaplikasikan satu tetes ke rambut, kibas-kibas, bentuknya langsung kembali ke semula. Apalagi setelah promo masih ada sesi foto, jadi wajib untuk selalu stand by di tas.


Lalu, seperti apa tatanan rambut Maudy sehari-hari?

Biasanya digerai karena saya memang paling suka digerai. Bahkan rasanya saya hampir tidak pernah memotong rambut model pendek. Tapi sesekali saya juga senang diikat atau digulung menjadi bun.


Punya pengalaman berkesan selama menjadi Brand Ambassador Pantene?

Setiap kegiatan yang dilakukan Pantene sangat mengedepankan women empowerment, bahwa strong is beautiful. Dengan menjadi seorang brand ambassador, saya merasa menjadi bagian dalam gerakan yang sama-sama membantu pemberdayaan perempuan. Dan dalam prosesnya, saya semakin percaya bahwa saya juga bisa kuat.


(Teks: Kiki Riama Priskila. Foto Glenn Prasetya. Pengarah Gaya Bimo Permadi. Asisten Pengarah Gaya Yolanda Deayu. Tata Rias Wajah Philipe Karunia. Tata Rambut Jeffry Welly. Busana Karen Millen. Aksesori Alenka & Margo. Digital Imaging Nugroho Adi Santoso Studio 47)

A chat with