Bunga Citra Lestari

BEFORE THE VOWS:

Unwritten Story of Love

Inilah suara hati terdalam yang diceritakan langsung oleh Bunga Citra Lestari agar publik bisa lebih mengenal dirinya dan memahami keputusan terbarunya dalam hidup.

Dalam film, kita kerap disuguhkan dengan kisah love at first sight atau kisah pertemuan dua remaja yang dimabuk asmara. Cerita ini bukan tentang itu. Cerita ini menggambarkan dua orang dewasa yang pernah mengalami kegagalan dan rasa sakit dalam hidupnya. Dari pertemanan, akhirnya timbul sebuah kenyamanan dan membuat mereka berani menjalani hidup bersama.

Bunga Citra Lestari

The Grieve and Acceptance

Kisah ini berawal dari proses acceptance. Ikhlas menerima takdir Tuhan dalam hidup, saat saya, Bunga, harus kehilangan sang belahan jiwa secara mendadak. Saya menghabiskan delapan bulan hanya berdiam diri di rumah, membatasi bertemu orang lain, fokus pada diri sendiri dan Noah. Dalam pikiran saya saat itu, “Bagaimana cara kami bisa melanjutkan hidup?”. Rasanya, untuk bernapas saja sudah sulit.

Dalam proses berduka, saya didampingi oleh almarhum Reza Gunawan hingga akhirnya saya bisa menerima keadaan bahwa orang yang saya cintai sudah tidak ada. Yang ada saat ini adalah kenangan yang mereka tinggalkan. Secara perlahan, saya bisa kembali menata kehidupan. Melangkahkan kaki satu demi satu. Saya mulai bisa membuka diri, kembali berkarya, dan membagikan cinta saya akan musik. Tentu ini bukan hal mudah untuk dilakukan, melainkan sebuah proses yang panjang. Perlu adanya tekad kuat dan kegigihan untuk bisa kembali melangkah.

Namun, proses berduka juga tidak mengenal timeline atau durasi. Bagi saya, berduka itu selamanya, hanya saja mungkin intensitasnya yang berkurang. Saya menerima rencana Tuhan dengan ikhlas, baik itu saya harus menjalani hidup sendirian atau dipertemukan dengan orang baru.

Bunga Citra Lestari

Terusan Grae, Saya. Kalung emas 16 karat Spectra 02, kalung emas 16 karat Spectra 03, gelang emas 16 karat Geometry 01, gelang emas 16 karat Geometry 02, gelang emas 16 karat Geometry 03, cincin emas 16 karat Spectra 01, Noor8.

 

    Ia tidak memaksa saya untuk menjadi orang lain dan bisa meyakinkan bahwa apa pun pilihan saya, ia akan selalu ada di sana.       

 

When Love Comes

Jatuh cinta bukan hal mudah bagi saya, apalagi setelah melewati trauma yang cukup mendalam. Tidak pernah ada dalam bayangan saya untuk jatuh cinta dengan seorang teman, apalagi dalam satu circle. Namun, itulah yang terjadi, yang mungkin sudah jadi bagian rencana Tuhan. Saya dan Tiko adalah teman lama sejak duduk di bangku kuliah. Hubungan kami dilandaskan dari sebuah pertemanan yang tulus. Bahkan, saat (almarhum) Ashraf masih ada, Tiko juga berteman dengan Ashraf dan sesekali hang out dengan teman-teman lainnya. Hingga akhirnya situasi hidup berubah.

Saya kehilangan seseorang yang direnggut oleh kematian, Tiko berduka akibat perpisahan. Mungkin alasan dan timeline-nya berbeda, tapi kami berdua dihadapkan pada realita yang sama di mana kami harus melepas segala impian dan harapan serta masa depan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan pasangan masing-masing. Kami jadi sering sharing tentang pengalaman dan tantangan hidup. Dari sana, kami saling memahami luka yang dialami satu sama lain. Luka yang hanya akan dipahami bagi mereka yang sudah melaluinya. Di momen itulah, kami berdua sadar bahwa ada kekuatan baru yang muncul ketika kami mulai intens berkomunikasi. Ada perasaan saling didengarkan dan dimengerti.

Tiko brings music to my life; he makes me feel like I want to dance again. Ia membuat saya kembali bersemangat menjalani hidup.Saya merasa diterima sebagai manusia dengan segala masalah dan kekurangannya. He makes me feel worthy. Ia tahu saya adalah perempuan yang kuat dan ia tidak terintimidasi akan hal itu. Hal penting yang saya harapkan dalam pasangan adalah saat kita bisa menjadi partner seimbang dalam hidup dan saya melihat kualitas itu pada Tiko. Di lain sisi, ia juga bisa jadi sandaran untuk saya bercerita dan menjadi rapuh. Ia tidak memaksa saya untuk menjadi orang lain dan bisa meyakinkan bahwa apapun pilihan saya, ia akan selalu ada di sana.

