Life & health

Lupus, Penyakit yang Banyak Serang Wanita Produktif

By : Qalbinur Nawawi - 2018-05-08 09:58:13 Lupus, Penyakit yang Banyak Serang Wanita Produktif

ANGKA kejadian penyakit tidak menular (PTM) setiap tahunnya terus meningkat, di antaranya adalah penyakit lupus. Lupus atau penyakit autoimun adalah kondisi saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang kehilangan kemampuan untuk membedakan substansi asing (non-self) dengan sel dan jaringan tubuh sendiri (self). Efeknya, kondisi itu membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.


World Health Organization mencatat jumlah penderita lupus di dunia hingga saat ini mencapai lima juta orang, dan setiap tahunnya ditemukan lebih dari 100 ribu kasus baru. Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online 2016, terdapat 2.166 pasien rawat inap yang didiagnosis penyakit lupus.



"Tren ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan 2014, dengan ditemukannya 1.169 kasus baru. Tingginya angka kematian akibat lupus perlu mendapat perhatian khusus karena 25% atau sekitar 550 jiwa meninggal akibat lupus pada 2016, " ungkap Dr. Sumariyono, Sp.PD, KR, MPH, Ketua Pengurus Besar Himpunan Reumatologi Indonesia dalam acara yang bertema Media Briefing: Periksa Lupus Sendiri, di Direktorat Jenderal P2PTM, di Gedung D, lantai 4, Jakarta Timur, Selasa (8/5/2018)


Sebagian besar penderita lupus adalah perempuan dari kelompok usia produktif (15-50 tahun). Namun demikian, lupus juga dapat menyerang laki-laki, anak-anak, dan remaja. 


Data SIRS Online 2016 menunjukkan proporsi pasien rawat inap lupus berjenis kelamin laki-laki mengalami peningkatan dari 48,2% pada 2014 menjadi 54,3% pada 2016. "Sementara pasien lupus berjenis kelamin perempuan mengalami penurunan dari 51,8% menjadi 45,7%," papar dokter Sumariyono.


Lupus terdiri dari beberapa macam jenis, salah satu jenis yang paling sering dirujuk masyarakat umum adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES). LES dikenal sebagai penyakit ‘Seribu Wajah’ merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang hingga kini belum jelas penyebabnya. 


"LES juga memiliki sebaran gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan penyakit yang beragam, sehingga seringkali menimbulkan kekeliruan dalam upaya mengenalinya. LES dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan hingga parah, yakni ginjal bocor, masalah liver, kelainan jantung, atau arthritis," terang dokter Sumariyono.


Ditambahkan dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA, Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengadilan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, meski hingga kini faktor risiko LES belum diketahui secara jelas, namun faktor genetik, imunologik dan hormonal, serta lingkungan diduga berperan penting sebagai pemicu.


Untuk lebih jelas, simak penjelasan berikut: 


Faktor genetik : diketahui bahwa sekitar 7% pasien LES memiliki keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) yang juga didiagnosis LES.


Faktor lingkungan : infeksi, stres, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultraviolet (matahari), penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, paparan kristal silica.


Life & health