Food & travel

Serunya Menjelajah Australia Barat Sampai Pedalaman

By : Rengganis Parahita - 2019-06-21 19:18:00 Serunya Menjelajah Australia Barat Sampai Pedalaman

WA disebutnya. Merupakan singkatan dari Western Asutralia, area ini punya banyak destinasi mengagumkan yang berhasil membuat saya terpana tanpa jeda. Lautnya, langitnya, makanannya, hingga ragam minumannya bak membuat saya ingin kembali. Kondisi alam, tampilan lahan, dan segala kehidupan yang tampak mengagumkan nyatanya cepat merebut hati.

Sebelum membaca artikel ini sampai habis, ada baiknya diketahui bahwa, WESTERN AUSTRALIA IS BEST FOR EXPLORERS! Artinya, ini adalah bagian Australia yang paling banyak menyuguhkan pengalaman alam bebas beraneka macam. Tak melulu lautan dan perkebunan anggur, tapi juga hutan, kepulauan, goa, gurun pasir, lembah, ngarai, sungai, rawa, hingga danau air asin alami berwarna merah muda yang sayang jika dilewatkan karena merupakan salah satu yang paling cantik di dunia. Semuanya pun indah dan terjaga baik. Jauh dari jangkauan tangan-tangan usil yang bersifat merusak. Pemerintah Australia memang sangat concern tentang hal ini. Mereka begtiu menghargai keseimbangan hidup yang menjadikan negaranya hormat pada seluruh flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Tak heran jika semuanya bertumbuh dengan sempurna dan enak dipandang mata.

                                     

The open gate

So, untuk sampai ke sana, saya hanya perlu naik pesawat tujuan Perth langsung dari Jakarta. Dalam waktu lima jam saja, saya sudah sampai di Perth Airport. Cuaca sedang cerah, mendekati waktu terbenamnya matahari yang memerah. Anginnya dingin namun bersahabat, menjadikan kesan pertama saya atas kota ini amat menyenangkan. 

Tak seperti Melbourne atau Sidney yang cenderung ramai, Perth terbilang lebih sepi. Jam enam sore kebanyakan toko sudah tutup. Penduduk pun jarang terlihat mondar-mandir di sekitaran. Seram? Tentu tidak, karena keamanan di sini amat terjamin hingga siapa pun tak perlu khawatir jika ingin sekadar strolling around the city saat malam hari. Hanya saja, minim kegiatan yang bisa dilakukan karena memang hanya toko tertentu saja yang masih buka.



(Cantiknya Elizabeth Quay di pagi hari. Foto: Dok. Herworld Indonesia)


Well, jatuh cinta pada Perth sama sekali tidak sulit. Sungai besar Swan River yang mengelilinginya menjadikan cityscape kota ini amat cantik. Belum lagi tebaran coffee shop nikmat yang mudah ditemukan, sejumlah street art keren, taman-taman luas yang indah, restoran lezat penyedia fusion foods dan wine istimewa, langit yang selalu biru, hingga bangunan bersejarah yang padu dengan gedung-gedung modern di sekitarnya menjadikan segala komponen yang ada tampak sempurna.

Lalu, kenapa saya beri judul ‘gerbang terbuka’? Sebab Perth adalah pintu masuk dan keluar ke seluruh wilayah di Australia Barat. Dari sini kita bisa melanjutkan perjalanan ke wilayah lain seperti Freemantle, Outback, Margaret river, hingga Pemberton. Bisa melalui jalur air (feri sungai), udara (helikopter atau pesawat kecil), hingga darat (road trip) yang bisa dipilih sesuai ketertarikan.



(Pemandangan Swan River yang terlihat hampir dari seluruh penjuru kota. Foto: Dok. Herworld Indonesia) 

And the journey begin: Day One

Di hari pertama, saya diajak mengunjungi Discovery Dolphin Centre yang ada di kota Bunbury. Jaraknya sekitar 175 km atau dua jam dari Perth. Di sini para pengunjung bisa melihat langsung kawanan lumba-luma berenang di habitat aslinya. Hanya saja, semua tergantung peruntungan. Sebab jika sedang mujur, akan ada lebih dari lima lumba-lumba yang malah mendekati kita. Namun kemarin hanya ada satu dan itu pun ia sedang malas menampakkan diri. Next, Busselton Jetty. Berada di kota Busselton, jarak waktunya hanya sekitar setengah jam dari Bunbury. Di sini terdapat dermaga terpanjang kedua di dunia (1.8km) yang bisa disusuri dengan menggunakan kereta kayu. Di ujungnya ada Underwater Observatory and Marine Sanctuary yang merupakan 1 dari 6 akuarium alami yang ada di dunia. Dalamnya sekitar 8 meter sampai dasar laut di mana terdapat sekitar 300 jenis spesies ikan, tumbuhan, dan plankton yang bisa dilihat langsung. Sssst, tempat ini juga sangat instagenik, lho. Terutama di bagian luarnya. 