Setiap orang punya momen pasang-surut dalam hidup. Saya melihat bahwa di balik semua kesusahannya, Tiko punya semangat dan daya juang. Ia masih ingin memperbaiki hidupnya agar bisa menjadi orang yang lebih baik. Saya sendiri adalah seorang hard worker, sehingga kami bisa relate di situ. Ia juga sangat paham dengan momen breakdown yang saya alami. Ketika rasa duka tiba-tiba hadir, ia tetap berada di sini menemani saya sambil meyakinkan bahwa saya dan Noah tidak sendirian. Mungkin ia tidak sepenuhnya paham tapi ia berusaha untuk memahami apa yang saya dan Noah hadapi.

Lelaki ini bisa menghargai proses hidup saya, seberapa besar cinta saya pada almarhum Ashraf. Ia melihat hal itu justru sebagai sesuatu yang perlu dikagumi. Dengan kebesaran hatinya, Tiko hadir dalam hidup saya dan siap menerima keadaan bahwa orang yang ia cintai akan selalu mencintai almarhum suaminya. Ia bisa mengerti kebutuhan saya dan apa yang saya inginkan dalam hidup. That’s what I love about him.

Bunga Citra Lestari

Terusan Grae, Saya.

Bunga Citra Lestari

(kiri) Terusan Grae, Saya.
(kanan) Terusan Grae, Saya. Kalung emas 16 karat Spectra 02, Noor8.

Bunga Citra Lestari

Frey tube top, rok Renata, Saya. cincin emas 16 karat Geometry 02, gelang emas 16 karat Geometry 03, gelang emas 16 karat Geometry 04, kalung emas16 karat Spectra Signature 03, anting emas Spectra 01, Noor8.

Accepting Our Past

Menjalani hubungan sambil menyandang predikat “janda” dan “duda” pasti ada risiko yang harus dihadapi. Ini adalah kisah cinta orang dewasa yang mungkin jauh dari kata dreamy. Kami menapak dengan kesadaran bahwa perjalanan ini akan berat namun kami memilih untuk menjalaninya bersama.

Bagi Tiko, mungkin bukan anak atau keluarga saya saja yang harus dipikirkan, atau bahkan keluarga Sinclair yang akan selalu jadi bagian dalam hidup kami, tapi juga seluruh masyarakat Indonesia. Ia sadar bahwa keputusan ini akan membuatnya menjadi perhatian publik di Indonesia dan bahkan, Malaysia. Hubungan ini pun jadi kesempatan kedua baginya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap orang pasti pernah gagal, tapi bukan berarti tidak bisa memulai lagi.

Begitu juga sebaliknya, saya berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengerti masa lalu Tiko dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Jujur, butuh waktu cukup panjang untuk membahas hal ini demi mengenal satu sama lain dan membicarakan soal mimpi serta hambatan-hambatannya. Namun saya sadar bahwa bersama Tiko, saya merasa pantas dicintai dan mencintai. Dengan Tiko, saya mau kembali melanjutkan hidup; dan dengan pengetahuan yang ada serta ekspektasi yang lebih realistis, Insya Allah tidak akan membuat kesalahan yang sama.

The Sinclairs

Ketika Ashraf pergi secara mendadak, bukan berarti tanggung jawab saya terhadap keluarganya ikut berakhir. Saya bertekad untuk terus menjaga keluarganya. Walau saya sudah tidak bisa mengurus Ashraf lagi, tapi saya masih bisa mengurus anak dan keluarganya. Saya adalah perempuan beruntung yang dikelilingi oleh orang-orang berhati besar seperti keluarga Sinclair. Mereka adalah orang-orang yang sangat baik dan punya pemikiran yang sama, sehingga hubungan kami tetap erat.

Saat saya mengenalkan Tiko dengan keluarga Sinclair satu per satu, saya berikan waktu dan ruang bagi mereka untuk berinteraksi sendiri tanpa ada paksaan. Dimulai dari Aishah bersama kedua gadis kecilnya. Lucunya, mereka langsung dekat dengan Tiko. Well, he’s really good with kids. Mungkin dari situ juga Aishah melihat bahwa ternyata Tiko bukan hanya seru untuk diajak hang out tapi anak-anak juga bisa nyaman saat bersamanya. Aishah pun bisa melihat langsung seperti apa interaksi Tiko dan Noah.

