Lahir di Medan, Nada kecil ternyata banyak menghabiskan waktu berpindah
kota karena mengikuti pekerjaan sang ayah. "Waktu TK, saya pernah
tinggal di Sukabumi, lalu pindah ke Balikpapan. Saat SMA, saya pindah
ke Jakarta. Bisa dibilang, saya ‘dipaksa’ untuk beradaptasi
dengan banyak lingkungan baru," kenangnya.
Segudang Cita-Cita
Bergonta-ganti
lingkungan sejak kecil nyatanya membuat Nada punya segudang
cita-cita. Ia mengaku, sejak kecil sering dipakaikan baju-baju lucu
oleh ibu. "Namanya Mama senang punya anak perempuan, jadi sejak
saya TK, Mama senang memakaikan baju-baju lucu. Ternyata, saya mulai
ada ketertarikan pada fashion,"
lanjut Nada. Namun sejak duduk di bangku SD, ia mengaku memiliki
passion baru
di bidang melukis. "Saya sering ikut lomba melukis di tingkat kota
hingga provinsi. Tahun 2005, saya sempat menang juara 1 lomba melukis
dalam rangka perayaan ulang tahun kota Balikpapan. Ini adalah
pengalaman yang benar-benar tidak bisa dilupakan, apalagi
penghargaannya diberikan langsung oleh Walikota," kenang Nada.
Bukan hanya memiliki ketertarikan dalam bidang fashion
dan melukis, nyatanya Nada juga
mulai tertarik untuk bernyanyi. "Lucunya, saya adalah orang yang
sangat pemalu. Tapi saya bertekad untuk bisa bernyanyi. Akhirnya saya
mencoba berlatih bernyanyi di dalam lemari agar tidak ketahuan orang
rumah, khususnya Mama," lanjutnya sambil tertawa. Meski begitu,
saat acara perpisahan sekolah, ia memutuskan untuk tampil demi
membuktikan pada sang Mama bahwa ia juga bisa bernyanyi. "Basically,
sejak kecil saya sudah mencoba
banyak hal yang berbau seni," ujar Nada.
Ia mengaku, rasa penasaran untuk mencoba banyak hal ini terjadi lantaran
dirinya yang sudah terbiasa punya jadwal kegiatan padat sejak SD.
Mulai dari bimbingan sekolah, les Bahasa Inggris, berenang,
hingga piano sudah jadi kegiatan harian yang harus dilakukan setiap
minggunya. "Dulu mungkin rasanya lelah. Tapi semua pasti ada
hikmahnya karena sekarang saya setidaknya bisa melakukan banyak hal.
Thanks to my Mom," lanjut Nada.
Berkembang Lewat Blog
Dengan banyaknya ketertarikan, bukan berarti Nada tidak pernah merasa
bingung dengan tujuan hidupnya. "Saya menghabiskan cukup banyak
waktu berada dalam fase yang membingungkan. Mana yang kira-kira ingin
saya seriusi? Bahkan, Papa sempat menyarankan agar saya menjadi
dokter. Tapi kecintaan saya terhadap seni selalu ada, hanya saja
belum tahu, seni apa yang ingin saya kejar?" jelasnya.
Hingga akhirnya pada tahun 2009, Nada diminta untuk membuat sebuah blog oleh
guru di sekolah. Bisa dibilang saat itu adalah era blogging.
Nama-nama besar seperti Raditya Dika
dan Diana Rikasari tengah menjadi topik pembicaraan yang hangat di
kalangan anak muda saat itu. "Saat itulah, saya memanfaatkan blog
untuk menceritakan hal-hal yang saya sukai. Saya mulai membuat
‘Outfit of the Day’, review film
yang disukai. Tak disangka, blog saya mendapat nilai paling bagus di
kelas. Itulah yang akhirnya membuat saya terus semangat melanjutkan
blogging,"
lanjut Nada. Hingga akhirnya blog
tersebut fokus untuk membahas
fashion.
Lewat blog, Nada mengaku dirinya banyak berkenalan dengan orang-orang yang
bergelut di bidang fashion. Bahkan,
ia jadi sering diundang ke acara fashion
week, khususnya modest
fashion. "Misalnya di Turki, Qatar
hingga Dubai. Jadi saya punya banyak pengalaman dalam melihat sisi
modest fashion di
dalam dan luar Indonesia. Ternyata, fashion
Indonesia sangat variatif. Kita juga
punya banyak potensi untuk memimpin. Hanya saja saat itu, belum
banyak opsi yang bisa dipilih, khususnya untuk baju Muslim," jelas
Nada. Keinginan baru pun muncul. "Saat itu saya berpikir bahwa
suatu hari nanti saya ingin bisa punya brand
modest fashion," lanjutnya. Tak
lama, lahirlah label Nada Puspita pada 2015.
