Life & health

Apakah Media Sosial Menghilangkan Atau Meningkatkan Stres?

By : Fariza Rahmadinna - 2022-06-04 15:00:01 Apakah Media Sosial Menghilangkan Atau Meningkatkan Stres?

Terhubung dengan orang lain memang baik untuk kesehatan mental (dan bahkan fisik) secara keseluruhan. Tetapi, dapatkah hal yang sama dikatakan untuk interakasi virtual melalui sosial media?


Ada penelitian yang menunjukkan bahwa terhubung dengan orang lain melalui sosial media dapat membantu memperkuat ikatan sosial dan meningkatkan kesehatan baik mental maupun fisik. 


Tetapi disisi lain, ada juga penelitian yang menunjukan bahwa, terhubung dengan orang lain melalui sosial media dapat melumpuhkan konektivitas manusia, menurunkan harga diri, meningkatkan perasaan kesepian dan terisolasi, serta menyebabkan stres.


Lantas, apakah terhubung dengan orang lain melalui sosial media itu mampu menghilangkan atau justru meningkatkan stres? Ini jawabannya!


Apakah sosial medial mampu menghilangkan atau justru meningkatkan stres?


Aspek positif dan negatif dari media sosial


(Photo by cottonbro/ Pexels)


Dikutip dari laman Everyday Health, menurut sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam Journal of Computer-Mediated Communication, menemukan bahwa interkasi virtual melalui sosial media —seperti melalui direct messages atau komentar di foto yang dibagikan — dengan orang-orang yang memiliki ikatan kuat dengan kita dapat memberikan perasaan terhubung yang bisa meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. 


Sosial media tidak hanya membuat kita tetap terhubung dengan orang-orang yang terlebih dahulu kita kenal di kehidupan nyata, tetapi juga bisa membuat kita terhubung dengan orang-orang baru. Misalnya saja, orang-orang yang memiliki hobi, minat, ketertarikan, atau hal-hal lain yang sama dengan kita. Ini juga memungkinkan kita tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman di seluruh dunia. 


Sebuah survei tahun 2018 yang dilakukan oleh Hopelab, sebuah lembaga penelitian independen, terhadap lebih dari 1.300 remaja dan dewasa muda, melaporkan bahwa sekitar 40 persen remaja dan dewasa muda menggunakan sosial media untuk terhubung dengan orang-orang yang sama dengan mereka. Itu dapat menciptakan perasaan keterhubungan sosial, yang tanpa disadari bisa membantu meningkatkan kesejahteraan. 


Selama pandemi COVID-19, kita menghentikan sementara kehidupan sosial tatap muka yang biasa kita lakukan. Hal itu menyebabkan munculnya perasaan bosan dan terisolasi. 


Satu studi yang diterbitkan tahun 2021 di International Journal of Environmental Research and Public Health, menemukan bahwa rata-rata waktu yang dihabiskan di depan layar ponsel meningkat sekitar tiga jam lebih lama dalam seminggu selama masa pandemi. 


Alasan paling umum menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar ponsel selama pandemi, yakni karena kebosanan dan perasaan terisolasi. Para peneliti juga melaporkan bahwa peningkatkan waktu di depan layar ponsel ini ikut berdampak negatif pada kesehatan mental. 


Studi lainnya tahun 2021 dalam JMIR Formative Research, menemukan bahwa rata-rata waktu mahasiswa bersosial media naik dari 115 menit sehari menjadi 196 menit sehari selama masa pandemi. Para mahasiswa mengungkapkan sisi negatif dari peningkatan rata-rata waktu bersosial media selama pandemi, yang dapat menyebabkan perilaku ketagihan sosial media. 


Hal itu juga dibuktikan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Anxiety and Depression, kejadian depresi meningkat di antara orang dewasa muda yang menggunakan media sosial lebih sering daripada teman sebayanya. Semakin banyak waktu yang dihabiskan seseorang untuk bermedia sosial, maka semakin banyak pula gejala stres dan kecemasan yang dialami, menurut penelitian ??yang diterbitkan pada di Journal of Affective Disorders.


Selain itu, terlalu mengagung-agungkan sosial media tampaknya juga dapat menyebabkan timbulnya perasaan Fear of Missing Out (FOMO). FOMO adalah istilah yang merujuk pada timbulnya perasaan cemas karena tidak dapat memeriksa timeline sosial media dan tertinggal informasi atau tren ter-update. 


Jika dibiarkan, lama-kelamaan, hal itu dapat memengaruhi produksi hormon-hormon penting tubuh seperti serotonin dan adrenalin, yang bisa menyebabkan sulit tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, dan mengganggu suasana hati. 


Secara garis besar, sosial media bisa memberikan manfaat, seperti sebagai sarana penghiburan, jika digunakan secara bijak. Sebaliknya, ketika sosial media digunakan secara berlebihan, itu bisa memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu kamu menggunakan media sosial secara bijak, ini termasuk:


1. Batasi waktu bersosial media


(Photo by energepic.com/ Pexels)

Kamu tidak perlu mengurangi penggunaan media sosial secara drastis untuk meningkatkan kesehatan mental. Sebuah studi 2018 University of Pennsylvania, menyimpulkan bahwa mengurangi penggunaan media sosial hingga 30 menit sehari mampu mengurangi secara signifikan tingkat kecemasan, stres, depresi, kesepian, masalah tidur, dan FOMO. 


Simpan ponsel atau perangkat lainnya, dan luangkan waktu berinteraksi secara offline dengan teman dan keluarga, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti membaca buku, berolahraga, atau berkebun. 


2. Ubah fokus kamu dalam bersosial media


(Photo by Plann/ Pexels)


Banyak dari kita mengakses media sosial semata-mata karena kebiasaan atau untuk membunuh waktu saat bosan. Jika ini fokus kamu dalam bersosial media, kamu akan sulit menghindari aspek-aspek negatif sosial media. Tetapi, jika kamu mengakses sosial media untuk menemukan informasi, bertukar kabar dengan teman dan keluarga, mungkin kamu akan lebih mendapatkan manfaat dari bersosial media. 


3. Selektif tentang siapa yang kamu ikuti di sosial media


(Photo by Plann/ Pexels)


Kamu disarankan untuk mem-follow akun-akun yang bisa membuatmu tetap terhubung dengan orang-orang terdekat, dan akun yang bisa menginspirasi. Berhenti mengikuti akun-akun yang membuatmu merasa tidak nyaman atau kesal.




Life & health