Life & health

Cara Obati Skoliosis Tanpa Harus Operasi

By : Qalbinur Nawawi - 2018-07-18 09:29:00 Cara Obati Skoliosis Tanpa Harus Operasi

Skoliosis atau kelainan pada rangka tubuh berupa tulang belakang melengkung, tak bisa didiamkan begitu saja. Penderita skoliosis perlu mendatangi dokter agar mendapatkan pengobatan yang efektif. 

Pasalnya, skoliosis memberi efek buruk bagi tubuh yang bisa menghambat seseorang menjalani kegiatannya. Mulai dari rasa nyeri di bagian tulang belakang saat berjalan kaki sampai rasa sesak dan lemas karena tulang rusuk sudah menekan paru-paru. Dan, bila sudah ditahap parah, di mana kerangka tulang belakang sudah sangat melengkung, pasien harus naik ke meja operasi.

Meski begitu, tak perlu cepat cemas. Saat ini ada terapi non-operasi sebagai harapan baru pasien kelainan tulang belakang. Dokter Ninis Sri Prasetyowati, konsultan ahli dari Klinik Scoliosis Care, menjelaskan, pasien skoliosis sekarang tak perlu melakukan operasi asal kegiatannya ditunjang dengan alat penunjang (brace), exercise dan latihan fisik dengan alat fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri. 

Sebagai ilustrasi, ada pasien skoliosis yang kurva-nya sudah 50 derajat. Nah, ia tak harus melakukan tindakan operasi bila mau menggunakan brace yang tepat dan rutin exercise sesuai dengan bentuk kurvanya.

“Apa yang membuat brace bisa mengoreksi lengkungan tulang, bisa dilihat dari kualitas design dan pembuatan brace, yakni ramping, ringan dan kokoh,” ungkap dokter Ninis, di Jakarta, baru-baru ini.

Namun, tambah dokter Ninis, dalam pemakaian brace ini harus melibatkan dokter terlebih dahulu. Sebab, rekomendasi brace merupakan hasil dari diagnosa dokter, merujuk tingkat kelengkungan pasien skoliosis. Untuk itu, saat seseorang ingin menggunakan brace, maka ia harus datang ke doker dulu. 

Menanggapi penjelasan di atas, Sang Ayu Putu Cynthia Maharani, penari dan karyawan swasta dan salah satu pengguna brace selama sekitar 2 tahun, menyetujui anjuran dokter Dinis. Menurut Ayu, penting sekali mendeteksi dini begitu menemukan lengkungan atau merasakan nyeri di daerah punggung, bahu atau pinggul. 

Ayu bercerita bahwa dirinya didiagnosis skoliosis idiopatik sejak SMP dengan kurva 45 derajat saat mencoba fitting baju. Awalnya ia merasa bahwa hal itu kelainan karena tidak menimbulkan rasa nyeri. Tetapi, semakin lama rasa nyeri pun muncul dari tulang belakangnya, bahkan sampai mengganggu kegiatan sehari-harinya. Dan dari sanalah ia mulai tahu bahwa dirinya menderita skoliosis dan akhirnya mencari pengobatan yang cocok.

“Saya sempat diarahkan ke treatment operasi, namun setelah konsultasi dengan keluarga, kami memilih terapi non-operasi dengan melakukan fisioterapi dan menggunakan brace. Brace pertama yang saya gunakan sangat tidak efektif. Dalam satu tahun penggunaan, saya tidak mengalami koreksi kurva sama sekali malah cenderung bertambah jadi 53-55 derajat,” ungkapnya. 

“Kemudian, kami mencoba mencari brace dengan tingkat korektif yang tinggi. Dalam 1 bulan penggunaan, kurva saya turun jadi 30 derajat. Selain itu, brace jaman dulu memiliki bentuk cukup menakutkan mengingat banyaknya strap atau besi yang digunakan, bahkan ada yang sulit dipakai. Namun, dengan adanya brace design custom saat ini, saya tidak lagi merasa minder menggunakan brace. Dan sekarang saya bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan nyaman.”

Life & health