Setelah itu, saya mulai mengenalkan Tiko dengan Umi dan Daddy (orang tua Ashraf). Saya sempat mengungkapkan pada Umi bahwa salah satu kriteria saya untuk bisa kembali berhubungan dengan seseorang adalah jika orang itu bisa menerima bahwa saya akan selalu mencintai Ashraf sampai saya mati. Jadi, ketika saya bersama Tiko, berarti ia bisa menerima bahwa saya masih memiliki rasa cinta terhadap almarhum suami saya yang tidak akan pernah terhapuskan. Cinta ini akan selalu ada. Umi dan Daddy pun bisa melihat betapa besar hati Tiko sehingga menerima dan mendukung keputusan ini. Saya juga mengenalkan Tiko dengan Adam-Yuna dan mereka pun langsung get along. Terakhir, saya mengenalkannya dengan Shahnaz, suami Aishah. Alhamdulillah, keluarga Sinclair mendukung saya untuk membuka diri. Mereka ingin saya bahagia dan berani untuk kembali menata hidup.

The Day I Said Yes

Masih terekam dalam ingatan ketika momen bahagia itu terjadi. Ketika itu kami sedang berada di Bali dengan keluarga besar. Saat malam tiba, Tiko mencari waktu untuk mengobrol berdua dengan saya. Di saat itulah, ia menyatakan keseriusannya sambil menunjukkan cincin. Saya ingat ia bilang, “Kita tidak pernah tahu hidup akan membawa kita ke mana. Mungkin masih ada luka yang harus kita bawa tapi dengan melaluinya bersama, saya punya semangat untuk melanjutkan hidup dan menjadi orang yang lebih baik. Kamu bisa terus berkembang menjadi Bunga yang bukan hanya saya cintai tapi juga akan selalu saya dukung dalam segala keputusan yang kamu ambil. Daripada luka dijalankan sendiri, lebih baik kita menjalaninya bersama. Will you marry me?That’s when I said, yes.

Saat Tiko menemui Papa demi meminta izin untuk melamar saya, ia sempat bilang, “Saya tidak ingin menggantikan Ashraf. Saya hanya ingin menemani Bunga melanjutkan hidup untuk membesarkan Noah.” Ia juga sering mengungkapkan dengan jelas, “Saya akan pastikan kalau Noah akan selalu ingat akan Ashraf”.

Telling Noah

Sekitar satu tahun sepeninggalan Ashraf, saya semakin sadar bahwa manusia hanya bisa berencana tapi Tuhan yang menentukan. Saya pernah membicarakan kemungkinan hidup apa saja yang bisa terjadi pada Noah, termasuk untuk membina hubungan yang baru. Saat itu, kekhawatiran Noah adalah jika kami bertemu orang yang jahat, apalagi sampai memukul pasangan layaknya di film. Saya pun memahami kekhawatirannya.

Sebagai single mother, pertimbangan nomor satu adalah anak. Apalagi, ia adalah buah cinta saya satu-satunya. Di saat saya kehilangan suami, Noah kehilangan bapaknya. Ada banyak momen atau topik yang mungkin tidak bisa Noah ungkapkan pada saya sebagai ibu dan baginya mungkin lebih nyaman untuk dibicarakan pada sosok lelaki dewasa yang bisa mendengarkannya. Kalau ada figur Bapak yang mau hadir dalam hidupnya, orang itu tentu harus bisa connect dan membuat Noah merasa nyaman juga.

Saat Tiko mulai masuk ke dalam hidup saya dan Noah, saya sempat menanyakan pada Noah, “Are you okay having him around?”. Ia pun menjawab, “Yes, of course.” Ternyata, they enjoy each other company. Tiko adalah pribadi yang santai sedangkan Noah sudah terbiasa dengan gaya saya yang cukup perfeksionis. Dengan pribadi yang dimiliki Tiko, ia bisa menunjukkan pada Noah bahwa hidup ini punya banyak warna. Saya pun melihat bahwa dari koneksi ini, Noah bisa berkembang menjadi pribadi yang tetap berambisi tapi lebih realistis dan santai ketika dihadapkan pada tantangan hidup. Tiko bisa membuat kami tertawa bersama, membawa rasa fun ke dalam hidup. Di waktu yang sama, ia tetap bisa mengapresiasi Ashraf dan apa yang kami miliki dengan Ashraf.

