Fashion

Mengenal Lebih Dekat Desainer Lulu Lutfi Labibi

By : Kiki Riama Priskila - 2015-09-07 10:43:32 Mengenal Lebih Dekat Desainer Lulu Lutfi Labibi

Desainer asal Yogyakarta ini tertarik pada kain tradisional karena mempunyai nilai estetika yang tinggi dan sejarah yang luar biasa. Lulu Lutfi Labibi mengambil studi kriya tekstil yang semakin membuatnya jatuh cinta dan mulai mengolah kain nusantara menjadi sebuah koleksi ready to wear dari tahun 2012. Misi utamanya adalah ingin semua masyarakat memakai kain nusantara serta membantu perekonomian para pengrajin di seluruh Nusantara.

Ia sendiri merasa tertantang mengolah kain Nusantara untuk dijadikan koleksi ready to wear yang bisa tampak realistis dan disukai wanita urban. Ia juga tidak ingin mengubah terlalu banyak kain Nusantara yang sudah sangat indah dengan desain yang kurang mempunyai nilai estetika serta daya jual dan daya pakai yang tinggi.

Dari awal, Lulu sangat menyukai Lurik dari Yogyakarta yang selalu digunakan pada setiap koleksi terbarunya dan akhirnya menjadi item yang sangat populer seperti Lurik Top Drape. Ia juga sering mengolah Tenun Kupang, Batik Tulis, dan Batik Cap yang ia desain sendiri motifnya dan menghadirkan koleksi khusus batik dengan nama Malam.

Inspirasinya datang dari para wanita Indonesia yang berselera Internasional tapi sangat mencintai budaya lokal. Inspirasi lain yang sangat kuat adalah estetika Jepang. Ada teori Wabi-Sabi yang artinya teori estetika keindahan yang tidak sempurna. Banyak desainer Jepang yang menjadi kiblatnya seperti Yohji Yamamoto, Rey Kawakabo dan masih banyak lagi. Untuk desainer Eropa, Dries van Noten menjadi "bapak styling" baginya.

Dalam mengolah kain tradisional pasti ia juga mengalami kesulitan. Baginya kesulitan itu datang ketika sifat kain yang terlalu tebal, terlalu tipis atau tenunan kurang rapat dan ukuran lebar kain yang memang sudah menjadi ciri khas. Selain itu, ketidaksiapan pengrajin untuk memproduksi dalam jumlah banyak dalam motif tertentu juga menjadi kendala.

Terkadang permintaan produksi yang tinggi tidak bisa diimbangi dengan tersedianya kain tenun dengan motif tertentu yang dipesan dari pengrajin. Kain yang paling sulit adalah kain dengan teknik pembuatan yang tinggi misalnya Tenun ATBM dari Kupang atau Batik Tulis di atas kain sutra ATBM. Ditambah lagi teknik khusus agar tidak banyak memotong kain namun tetap dapat menghasilkan tampilan yang modern.

Ini juga yang menjadi alasan mengapa Lulu sangat menyukai teknik draping karena teknik ini tidak banyak memotong kain. Untuk ke depannya, Lulu ingin mengolah sulam tangan di atas kain Lurik dengan motif yang diciptakan sendiri.

 

(TEKS: BIMO PERMADI / FOTO: DOK. HANAFI, DIKKA AFFIDICK, ARINO MANGAN)

Fashion