Fashion

Aksi Anti Plagiarisme 6 Desainer lewat 'Sedabs Project'

By : Rahman Indra - 2018-09-10 11:47:00 Aksi Anti Plagiarisme 6 Desainer lewat 'Sedabs Project'


Tampil di perhelatan mode 23 Fashion District 2018, enam desainer Indonesian Fashion Chamber (IFC) dari beberapa daerah bersatu mengusung aksi anti plagiarisme lewat Sedabs Project. 

Diambil dari inisial masing-masing desainer, yakni Syukriah, Eugene, Defika, Aldre, Belinda dan Saffana (Sedabs), keenam desainer menghadirkan koleksi rancangan mereka yang disebutkan orisinal dan punya rancangan berkarakter. Masing-masing menghadirkan tiga busana, dan ditutup dengan final parade di mana desainer mengusung papan bertuliskan 'anti-plagiat'. 

Pesan anti jiplakan itu pun dipertegas dengan tampilan layar yang mengungkapkan berbagai pesan serupa. Seperti apa koleksi Sedabs Project tersebut, berikut beberapa di antaranya: 

(Baca juga: 23 Fashion District, Kali Kedua Guncang Bandung)

Syukriah 

Desainer dari IFC Aceh ini memiliki latar pendidikan bidang arsitektur. Usai memenangkan sejumlah kompetisi desain busana, ia melanjutkan studi di Esmod pada 2004. Sempat mendapat beasiswa studi desain di Australia, ia kemudian merilis label modest wear 'Reborn29'. 

Pada perhelatan 23 Fashion District 2018, Syukriah menghadirkan koleksi busana serba hitam, dengan akses pengunci di bagian depan busana. Ini menjadi salah satu penanda khas dari tiga potongan busana yang disuguhkannya. 


(Koleksi Syukriah. Foto: Dok/IFC)

Eugene 

Mengangkat karakter desain 'Eugene Effects', desainer bernama lengkap Eugene Fitri Anggrasora ini menampilkan gaya desain yang memberi efek tumpuk dan layering. 


(Koleksi Eugene. Foto: Dok/IFC)

Defika Hanum

Desainer dari Yogyakarta ini memiliki dua label busana, DVK Ready to Wear dan Defika Hanum for Premium Moslem Wear. Pernah mendapat beasiswa Australia Awards untuk International Readiness for Fashion and Textile Programs, Batch I, ia memperluas bisnis ritelnya untuk ekspor. 

Bersama Sedabs Project, ia menghadirkan koleksi busana yang unik lewat blocking-color, dan permainan warna hitam-putih-kuning. Aksesori kacamata hitam yang berbentuk bulan menjadi pelengkap kejutan rancangan yang ia hadirkan.  


(Koleksi Defika. Foto: Dok/IFC)

Aldre 

Desainer asal Malang ini memiliki dua label busana Aldre dan projects a by aldre. Gaya desainnya lebih konseptual dengan sedikit avant-garde. Saat tampil bersama Sedabs Project, tiga potongan busananya membuat kejutan dari tampilan serba tumpuk, dan topeng yang menutupi wajah model. Dan, berbeda dari desainer lainnya, Aldre membuat model berjalan tanpa alas kaki. 

(Koleksi Aldre. Foto: Dok/IFC)

Belinda 

Salah satu penggerak Malang Fashion Movement, Belinda memiliki dua clothing line, yakni Belinda Ameliyah untuk ready to wear, dan Bellabel untuk koleksi gaun pengantin dan gaun malam. Pada perhelatan 23 Fashion District 2018, ia menampilkan koleksi busana sporty dengan  blocking-color dominasi oranye dan biru. Outerwear longgar menjadi suguhan rancangannya.  


(Koleksi Belinda. Foto: Dok/IFC)

Saffana 

Luusan sekolah mode LPTB Susan Budihardjo ini mengkhususkan dirinya pada busana muslim dan menyukai spektrum multi warna dalam setiap desainnya. Mengusung label Saffana dan Elmira by Saffana, kali ini ia menghadirkan busana wanita yang feminin sekaligus elegan. 


(Koleksi Saffana. Foto: Dok/IFC)

Sedabs Project tampil pada parade busana 10 desainer yang menyuguhkan koleksi rancangan mereka di hari kedua perhelatan 23 Fashion District 2018, pada Sabtu (8/9) di main atrium 23 Paskal Shopping Centre, Bandung.

Selain mereka, ada juga koleksi desainer lainnya, seperti Rengganis, Hannie Hananto, Rosie Rahmadi, Bateeq, Ajeng Cahyaning, Fenny Chen, siswa kriya tekstil dan mode Telkom University, Zoya, dan Decy Ramona.

Perhelatan 23 Fashion District 2018 berlangsung dari 7 hingga 9 September 2018. Diusung kali kedua oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC), perhelatan kali ini menghadirkan koleksi lebih dari 50 desainer. 

Fashion