Being Comfortable with Eva Celia

Di usia yang muda dan memiliki banyak pilihan hidup yang sulit, Eva Celia, 30, belajar untuk tetap menjadi dirinya sendiri.
Eva Celia mengenakan busana dari Calvin Klein

Cropped t-shirt, cropped, jacket, sweat pants, white sneakers, Calvin Klein.

Hai, Eva! Sekarang Eva punya pola makan baru, bagaimana ceritanya?

I grew up eating everything, ‘cause I love food. Mulai dari junk food, comfort food, I love them all. Hingga suatu hari, ada perasaan tidak nyaman di badan. Mulai ada banyak keluhan yang ternyata baru saya rasakan tapi tak bisa dibicarakan ke siapa-siapa. Jadi, saya harus struggle dengan hal itu sendirian. Akhirnya saya bertemu dengan ahli nutrisi dan ia menjelaskan bahwa semua hormoneimbalances yang saya rasakan, bisa diatasi dengan pola makan yang tepat. Awalnya saya tidak sadar bahwa apa yang kita konsumsi, bisa memengaruhi emosi kita juga. Dari sana saya belajar untuk menerapkan plant-based diet sambil tetap mengonsumsi daging di beberapa waktu. In an instant, I just felt better.

     Check in with yourself and listen to your body for what it needs.       

Lalu bagaimana cara Eva beradaptasi dengan lifestyle ini?

Mungkin saya tergolong cukup beruntung. Karena sejak pertama kali memutuskan untuk mengubah gaya hidup, Mama dan suami saya sekarang juga ingin ikut mencoba. Jadi saya mendapat banyak dukungan. Di rumah rasanya jadi lebih mudah, karena Mama, kan, ikut plant-based diet. Ketika bersama teman-teman, justru mereka yang khawatir bikin saya enggak nyaman. Jadi, saya selalu bilang, ‘Kalian pilih saja tempatnya, I can adjust’. Karena ini sebenarnya enggak sesusah itu. Lagipula sekarang opsi makanan sehat semakin beragam dan pengetahuan orang akan hal ini juga semakin luas.

Dalam urusan pekerjaan, apakah Eva tergolong selektif juga?

Bagi saya sekarang, penting untuk bisa menemukan balance. Mungkin karena saya melihat Ayah berkarya, bagaimana ia merupakan sosok yang idealis dalam mengekspresikan diri lewat musiknya. I really look up to him. Misalnya dalam urusan musik, saya terinspirasi dari banyak karya Ayah yang ber-genre pop. Tapi di samping itu, saya juga mendengarkan banyak lagu dari genre lain yang akhirnya semuanya berbaur jadi satu. Jadi semua balance. Bicara tentang pekerjaan, saya merasa beruntung untuk bisa memilih. Masih banyak orang yang terpaksa mengambil semua tawaran pekerjaan. Jadi, bisa dibilang ini adalah salah satu privilege yang saya miliki dan saya menyadarinya. I’m very humbled.

Eva Celia Mengenakan busana dari Calvin Klein

Cropped long sleeve top, dress, Calvin Klein.

Sepertinya peran Ayah sangat penting dalam hidup Eva, apakah ini termasuk soal karier bermusik?

Ayah enggak pernah memaksa saya untuk belajar alat musik atau bernyanyi. Sepertinya beliau ingin saya mempelajari suatu hal karena murni keinginan sendiri. Begitu juga Mama. Walau saya sempat terekspos dengan industri perfilman. Tapi semuanya memang diawali dari keinginan sendiri. Momen paling diingat itu waktu saya berusia 7 tahun dan Ayah enggak sengaja dengar saya bernyanyi. Akhirnya Ayah main piano dan saya menyanyi. Jadi sejak saat itu, saya mulai rajin mendengarkan karya musisi Ella Fitzgerald, Billie Holiday, dan masih banyak lagi. Tapi di mobil, kita juga sering mendengarkan lagu Avril Lavigne, Vanessa Carlton, hingga Craig David.

     When you fight for something that you love, there will be times for negative emotions.       

Apa sih value yang paling banyak Eva pelajari dari Ayah?

Bagi saya, Ayah punya dedikasi yang sangat besar terhadap musik. Beliau rela memberikan apa saja untuk musik dan komunitasnya. Ketika Ayah bikin jazz lounge, itu adalah caranya giving back ke komunitas dan harapannya bisa menjadi rumah bagi para musisi lain. Sampai saat Ayah tinggal di Bali, beliau masih memikirkan banyak cara untuk bisa memberi bagi komunitas.

Eva Celia Mengenakan busana dari Calvin Klein

Bra dan undies, jeans hitam, Calvin Klein.

Bisa dibilang Eva tumbuh dengan musik, apakah ini jadi cara Eva menemukan kenyamanan dalam hidup?

Ya, walau kadang di awal memang terasa sulit, namanya juga hidup. Tapi perasaan yang tidak nyaman itu justru meyakinkan saya bahwa ini adalah passion saya. When you fight for something that you love, there will be times for negative emotions. But you have to push through, to get that comfort. Kalau kita hanya ingin rainbow and butterflies setiap saat, tidak akan pernah ada, walau itu adalah passion kita sekali pun. Sampai sekarang saya juga masih suka berpikir, ‘Sepertinya musik bukan jalannya, deh’. Karena susah banget untuk menemukan posisi saya di industri ini, apalagi dengan genre yang saya sukai. Tapi saya enggak menyerah karena pada akhirnya, inilah yang membuat semua terasa bermakna. Jadi, kalau saat ini Anda lagi berada di fase yang kurang nyaman, terus berusaha, karena ini adalah bagian dari hidup.

Eva juga kerap menyuarakan isu sosial. Do you consider yourself as an activist?

I don’t know honestly. Sebenarnya ketika ada isu sosial dan lingkungan, saya selalu terpanggil untuk menyuarakan dan melakukan sesuatu. Itu panggilan hati karena saya ingin jadi bagian dari generasi yang impactful. Saya yakin kita ada di dunia ini untuk saling membantu. Salah satunya dengan menjadi suara bagi mereka yang enggak punya suara, contohnya hewan-hewan.

Eva Celia Mengenakan busana dari Calvin Klein

Cropped long sleeve top, jeans putih, Calvin Klein.

     I just want to give my life meaning.       

Terakhir, bagaimana Eva memantapkan hati untuk menyuarakan isu sosial?

Saya orangya perasa dan sensitif banget. Dari kecil juga memang selalu dikelilingi oleh binatang. Bisa dibilang saya punya koneksi spesial dengan mereka. Tapi mungkin sejak mengubah pola hidup dan sadar kaitannya dengan animal-agriculture,climate change, dan masih banyak lagi, saya pun semakin yakin untuk menyuarakan topik-topik ini. Harapannya ini bisa menciptakan perubahan. Saya ingin menjadi seseorang yang Eva kecil bisa idolakan.






Cover Digital | © 2022 Herworld Indonesia