(Cafe cantik di bagian luar Busselton Jetty. Foto: Dok. Herworld Indonesia)

Lalu perjalanan kembali dilanjutkan ke daerah Eagle Bay. Cukup jauh dari Busselton, di sini saya dibawa ke perkebunan zaitun bernama Eagle Bay Olives dan ke sebuah pabrik bir berlabel Eagle Bay Brewery. Kami pun menghabiskan sore dengan melihat bentangan pohon olive dan beer processing sebelum akhirnya sampai di akomodasi indah di kota Yallingup, yaitu Lamont’s Smiths Beach. 



(Perkebunan zaitun yang mungil namun amat subur di Eagle Bay Olives. Foto: Dok. Herworld Indonesia)

Hello Margaret River: Day Two

Wine, wine, wine, and wine. Mulai hari ini saya diajak untuk tur ke beberapa ladang anggur dan pabrik wine terbaik di Australia. Untuk itu, perjalanan diarahkan ke Margaret River yang memang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil arak anggur paling enak di dunia. Namun sebelum itu, kami diajak dulu untuk hiking di Cape to Cape yang dipandu oleh Walking into Luxury.

Panjang trek hampir 125km. Menanjak dan menurun lewati bukit batu, alang-alang, dan vegetasi cantik berbunga kecil, tempat berpemandangan laut lepas ini membuat saya kagum berkali-kali karena pesona alamnya.Tebing, ombak, angin, dan gradasi warna laut yang berlapis mulai dari biru tua, muda, hingga hijau jernih, seperti membawa saya ke alam imajinasi. Punya daya tarik yang berbeda dari Indonesia, scene ini bahkan membuat saya hampir menitikkan air mata saking indahnya. Masuk hutan, ke luar lagi, turun ke laut, naik lagi. Priceless! Oleh sebab itu, perjalanan harus dilakukan pagi sekali agar matahari tak keburu sampai di atas. 



(Salah satu momen paling indah di mana yang saya lihat hanyalah tebing, laut jernih, birunya langit, dan vegetasi-vegtasi manis. Foto: Dok. Herworld Indonesia)

Tak lama kemudian, kira-kira satu jam, saya sudah sampai di vineyard pertama yaitu Cullen Winery. Merupakan bisnis keluarga yang sudah berdiri sejak 50 tahun yang lalu, Cullen Wines bisa bertahan sampai sekarang karena mereka punya resep asli yang dipertahankan dan dibuat secara tradisional serta resep baru yang mengikuti perkembangan jaman. Artinya, mereka berkembang seiring dengan waktu dengan tidak meninggalkan cara lama dan tetap berinovasi agar sesuai dengan cita rasa terkini. Tempatnya pun manis yaitu berbentuk rumah kayu besar dengan kebun anggur di belakangnya.



(Menyeruput wine resep keluarga ditemani hembusan angin dan hamparan tanaman anggur. Foto: Dok. Herworld Indonesia)


Dari sana, kami beralih ke Amelia Park Wines yang lebih modern. Terlihat dari arsitekturnya yang megah dan terancang apik, tempat yang baru diresmikan tahun 2017 ini juga punya pilihan minuman yang enak dan premium. Pilihan saya pun jatuh pada Cabernet Sauvignon mereka yang punya rasa lembut namun kuat. Sebagai bukan pencinta red wine, saya bisa bilang ini enak. Sangat sangat enak. 

Nah untuk menutup sore, kami juga diajak mendatangi toko cokelat khas Margaret River, yaitu Gabriel. Ada biji cokelat dari Indonesia juga, lho. Setelah itu, kami pun pulang sambil melihat kanguru liar berlarian di jalanan. Sayang momen tersebut tak bisa diabadikan karena langit sudah terlalu gelap. Ah, what a nice day today.



(Pabrik megah nan modern yang menyenangkan! Foto: Dok. Herworld Indonesia)

Miles and miles further: Day Three

Masuk hari ketiga, kami berjalan lebih jauh lagi ke daerah Manjimup dan Pemberton. Di sini, destinasi juga sudah berubah jadi lebih membumi dengan melihat pohon-pohon raksasa di dalam hutan, off road ke dalam rimba, sampai melihat gurun pasir luas di ujungnya. Ya, Yeagarup Dunes namanya. Terletak di ketinggian pada ujung belantara, luas keseluruhannya hampir 30km. Pasirnya halus dan berwarna putih bersih seperti bedak. Untuk memaksimalkan perjalanan, jip yang kami tumpangi sengaja ngebut agar trip terasa makin seru.

