Fashion

Hats Off

By : Maureen Lim - 2014-03-26 05:45:45 Hats Off

Tidak dapat dipungkiri bahwa topi adalah pelindung kepala dari teriknya matahari, menutupi bad hair day dan yang paling penting, topi adalah aksesori yang dapat memberikan kesan chic bagi pemakainya. Namun, topi memiliki banyak cerita menarik di belakangnya. 

Pada awalnya (meski belum bisa dibilang sebagai topi) kulit binatang dan bahan wol dipakai untuk melindungi kepala. Sebut saja pileus yang berbentuk kerucut, phrygian, dan petasos yang dipakai pada zaman Yunani kuno. Akhir abad ke-16, topi berstruktur tegas yang mirip dengan bentuk topi lelaki mulai dipakai oleh perempuan. Kata milliner yang berasal dari kota di Milan menjadi sebutan bagi pekerja perempuan pembuat topi dan bonnet dengan berbagai potongan. Bonnet sendiri semakin berkembang pada awal abad ke-19 dengan berbagai dekorasi pita, bunga, dan bulu.

Pada abad pertengahan, topi dipakai simbol status sosial atau grup tertentu. Seperti pada tahun 1215, bangsa Yahudi mengharuskan seluruh rakyatnya untuk menggunakan topi juden untuk mengenali rakyat anti-semitism. Lalu topi menjadi simbol status sosial pada saat dimulainya acara pacuan kuda di Royal Ascot Inggris oleh para anggota kerajaan dan juga bangsawan yang mengharuskan seluruh tamu untuk memakai topi sebagai dress code. Tradisi ini kemudian juga berlanjut ke benua Amerika. Topi menjadi pilihan utama para perempuan pada tahun 20an karena tren rambut pendek dengan tatanan finger wave yang mengharuskan untuk menggunakan topi untuk melindungi tatanan rambut mereka.

Baru pada tahun 80an lahirlan beragam topi extravaganza ciptaan para desainer muda yang sangat kompetitif pada masanya. Tahun ini sering disebut sebagai tahun di mana semua orang bereksplorasi dengan berbagai jenis topi untuk menunjukkan berbagai kepribadian unik.

 

(OLEH: BIMO PERMADI / FOTO: DOK.HERWORLD)

Fashion