Setelah Tiko melamar saya malam itu di Bali, kami langsung membicarakannya dengan Noah. Tiko pun bertanya padanya, “ Are you okay with this? Kalau Om Tiko dengan Mommy mau menikah?”. Bisa dibilang, itu adalah momen penentu. Bagaimana pun, keputusan tetap ada di Noah karena ia adalah prioritas utama saya. Ternyata, ia sangat senang dan excited bahkan ia sempat minta izin untuk langsung menceritakan berita ini pada sahabat-sahabatnya.

Saat proses perencanaan pernikahan masuk ke tahap serius, Noah hanya pesan satu hal, “Don’t do ballroom wedding.” Jadi itu yang kami lakukan. Mulai dari Akad sampai resepsi, kami adakan di outdoor. Noah ingin pesta yang fun seru, dan tidak kaku.

Bunga Citra Lestari

 

    Saya sudah terbiasa dengan kritikan, tapi bukan berarti komentar negatif yang jauh dari kebenaran bahkan menyudutkan, tidak menyakiti hati saya.       

 

The Wedding Fever

Bisa dibilang proses persiapan pernikahan kami sangatlah cepat. Kami memilih Bali karena waktu itu Tiko memang melamar saya di Bali. Selain itu, sebenarnya ini adalah lokasi pernikahan yang sudah lama saya impikan. Hati kami pun mantap untuk mengadakannya di Amankila karena suasananya yang privat. Tempat ini sangat indah dan terletak jauh dari tengah kota Bali yang ingar-bingar. Sudah lama memang saya menginginkan pernikahan yang intim, hanya dikelilingi keluarga dan teman-teman terdekat. Maklum, pernikahan pertama saya dibuat besar-besaran sebanyak empat kali. Dua kali di Jakarta dan dua kali di Kuala Lumpur. Pada pernikahan kedua ini, rasanya saya kembali mendapat kesempatan untuk mewujudkan pernikahan impian versi Bunga kecil dulu.

Mulai dari prosesi berjalan di tangga saat akad dengan konsep Jawa kontemporer, proses akad nikah di atas kolam renang berlatar-belakang laut, hingga resepsi malam dengan gaya Italian wedding. Hari itu, pernikahan impian saya jadi kenyataan. Semua tamu yang hadir pun sudah saling kenal dan dekat seperti keluarga, jadi vibe-nya memang terasa sangat intim dan sakral. Walau hanya sempat mengundang segelintir teman dan kerabat, saya yakin bahwa teman-teman lainnya akan tetap mendoakan yang terbaik.

Bunga Citra Lestari

Bunga Citra Lestari

Public’s Reaction

Sebagai figur publik, sebenarnya saya sudah terbiasa dengan kritikan, tapi bukan berarti komentar negatif yang jauh dari kebenaran bahkan menyudutkan, tidak menyakiti hati saya. Bagaimana pun, saya adalah manusia, apa pun profesi saya. Banyak komentar yang justru berasal dari asumsi semata atau mungkin pemberitaan yang tidak benar. Mulai dari soal makam yang bersebelahan dengan Ashraf hingga ucapan “janji setia sehidup semati” yang kabarnya saya ucapkan di samping makam.

Mungkin tidak semua orang tahu, di tengah duka yang mendalam, harus kehilangan suami secara mendadak, ada banyak hal yang masih harus saya urus, salah satunya adalah mengurus proses penguburan. Di momen itu, saya memutuskan untuk menyiapkan makam bukan hanya untuk Ashraf, tapi juga untuk saya. Tujuannya adalah agar saat “momen” saya tiba nanti, saya bisa mengurangi beban keluarga yang ditinggalkan, karena semua sudah dibereskan, dan tentunya untuk mempermudah Noah berziarah ke makam kedua orang tuanya yang letaknya berdampingan. Seperti Ashraf, saya hanya ingin dikuburkan “secepatnya” dan “tidak merepotkan”.

Ketika Ashraf pergi, yang saya pikirkan adalah bagaimana caranya saya bisa bernapas karena sepertinya berat sekali. Bagaimana saya bisa mengurus Noah yang saat itu sedang shock karena kehilangan bapaknya dan bagaimana saya bisa menerima keadaan. Itulah yang harus saya fokuskan, satu demi satu setiap hari. Saya tidak bisa memikirkan apa-apa soal masa depan dan saya tidak mengucapkan janji kepada siapa pun, apalagi soal janji sehidup semati.

