Seni bukanlah sekadar bentuk ekspresi, melainkan sarana untuk memahami perasaan dan pikiran diri sendiri. Terlebih dengan kehidupan modern yang mudah berubah-ubah, yang terkadang membuat diri kewalahan, membuat banyak orang mencari kegiatan-kegiatan seni yang terapik. Entah itu melukis, menulis, membuat musik, atau menari, aktivitas berbasis seni kian dipilih di waktu luang untuk mengeksplorasi mental wellbeing mereka. Baik melalui sapuan kuas yang tak terbatas, puisi yang penuh makna, atau sketsa sederhana, seni menyuarakan emosi yang terkadang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata saja.
Melihat pengaruh seni yang kuat untuk tiap Individu, Yayasan Didit Hediprasetyo menghadirkan pameran bertajuk Expression of the Journey. Berlokasi di The Dharmawangsa Jakarta, pameran ini memajang berbagai karya seni yang dibuat oleh anak-anak yatim piatu yang berpartisipasi di sesi terapi transformatif. Sesi seni ini pun semakin bermakna karena melibatkan Monica Ogaz, terapis seni Gestalt bersertifikat.
(Baca juga: 6 Tips Tingkatkan Skill untuk Pekerjaan agar Karier Naik)
Pameran ini juga menjadi salah satu komitmen Yayasan Didit Hediprasetyo untuk memberikan wadah bagi para penggiat industri kreatif yang kerap menghadapi tantangan kesehatan. Yayasan ini didedikasikan untuk meningkatkan kesehatan mental dengan menyediakan edukasi, menawarkan beasiswa bagi calon praktisi di bidang yoga dan meditasi, dan menciptakan platform untuk mengekspresikan diri lewat seni dan dukungan psikologis.
Sebagai bagian dari misinya, Yayasan Didit Hediprasetyo secara rutin berkolaborasi dengan para praktisi terkemuka di bidang kesehatan mental dan kesejahteraan. Monica Ogaz, seniman asal Meksiko berbasis di Florence menjadi praktisi yang diajak berkolaborasi untuk pameran teranyar ini. Dengan keahliannya dalam memadukan seni visual dengan psikoterapi, Monica Ogaz mengajarkan penyembuhan emosional khususnya pada anak-anak dan remaja. Sang seniman memiliki prinsip bahwa ekspresi kreatif adalah proses pertumbuhan dan self-awareness, bukan kesempurnaan artistik.
“Pameran ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan atas keberanian anak-anak ini, tetapi juga sebagai panggilan untuk mengakui seni sebagai bagian penting dari kesehatan mental, terutama sejak usia dini,” ucap Didit.
Beberapa minggu sebelum pameran berlangsung, Ogaz mengadakan sesi terapi seni dengan anak-anak dari Yayasan Bima Azzahra dan Panti Asuhan Pondok Kasih Agape di ruang kegiatan Yayasan. Karya-karya yang dihasilkan ini menjadi esensi dari pameran, menampilkan refleksi perjalanan para individu dan bukti kekuatan seni dalam proses mental healing.
“Sepanjang sesi, para peserta diajak untuk membalikkan lukisan mereka, menutup mata, dan bahkan menukarkan hasil karya mereka dengan orang lain. Tindakan sederhana ini bukan sekadar teknik semata, melainkan tentang belajar untuk melepaskan, mempercayai proses, dan kebaikan terhadap orang lain. Dengan melakukan hal itu, kami menemukan bahwa seni bukan hanya tentang individu, tetapi tentang pengalaman kolektif, ekspresi bersama dari kemanusiaan kita,” jelas Ogaz.
Selain karya anak-anak, pameran ini menampilkan karya orang-orang dari berbagai kalangan untuk menunjukkan bahwa terlepas dari perbedaan yang dimiliki, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Seni menjadi jembatan di antara perbedaan dan keunikan ini sehingga memberikan pengalaman yang selaras antara satu sama lain.
(Baca juga: Rekomendasi Drama Korea Medis Seru yang Wajib Kamu Tonton!)
Pameran Expression of the Journey juga dimeriahkan dengan seminar Embarking the Journey. Dipandu Dr Asheena Baez, pakar transformational leadership sekaligus mindfulness expert, seminar ini membahas kesehatan mental dengan pendekatan berbasis trauma yang holistik, menekankan bagaimana terapi bisa menjadi solusi untuk mengembang diri dalam jangka panjang.
(Penulis: Zahrah Pricila)