Jujur, kian jauh Australia Barat memang kian istimewa! Tak hanya vegetasinya yang berukuran makin tinggi dan besar, tapi pemandangannya juga tampak lebih menenangkan. Kumpulan flora dan fauna indah menghiasi perjalanan demi perjalanan. Membuat saya jatuh cinta lagi dan lagi setiap hari.



(Hari paling tak terlupakan di Yeagarup Dunes. Foto: Dok. Herworld Indonesia)

Last but not least, saat waktu check in tiba, kami pun diberikan kamar terbaik di RAC Karri Valley Resort. Menghadap danau super cantik berlatarkan hutan serta kabut tipis yang mendekat ke arah air, penginapan ini terbuat dari kayu dan tak menyediakan layanan Wi-Fi sehingga para tamu bak dipaksa untuk menikmati apa yang ada tanpa terdistraksi sosial media. Ide bagus, bukan? Suara burung, riak air, hingga hinggapnya Kookaburra di pagar balkon nyatanya memang pantas dinikmati tanpa gangguan sinyal 4G.



(Senja keemasan yang tenang dan tentram di RAC Karri Valley Resort. Foto: Dok. Herworld Indonesia)


The hidden gems: Day four

Well, hari ini cukup istimewa karena sejak pukul 06.30 pagi, kami semua sudah diminta bersiap untuk mengunjungi Valley of the Giants & The The Treetop Walk di daerah Walpole. Dengan waktu tempuh sekitar dua jam, saya rasa tempat ini memang layak dikunjungi. Terdapat ratusan pohon purba raksasa yang tingginya mencapai 40 meter dari permukaan tanah.

Nah, di sini kami diajak untuk seakan-akan memanjatnya melalui jembatan besi sepanjang 600m yang bisa disusuri dengan berjalan kaki dari bawah sampai atas sambil meihat bagaimana pohon-pohon ini terpelihara dengan baik. Meski usianya sudah ratusan tahun, namun mereka masih berdiri kokoh dan hidup berdampingan dengan hewan-hewan liar berukuran kecil lainnya. Indah sekali! Siapa sangka melihat pohon saja jadi begini menyenangkan. Lalu dari situ, perjalanan kembali dilanjutkan ke William Bay National Park – Greens Pool and Elephant Rocks dan Torndirrup National Park. 



('Memanjat' pohon purba dengan jembatan besi. Foto: Dok. https://www.valleyofthegiants.com.au/)


Setelah itu, kami berkutat lagi dengan perkebunan wine, pabrik whiskey, rumah budi daya Marron (sejenis lobster air tawar yang hanya hidup di Australia), dan pabrik keju yang lezat. Di sini saya sudah mulai kenyang anggur. Meski demikian, semuanya punya aroma dan cita rasa berbeda-beda sampai kemudian saya bisa menentukan bahwa dari segala yang pernah dicoba, satu yang paling saya suka yaitu Ducketts Mill 2017 Moscato Frizzante.



(Cheese platter yang luar biasa enak!!! Foto: Dok. Herworld Indonesia)


Malamnya saat tiba di kota kecil nan cantik bernama Albany, kami diajak untuk melihat instalasi khusus yang dibuat untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran. Field of Light: Avenue of Honour namanya. Terbuat dari 16.000 bola lampu karya seniman Bruce Munro bernuansa hijau, kuning, dan biru yang menyala dalam kegelapan, para pengunjung diajak untuk merasakan suasana haru yang menyentuh. Amat kontemporer namun pesan yang ingin disampaikan tersalur dengan baik.



(Instalasi yang berhasil menyentuh kalbu. Foto: Dok. Herworld Indonesia)

The way back home: Day five

Hari kepulangan pun akhirnya tiba. Setelah hampir satu minggu menjelajahi bagian barat Australia yang mengagumkan, saya tentu harus kembali ke Jakarta. Namun sebelumnya, trip masih sedikit dilanjutkan dengan mengunjungi The National Anzac Centre dan bersenang-senang naik Segway di Albany Heritage Park. Seru! Berkeliling desa dengan otoped listrik sambil masuk ke dalam hutan dan diakhiri dengan melihat laut dari ketinggian betul-betul jadi penutup yang membahagiakan. 


(Berseluncur kala hari sedang cerah. Foto: Dok. Herworld Indonesia)

Ah! Terima kasih Australia Tourism untuk semua perjalanan, pengalaman, dan kenangan yang tak akan pernah bisa hilang dari ingatan. Seluruh rangkaian tur benar-benar membuat saya gembira karena bisa melihat Australia dari sisi yang lain yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya. Sampai ketemu lain waktu! Western Australia was naturally amazing!

Food & travel