Dalam wawancara, ketika ada yang bertanya soal percintaan dan keinginan untuk menikah lagi, saya tidak pernah mengatakan bahwa tidak akan menikah lagi. Saat itu saya hanya menjawab kalau sampai saat ini belum terpikirkan, tapi saya membuka diri untuk berteman. Saya tidak pernah tahu masa depan akan seperti apa dan saya ikhlas dengan apapun rencana yang ditakdirkan Tuhan dalam hidup saya. Sampai akhirnya saya bisa merasakan jatuh cinta lagi. Dan ketika saya memilih untuk mencintai seseorang, bukan berarti saya tidak lagi mencintai Ashraf.

Sedih rasanya, saat momen pernikahan kemarin, ketika saya berhasil menghadapi badai hidup, menjalani proses berduka hari demi hari, sampai akhirnya diberi kesempatan untuk bertemu dengan orang yang saya rasa bisa membawa kebahagiaan dalam hidup, justru mendapat banyak tuduhan mengenai asumsi tidak benar. Apalagi ketika ada yang menjadikan fitnah itu ke dalam bentuk memes yang seolah mengolok-olok rasa duka saya dan segala proses berat yang harus saya jalani sampai saya bisa bangkit kembali.

Hubungan pernikahan saya dan Ashraf dulu pun sebenarnya bukannya bebas dari hujatan. Banyak yang bilang bahwa pernikahan kami tidak akan bertahan lama, saya berutang demi membuat pesta pernikahan yang mewah, atau ketika kami membuat pesta ulang tahun bersama teman-teman. Anehnya, sekarang mereka menghujat hal yang sama pada Tiko, sambil membandingkan dengan Ashraf, seolah-olah mereka tidak pernah menghujat almarhum. Rasanya, apa pun yang saya buat, selalu ada pro-kontra. Dari momen itulah, saya semakin paham bahwa tidak semua kepala orang itu sama, tidak semua orang bisa mengerti atau pun mau untuk mengerti. Mungkin bagi mereka, itu adalah hal sepele. Tapi sebenarnya, I don’t deserve that. Walau saya sudah belajar belasan tahun untuk menghadapi kritikan negatif, bukan berarti ini adalah hal yang mudah. Hati saya tetap merasakan sakit.

On a brighter side, sebanyaknya kritikan negatif yang saya dapat, saya yakin ada lebih banyak doa dari keluarga, sahabat, kerabat, dan para fans setia yang ikut berbahagia dengan momen ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang paling dalam bagi kalian yang mengerti dan menghargai keputusan pribadi saya untuk menikah lagi. Percayalah, ini bukan keputusan mudah namun sudah melalui pertimbangan dan proses panjang. Saya merasa bersyukur dan berterima kasih kepada keluarga Sinclair yang bisa menerima Tiko dengan tangan terbuka. Begitu juga dengan keluarga Tiko yang selalu hangat dan bisa membuka hatinya lebar-lebar untuk keluarga Sinclair. Ini bukan hal yang mudah tapi ternyata bisa dilakukan. Now, we are one big happy family.

Hope for the Future

Menikah bukanlah tujuan akhir dalam kehidupan, melainkan awalan dari sesuatu yang lebih besar. Dari pernikahan kedua ini, kami paham bahwa tantangannya akan berbeda. Namun mudah-mudahan dengan pengalaman yang pernah kami lalui, kami bisa melakukan hal terbaik untuk saat ini.

Ditanya soal harapan, jawaban saya cukup simpel. Saya ingin bisa bertumbuh dan menua bersama Tiko. Kami sama-sama punya mimpi pribadi yang ingin diraih tapi kami juga ingin berkembang bersama. Dalam segala tantangan kehidupan yang ada saat ini atau pun yang akan datang kelak, harapannya kami bisa sama-sama berjuang untuk menghadapinya. Kami berdua punya trauma masa lalu yang berbeda. Namun berkat pengalaman hidup itu, semoga kami bisa melangkah ke depan dengan lebih bijak dan terus menjaga agar cinta ini tetap hangat.

Bagi Noah, saya ingin ia bisa hidup dengan bahagia walau mungkin situasinya tidak seperti orang kebanyakan. Dari kecil sudah harus menghadapi banyak reaksi publik serta media dan wartawan. Tapi saya ingin ia bisa menjalani kehidupannya secara normal dan kehilangan Bapak tidak menjadikan Noah sebagai orang yang kekurangan. Saya sangat berharap Noah sadar bahwa he is enough dan kehadiran Tiko dalam hidupnya bisa menambah kebahagiaan itu. Sama seperti apa yang saya rasakan saat bersama Tiko. I feel that I can be my true self when I’m with him and that is what’s important for me.





Cover Digital | © 2024 Herworld Indonesia