 
Dengarkan cerita orang karena dari sana kita bisa terinspirasi. Selalu peka terhadap tanda-tanda apa yang Tuhan kasih.
 
Nada Puspita
Nada mengaku dirinya memulai label modest
fashion dengan koleksi scarf.
"Saat itu saya belum ada basic
business, jadi saya mulai dari yang
paling mudah dulu. Kebetulan, pembaca saya banyak yang penasaran akan
cara saya memakai hijab. Selain itu, pashmina
atau scarf
juga sedang tren. Lalu saya mulai
mencoba membuat motif scarf,"
kenangnya. Meski begitu, ia mengaku belum punya rencana serius untuk
membesarkan brand-nya
terebut.
Hingga akhirnya pandemi muncul dan semua orang harus berada di rumah. Nada
pun menggunakan momen itu untuk introspeksi dan refleksi diri. Ia
mulai memikirkan masa depan. Dalam hati kecil, rasanya ada sesuatu
yang belum terpenuhi. Lalu, Nada sempat teringat pesan almarhum sang
ayah. "’Nada Puspitanya jangan dilepas, ya,
sayang. Bagus itu untuk masa
depanmu.’ Itu yang terngiang di pikiran saya. Di situ juga saya
sadar bahwa mungkin saya tidak perlu keliling dunia untuk menemukan
tujuan hidup. Mungkin selama ini yang saya cari sebenarnya sudah ada
di depan mata," kenang Nada.
Sejak saat itu, ia pun mencoba untuk lebih serius menggarap Nada Puspita.
"Saya berusaha menggali pengetahuan lebih dalam tentang cara
menjalankan bisnis, tim apa saja yang dibutuhkan, apakah kami butuh
partner, mau
produksi ke mana. Hingga akhirnya terbentuklah tim yang lebih besar,"
lanjut Nada. Tak terasa, sejak pandemi hingga hari ini, Nada Puspita
telah berhasil membuka 11 toko offline.
Nada pun sadar bahwa untuk bisa
berkembang, ia memerlukan tim yang besar pula.
Kegigihannya berjuang untuk membangun label Nada Puspita berhasil menoreh
prestasi. Pada 2022, Nada Puspita mendapatkan penghargaan Rising New
Brand by Modestalk Reader’s Choice Award. Pada 2023, label ini juga
turut berpartisipasi dalam ajang New York Fashion Week. Meski banyak
penghargaan dan prestasi yang diraih, Nada mengaku hal ini justru
menjadi tantangan baru untuk bisa meningkatkan engagement
lebih baik dari sebelumnya.
Ketika ditanya soal harapan pada tahun depan, Nada berharap dirinya bisa
membuka lebih banyak toko offline.
"Walau sebenarnya orang sering
bilang online lebih
menarik, tapi offline client tetap
lebih banyak. Selain itu, saya juga sudah menyiapkan banyak konsep
dan motif baru untuk scarf.
Harapannya, Nada Puspita bisa
memenuhi segala kebutuhan fashion
from head-to-toe untuk teman-teman
berhijab. Tahun depan, akan lebih banyak lagi variasi produk untuk
mendukung modest lifestyle di
Indonesia," ujar Nada.
Mengenang Sosok Papa
Kedekatan Nada dengan sosok ayah bisa dibilang jadi salah satu yang membentuk
hidupnya saat ini. "My father was a
very wise man," ungkap Nada. Ia
tahu bahwa ayahnya adalah sosok yang sangat baik. Namun, semenjak
sang ayah meninggal, semakin banyak kebaikan yang terungkap dari
orang-orang luar. "Sejak saya kecil, Papa selalu menemani saya
berlatih melukis, walau Papa harus tertidur karena menemani sampai
malam. He’s always there. Ketika
saya down, Papa
yang selalu menyemangati. Energi positif Papa yang selalu saya
rindukan hingga saat ini," kenang Nada. Ia juga berharap bahwa
dengan menjalankan label Nada Puspita, ia bisa terus merasakan
kehadiran sang ayah dalam hidupnya. "Saya berharap Nada Puspita
bisa hidup selama-lamanya," ujar Nada.